Akses Air Bersih Ditargetkan Merata dan Setara di Aceh Pada 2030
Minggu, 19 Desember 2021 - 23:20 WIB
Baca juga: Jaga Kesehatan Masyarakat, Kemenkes Kejar Perbaikan Sanitasi
Sejalan dengan itu, untuk menghindari akibat kerusakan yang parah dari kekeringan, Balai Wilayah Sungai (BWS) I Sumatera mengusung isu strategis nasional berupa ketahanan air, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan respons terhadap perubahan iklim global. Tentunya dengan dukungan kebijakan dan pembiayaan dari pemerintah serta sektor swasta, pembangunan sistem penyediaan air baku, pengembangan infrastruktur air bersih dan sanitasi, serta kegiatan pencegahan sampai memulihkan kerusakan lingkungan akibat daya rusak air bisa dilaksanakan dengan maksimal dan bermanfaat bagi semua.
"Berbicara tentang dukungan swasta dan pembiayaan dunia usaha, penyedian air baku ke kran siap minum membutuhkan investasi. Investasi yang dimaksud harus dengan konsep kerja sama yang melingkupi End-to-End Solution; berpihak pada kepentingan rakyat, negara, lingkungan hidup, dan berkelanjutan," kata gubernur.
Sudut pandang industri menyatakan bahwa pabrik-pabrik yang beroperasi di Aceh wajib untuk memaksimalkan aset yang dimiliki untuk ikut menyukseskan program air dan sanitasi bagi masyarakat, di samping menghentikan semua kegiatan yang merusak lingkungan karena lingkungan adalah sumber kehidupan.
Keberadaan industri skala kecil dan besar di Aceh harus menjadi solusi atas permasalahan kehidupan dan lingkungan. Kelompok rentan seperti perempuan, anak, dan disabilitas mendapatkan perhatian yang khusus serta berkesinambungan untuk memastikan pembangunan yang adil dan merata.
Acara ini ditutup tepat pada pukul 18.30 WIB dan menghasilkan rekomendasi kebijakan dan strategi pengelolaan air Aceh menuju SDGs 2030, tulisan ilmiah terkait air Aceh yang terjaga dan bermanfaat. Masyarakat dan pemerintah Aceh memiliki pemahaman dan tujuan yang sama terkait pengelolaan air dan dampak positif untuk kegiatan pembangunan Aceh yang bermartabat, seimbang, dan berkelanjutan.
KAA 2021 diinisiasikan oleh Lembaga Karst Aceh, IAJ Aceh, dan Bijeh didukung penuh oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. Kegiatan yang dihadiri oleh 128 tamu undangan ini juga mendapat dukungan dari Badan Pengelola Migas Aceh, PT. Kana Green Energy, Perhimpunan Alumni Jerman Aceh, German-alumni Entrepreuners Network, Jejaring Alumni Jerman dan Returnee Indonesia, Liköt Coffee, Wekabe Café, CV. MANN, Wardah Cosmetics, Padebooks, Lentera Intelektual Aceh, Prodi Magister Komunikasi Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry, PRISB Unsyiah, dan ICAIOS.
Sejalan dengan itu, untuk menghindari akibat kerusakan yang parah dari kekeringan, Balai Wilayah Sungai (BWS) I Sumatera mengusung isu strategis nasional berupa ketahanan air, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan respons terhadap perubahan iklim global. Tentunya dengan dukungan kebijakan dan pembiayaan dari pemerintah serta sektor swasta, pembangunan sistem penyediaan air baku, pengembangan infrastruktur air bersih dan sanitasi, serta kegiatan pencegahan sampai memulihkan kerusakan lingkungan akibat daya rusak air bisa dilaksanakan dengan maksimal dan bermanfaat bagi semua.
"Berbicara tentang dukungan swasta dan pembiayaan dunia usaha, penyedian air baku ke kran siap minum membutuhkan investasi. Investasi yang dimaksud harus dengan konsep kerja sama yang melingkupi End-to-End Solution; berpihak pada kepentingan rakyat, negara, lingkungan hidup, dan berkelanjutan," kata gubernur.
Sudut pandang industri menyatakan bahwa pabrik-pabrik yang beroperasi di Aceh wajib untuk memaksimalkan aset yang dimiliki untuk ikut menyukseskan program air dan sanitasi bagi masyarakat, di samping menghentikan semua kegiatan yang merusak lingkungan karena lingkungan adalah sumber kehidupan.
Keberadaan industri skala kecil dan besar di Aceh harus menjadi solusi atas permasalahan kehidupan dan lingkungan. Kelompok rentan seperti perempuan, anak, dan disabilitas mendapatkan perhatian yang khusus serta berkesinambungan untuk memastikan pembangunan yang adil dan merata.
Acara ini ditutup tepat pada pukul 18.30 WIB dan menghasilkan rekomendasi kebijakan dan strategi pengelolaan air Aceh menuju SDGs 2030, tulisan ilmiah terkait air Aceh yang terjaga dan bermanfaat. Masyarakat dan pemerintah Aceh memiliki pemahaman dan tujuan yang sama terkait pengelolaan air dan dampak positif untuk kegiatan pembangunan Aceh yang bermartabat, seimbang, dan berkelanjutan.
KAA 2021 diinisiasikan oleh Lembaga Karst Aceh, IAJ Aceh, dan Bijeh didukung penuh oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. Kegiatan yang dihadiri oleh 128 tamu undangan ini juga mendapat dukungan dari Badan Pengelola Migas Aceh, PT. Kana Green Energy, Perhimpunan Alumni Jerman Aceh, German-alumni Entrepreuners Network, Jejaring Alumni Jerman dan Returnee Indonesia, Liköt Coffee, Wekabe Café, CV. MANN, Wardah Cosmetics, Padebooks, Lentera Intelektual Aceh, Prodi Magister Komunikasi Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry, PRISB Unsyiah, dan ICAIOS.
(abd)
tulis komentar anda