Kinerja Kepala Daerah Tangani Pandemi Covid-19 Jadi Panggung Politik
Rabu, 10 Juni 2020 - 08:01 WIB
Firman Noor mengatakan, masih terlalu dini membahas pencalonan presiden. Jika pun ada figur kepala daerah yang muncul dengan elektabilitas bagus, itu tidak menjamin mereka akan mulus hingga pencapresan yang masih tersisa empat tahun. “Tapi, pilpres masih lama, kepala daerah ini juga akhirnya nanti akan menghitung dukungan partai. Popularitas yang mereka dapat ini juga masih bisa turun,” ucapnya saat dihubungi kemarin.
Langkah untuk mendapat tiket menjadi capres bagi kepala daerah ini cukup berat. Apalagi, kata Firman, UU Pemilu sejauh ini belum memberi peluang besar bagi figur yang bukan elite partai untuk melenggang di pilpres. Bagaimanapun figur ini harus berkomunikasi dengan partai.
“Kedua, situasi oligarki di parpol. Ini sangat krusial perannya. Dalam situasi politik mahal, maka akan ada deal-deal, dan akhirnya mereka bisa saja tidak terakomodasi,” tandasnya.
Dalam hal tiket maju di pilpres, Adi Prayitno juga sepakat bahwa para figur yang bukan elite parpol bakal menemui kesulitan besar, termasuk para kepala daerah. Menurutnya, para ketua umum parpol masih berambisi untuk menjadi capres atau cawapres. Paling tidak ada putra mahkota yang sejak saat ini disiapkan untuk menjadi calon. Adi mencontohkan situasi PDI Perjuangan. (Baca juga: Kesampingkan Politisasi Corona, Pemerintah DIminta Fokus ke UMKM dan BUMN)
“Katakanlah elektabilitas Ganjar sangat bagus, tapi problemnya di partai ini sudah ada Puan Maharani. Apa mau Puan berbagi karpet merah dengan Ganjar? Di sini kan persoalannya,” katanya.
Di parpol lain juga berlaku hal yang sama. Adi meyakini Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono masih mengincar kursi capres dan cawapres.
Kemunculan kepala daerah dengan elektabilitas yang bagus, menurut Adi, ini jadi kabar baik sekaligus kabar buruk. “Jadi ini semacam paradoks. Kabar baiknya pandemi melahirkan calon pemimpin yang cakap, tapi kabar buruknya mereka ini akan sulit untuk mendapatkan tiket dari partai,” paparnya.
Parpol Belum Bicara Pilpres
Ketua DPP PDI Perjuangan Eriko Sotarduga mengatakan, pola komunikasi yang dimiliki Ganjar memang lebih menonjol dibandingkan kepala daerah lain yang disurvei dalam penanganan Covid-19. (Baca juga: PKB Sebut 4 Faktor Peluang Kepala Daerah Maju di Pilpres)
Menurut Eriko, apa yang dilakukan Ganjar tersebut memang unik dan menarik. Termasuk dengan kebiasaannya mengenakan kaos dan bahasa-bahasa anak muda. “Itu menarik dari masyarakat yang disurvei. Tapi, apakah itu menjadi seterusnya? Ini saya tidak berani mengambil satu kesimpulan. Tapi, saya harus jujur sebagai sesama kader PDI Perjuangan, saya bangga dan mengapresiasi karena kader kami bekerja,” tuturnya.
Langkah untuk mendapat tiket menjadi capres bagi kepala daerah ini cukup berat. Apalagi, kata Firman, UU Pemilu sejauh ini belum memberi peluang besar bagi figur yang bukan elite partai untuk melenggang di pilpres. Bagaimanapun figur ini harus berkomunikasi dengan partai.
“Kedua, situasi oligarki di parpol. Ini sangat krusial perannya. Dalam situasi politik mahal, maka akan ada deal-deal, dan akhirnya mereka bisa saja tidak terakomodasi,” tandasnya.
Dalam hal tiket maju di pilpres, Adi Prayitno juga sepakat bahwa para figur yang bukan elite parpol bakal menemui kesulitan besar, termasuk para kepala daerah. Menurutnya, para ketua umum parpol masih berambisi untuk menjadi capres atau cawapres. Paling tidak ada putra mahkota yang sejak saat ini disiapkan untuk menjadi calon. Adi mencontohkan situasi PDI Perjuangan. (Baca juga: Kesampingkan Politisasi Corona, Pemerintah DIminta Fokus ke UMKM dan BUMN)
“Katakanlah elektabilitas Ganjar sangat bagus, tapi problemnya di partai ini sudah ada Puan Maharani. Apa mau Puan berbagi karpet merah dengan Ganjar? Di sini kan persoalannya,” katanya.
Di parpol lain juga berlaku hal yang sama. Adi meyakini Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono masih mengincar kursi capres dan cawapres.
Kemunculan kepala daerah dengan elektabilitas yang bagus, menurut Adi, ini jadi kabar baik sekaligus kabar buruk. “Jadi ini semacam paradoks. Kabar baiknya pandemi melahirkan calon pemimpin yang cakap, tapi kabar buruknya mereka ini akan sulit untuk mendapatkan tiket dari partai,” paparnya.
Parpol Belum Bicara Pilpres
Ketua DPP PDI Perjuangan Eriko Sotarduga mengatakan, pola komunikasi yang dimiliki Ganjar memang lebih menonjol dibandingkan kepala daerah lain yang disurvei dalam penanganan Covid-19. (Baca juga: PKB Sebut 4 Faktor Peluang Kepala Daerah Maju di Pilpres)
Menurut Eriko, apa yang dilakukan Ganjar tersebut memang unik dan menarik. Termasuk dengan kebiasaannya mengenakan kaos dan bahasa-bahasa anak muda. “Itu menarik dari masyarakat yang disurvei. Tapi, apakah itu menjadi seterusnya? Ini saya tidak berani mengambil satu kesimpulan. Tapi, saya harus jujur sebagai sesama kader PDI Perjuangan, saya bangga dan mengapresiasi karena kader kami bekerja,” tuturnya.
tulis komentar anda