Nekat! Kolonel Pentolan Intelijen Ini Berani Lawan Sepupunya yang Berpangkat Jenderal
Minggu, 09 Januari 2022 - 05:29 WIB
Gatot Subroto ditunjuk mengantikan posisinya. Sementara Lubis dipercaya mengisi pos baru menjadi Panglima Tentara Teritorium I di Sumatera Utara. Namun, rencana itu mendapat respons negatif dari Lubis. Dia merasa disingkirkan oleh Nasution.
Mendapat dukungan dari panglima teritorium lainnya, Lubis bersama Kolonel Alex Kawilarang, Panglima Tentara Teritorium III yang juga masuk dalam rencana mutasi menggerakkan upaya pemberantasan korupsi. Kasus yang kemudian mencuat adalah upaya penangkapan Menteri Luar Negeri Roeslan Abdulgani, yang tersangkut perkara korupsi di Percetakan Negara.
Akan tetapi, upaya ini berhasil digagalkan Nasution. Dia bisa mengambil alih situasi dan meneruskan rencana mutasinya. Akhirnya, Lubis mengundurkan diri pada 20 Agustus 1958.
Belum berakhir sampai di situ, Lubis diam-diam mempersiapkan pukulan telak untuk Nasution dan kabinet yang dia anggap korup. Lubis dan sejumlah perwira Siliwangi menyusun gerakan perlawanan. Sebuah kerusuhan rakyat akan diciptakan sebagai dalih.
Mereka menuntut penurunan kabinet, pembatasan peran politik Soekarno, dan pencopotan KSAD AH Nasution beserta wakilnya Kolonel Gatot Subroto. Nasution keburu menciumnya dan menggagalkan rencana itu.
Dia bahkan memanggil sejumlah perwira untuk meminta pertanggungjawaban, termasuk Lubis. Lubis memilih buron. Nasution memerintahkan panglima-panglima yang kenal dengan Lubis supaya membujuknya agar menyerah ketimbang ditangkap. Namun, upaya Nasution gagal.
Nasution lantas menuduh Lubis makar dan menamai percobaan kudeta itu sebagai "Peristiwa Lubis". Pendapat Nasution berangkat dari dokumen pribadi Lubis yang berhasil disita dari sekretarisnya di Pandeglang. Dokumen itu kemudian diterbitkan Penerangan Angkatan Darat dengan judul Kin Tabir Dapat Dibuka, Di "Djalan Menudju Realisasi 'Tjita'".
Lubis kemudian mengajak agar menyudahi penilaian miring terhadap pemerintah pusat karena tak ada gunanya. Lubis pun menawarkan dua poin alternatif. Lubis mengusulkan proklamasi negara sebagai satu move taktis yang maksimum dan pembentukan pemerintahan pusat tandingan. Poin-poin ini dimanfaatkan dengan baik oleh Nasution untuk memukul Lubis.
Lubis lalu membalas argumen Nasution dengan pamflet yang dikeluarkan dari tempat persembunyiannya di Tanah Abang. Lubis mengakui telah melakukan percobaan kudeta, tapi dia mengembalikan kepada khalayak apakah yang dia lakukan benar atau salah.
"Nasution marah atas jawaban itu dan memberhentikan Lubis dari TNI AD dan membatalkan pengangkatannya menjadi Panglima Divisi Bukit Barisan sebagai pengganti Maludin Simbolon," tulis Peter Kasenda dalam Zulkifi Lubis: Kolonel Misterius di Balik Pergolakan TNI AD.
Mendapat dukungan dari panglima teritorium lainnya, Lubis bersama Kolonel Alex Kawilarang, Panglima Tentara Teritorium III yang juga masuk dalam rencana mutasi menggerakkan upaya pemberantasan korupsi. Kasus yang kemudian mencuat adalah upaya penangkapan Menteri Luar Negeri Roeslan Abdulgani, yang tersangkut perkara korupsi di Percetakan Negara.
Akan tetapi, upaya ini berhasil digagalkan Nasution. Dia bisa mengambil alih situasi dan meneruskan rencana mutasinya. Akhirnya, Lubis mengundurkan diri pada 20 Agustus 1958.
Belum berakhir sampai di situ, Lubis diam-diam mempersiapkan pukulan telak untuk Nasution dan kabinet yang dia anggap korup. Lubis dan sejumlah perwira Siliwangi menyusun gerakan perlawanan. Sebuah kerusuhan rakyat akan diciptakan sebagai dalih.
Mereka menuntut penurunan kabinet, pembatasan peran politik Soekarno, dan pencopotan KSAD AH Nasution beserta wakilnya Kolonel Gatot Subroto. Nasution keburu menciumnya dan menggagalkan rencana itu.
Dia bahkan memanggil sejumlah perwira untuk meminta pertanggungjawaban, termasuk Lubis. Lubis memilih buron. Nasution memerintahkan panglima-panglima yang kenal dengan Lubis supaya membujuknya agar menyerah ketimbang ditangkap. Namun, upaya Nasution gagal.
Nasution lantas menuduh Lubis makar dan menamai percobaan kudeta itu sebagai "Peristiwa Lubis". Pendapat Nasution berangkat dari dokumen pribadi Lubis yang berhasil disita dari sekretarisnya di Pandeglang. Dokumen itu kemudian diterbitkan Penerangan Angkatan Darat dengan judul Kin Tabir Dapat Dibuka, Di "Djalan Menudju Realisasi 'Tjita'".
Lubis kemudian mengajak agar menyudahi penilaian miring terhadap pemerintah pusat karena tak ada gunanya. Lubis pun menawarkan dua poin alternatif. Lubis mengusulkan proklamasi negara sebagai satu move taktis yang maksimum dan pembentukan pemerintahan pusat tandingan. Poin-poin ini dimanfaatkan dengan baik oleh Nasution untuk memukul Lubis.
Lubis lalu membalas argumen Nasution dengan pamflet yang dikeluarkan dari tempat persembunyiannya di Tanah Abang. Lubis mengakui telah melakukan percobaan kudeta, tapi dia mengembalikan kepada khalayak apakah yang dia lakukan benar atau salah.
"Nasution marah atas jawaban itu dan memberhentikan Lubis dari TNI AD dan membatalkan pengangkatannya menjadi Panglima Divisi Bukit Barisan sebagai pengganti Maludin Simbolon," tulis Peter Kasenda dalam Zulkifi Lubis: Kolonel Misterius di Balik Pergolakan TNI AD.
tulis komentar anda