Duet Nasionalis Religius dan Jawa-Luar Jawa Diprediksi Unggul di Pilpres 2024
Jum'at, 03 Desember 2021 - 15:59 WIB
JAKARTA - Denyut konstestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mulai terasa walau masih dua tahun lagi. Beberapa nama telah mencuat meramaikan bursa bakal calon presiden (Capres) .
Menghangatnya suhu politik membuat parpol sudah mulai terang-terangan mendorong, menjajaki, dan mendekati nama-nama capres yang beredar. Baca juga: Fahri Hamzah Usulkan Presidential Threshold Dihapus: Biarkan Daerah Ajukan Capresnya Sendiri
Pengamat Komunikasi Politik Heri Budianto mengatakan melihat situasi politik ke depan dan mengacu pada realitas politik Pilpres lalu jika ingin unggul maka harus dengan strategi komposisi yang pas.
"Parpol harus memadukan komposisi capres-cawapres secara pas. Sehingga dapat menang dalam kontestasi politik," ujar Heri, Jumat (3/12/2021).
Dia menjelaskan realitas politik 2004 menunjukkan pasangan nasionalis religius unggul yakni SBY-JK. Sosok Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla dianggap representasi tokoh Islam dan JK adalah tokoh luar Jawa khususnya timur.
Menurutnya, siklus 10 tahun terjadi lagi di Pilpres 2014 saat Jokowi berpasangan dengan JK kembali. Ini lagi-lagi merepresentasikan nasionalis religius dan Jawa-luar Jawa.
"Suka tidak suka, ini siklus 10 tahunan dan jatuhnya 2024 adalah waktunya," kata Heri.
Sebab dalam siklus 10 tahunan itu, lanjutnya, incumbent tidak dapat maju sehingga capres-cawapres harus mulai dari nol semua. "Dan pasangan itu, suka tidak suka menggambarkan ke Indonesiaan," ucapnya.
Menghangatnya suhu politik membuat parpol sudah mulai terang-terangan mendorong, menjajaki, dan mendekati nama-nama capres yang beredar. Baca juga: Fahri Hamzah Usulkan Presidential Threshold Dihapus: Biarkan Daerah Ajukan Capresnya Sendiri
Pengamat Komunikasi Politik Heri Budianto mengatakan melihat situasi politik ke depan dan mengacu pada realitas politik Pilpres lalu jika ingin unggul maka harus dengan strategi komposisi yang pas.
"Parpol harus memadukan komposisi capres-cawapres secara pas. Sehingga dapat menang dalam kontestasi politik," ujar Heri, Jumat (3/12/2021).
Dia menjelaskan realitas politik 2004 menunjukkan pasangan nasionalis religius unggul yakni SBY-JK. Sosok Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla dianggap representasi tokoh Islam dan JK adalah tokoh luar Jawa khususnya timur.
Menurutnya, siklus 10 tahun terjadi lagi di Pilpres 2014 saat Jokowi berpasangan dengan JK kembali. Ini lagi-lagi merepresentasikan nasionalis religius dan Jawa-luar Jawa.
"Suka tidak suka, ini siklus 10 tahunan dan jatuhnya 2024 adalah waktunya," kata Heri.
Sebab dalam siklus 10 tahunan itu, lanjutnya, incumbent tidak dapat maju sehingga capres-cawapres harus mulai dari nol semua. "Dan pasangan itu, suka tidak suka menggambarkan ke Indonesiaan," ucapnya.
(kri)
tulis komentar anda