Ketum Repdem Minta Andi Mallarangeng Memperbaiki Diri
Senin, 22 November 2021 - 22:56 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) salah satu organisasi sayap PDI Perjuangan ( PDIP ) Wanto Sugito memberikan tanggapannya terkait pernyataan politikus Partai Demokrat Andi Mallarangeng yang menyebut pertemuan antara Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto dan Puan Maharani tidak seharusnya digelar di Istana Presiden. Pernyataan Andi Mallarangeng dinilai seperti menepuk air di dulang terpercik muka sendiri.
“Peribahasa itulah mungkin yang pantas disematkan untuk Andi Mallarangeng kala mengomentari pertemuan Ibu Megawati, Prabowo dan Puan Maharani di Istana Negara saat pelantikan Jenderal TNI Andika Perkasa menjadi Panglima TNI. Seorang koruptor yang seharusnya saat ini introspeksi diri dan memperbaiki diri tidak elok berkomentar pedas terhadap pertemuan tersebut,” katanya dalam pers rilisnya, Senin (22/11/2021).
Menurut Wanto, hal tersebut merupakan hal lucu karena bukan kapasitas Andi Malarangeng untuk mengomentari pertemuan tersebut.
“Ini kan jadi lucu, seorang mantan koruptor yang kemarin ditahan 4 tahun karena kasus korupsi Wisma Atlet Hambalang mengomentari pertemuan yang dia sendiri tidak tahu apa yang dibahas oleh Ibu Mega, Pak Prabowo dan Mbak Puan di istana. Ngaca diri ajalah, bukan kapasitasnya,” ujarnya.
Dia menyebut Andi Mallarangeng tidak perlu memberikan komparasi tentang apa yang terjadi pada zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) maupun Presiden Joko Widodo (Jokowi). Baginya, jika dijabarkan lebih dalam akan membuat malu Partai Demokrat.
“Seharusnya Andi ini malu dong, kalau Ibu Mega, Pak Prabowo dan Mbak Puan bertemu berbicara masalah kebangsaan, apa kabarnya saat SBY berkuasa? Istana dipakai untuk merancang apa? Orang bisa berpikir korupsi. Saya tanya balik ke Andi Alfian soalmega skandal Hambalang, bagaimana? Seharusnya Andi Mallarangeng menjawab mengapa saksi kunci Hambalang meninggal secara tidak wajar. Jelaskan saja itu dulu baru berkomentar,” paparnya.
Wanto mengungkapkan, pertemuan yang terjadi di Istana tersebut tentunya bukan agenda yang dirancang khusus untuk pertemuan politik. Pasalnya momentumnya adalah pelantikan Panglima TNI. Sehingga menurutnya tidak masalah jika mereka bertemu dan berdiskusi tentang kebangsaan disana.
“Lebih baik Demokrat koreksi ke dalam, mengapa orang yang pernah kena kasus narkoba, dan korupsi masih ditampung dan bahkan menjadi elite partainya loh. Ampun deh,” pungkasnya.
“Peribahasa itulah mungkin yang pantas disematkan untuk Andi Mallarangeng kala mengomentari pertemuan Ibu Megawati, Prabowo dan Puan Maharani di Istana Negara saat pelantikan Jenderal TNI Andika Perkasa menjadi Panglima TNI. Seorang koruptor yang seharusnya saat ini introspeksi diri dan memperbaiki diri tidak elok berkomentar pedas terhadap pertemuan tersebut,” katanya dalam pers rilisnya, Senin (22/11/2021).
Menurut Wanto, hal tersebut merupakan hal lucu karena bukan kapasitas Andi Malarangeng untuk mengomentari pertemuan tersebut.
“Ini kan jadi lucu, seorang mantan koruptor yang kemarin ditahan 4 tahun karena kasus korupsi Wisma Atlet Hambalang mengomentari pertemuan yang dia sendiri tidak tahu apa yang dibahas oleh Ibu Mega, Pak Prabowo dan Mbak Puan di istana. Ngaca diri ajalah, bukan kapasitasnya,” ujarnya.
Dia menyebut Andi Mallarangeng tidak perlu memberikan komparasi tentang apa yang terjadi pada zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) maupun Presiden Joko Widodo (Jokowi). Baginya, jika dijabarkan lebih dalam akan membuat malu Partai Demokrat.
“Seharusnya Andi ini malu dong, kalau Ibu Mega, Pak Prabowo dan Mbak Puan bertemu berbicara masalah kebangsaan, apa kabarnya saat SBY berkuasa? Istana dipakai untuk merancang apa? Orang bisa berpikir korupsi. Saya tanya balik ke Andi Alfian soalmega skandal Hambalang, bagaimana? Seharusnya Andi Mallarangeng menjawab mengapa saksi kunci Hambalang meninggal secara tidak wajar. Jelaskan saja itu dulu baru berkomentar,” paparnya.
Wanto mengungkapkan, pertemuan yang terjadi di Istana tersebut tentunya bukan agenda yang dirancang khusus untuk pertemuan politik. Pasalnya momentumnya adalah pelantikan Panglima TNI. Sehingga menurutnya tidak masalah jika mereka bertemu dan berdiskusi tentang kebangsaan disana.
“Lebih baik Demokrat koreksi ke dalam, mengapa orang yang pernah kena kasus narkoba, dan korupsi masih ditampung dan bahkan menjadi elite partainya loh. Ampun deh,” pungkasnya.
(hab)
tulis komentar anda