Sukses Jenderal Besar Soeharto Pimpin Serangan 1 Maret hingga Padamkan G30S PKI
Selasa, 23 November 2021 - 05:31 WIB
JAKARTA - Meski kariernya mulus sebagai Presiden Indonesia dan menduduki hampir 4 dekade, namun Soeharto yang kini berpangkat jenderal bintang lima tak pernah merasakan kemenangan perang di Irian. Kemenangan perang di Irian sendiri lebih dikarenakan jalur diplomasi yang disarankan Amerika Serikat.
Meski demikian ia tercatat mengalami tiga peristiwa besar, yaitu Serangan Umum 1 Maret tahun 1949, Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat tahun 1962, dan Pembersihan PKI 1965-1966. Padahal di masa masa itu Indonesia yang baru merdeka sempat merasakan intervensi dan serangan dari negara luar.
Jauh sebelum diangkat sebagai panglima tertinggi militer, Soerharto sendiri merupakan bekas tentara KNIL Belanda dan Peta Jepang. Karier mulai terlihat saat Belanda melakukan Agresi Militer ke 2 di kawasan Yogyakarta pada Desember 1948. Di situlah TNI yang dipimpin Jenderal Sudirman melakukan serangan tepat saat pagi hari.
Soeharto yang kala itu sebagai komandan Wehrkreise III/Brigade X dengan pangkat Letnan Kolonel memimpin serangan dari sisi barat Yogyakarta hingga ke Malioboro. Sementara dari timur serangan dipimpin Ventje Sumual. Sektor selatan dan sebagian timur dipimpin Mayor Sardjono. Sektor utara oleh Mayor Kusno. Sedangkan untuk sektor kota dipimpin Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki.
Dari serangan itu TNI berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam. Akibat serangan itu, seperti dilansir majalan Belanda De Wappen Broeder terbitan Maret 1949, kerugian terjadi di dua belah pihak, Indonesia tercatat 353 prajurit tewas, 53 di antaranya merupakan anggota polisi dan Belanda mencatat 200 orang tewas. Usai serangan itu, perang gerilya dipimpin Panglima TNI Sudirman terjadi di beberapa wilayah. Serangan menunjukkan bila TNI dan Indonesia belumlah habis.
Trikora
Sedangkan saat Operasi Tiga Komando Rakyat (Trikora) yang terjadi pada 1962, Soeharto yang kala itu telah berpangkat Mayor Jenderal menjadi pemimpin Komando Mandala yang berpusat Makassar, Sulawesi Selatan.
Sejak saat itu serangan terhadap Belanda terus digencarkan Indonesia yang saat itu memperkuat armada perangnya dari Uni Soviet. Dalam komandonya, Presiden Soekrano kemudian meminta Soeharto untuk melakukan beberapa langkah strategis untuk merubuhkan Irian Barat dan mengibarkan merah putih di sana.
Karena itu, beberapa tahap dilakukan mulai dari tahap infiltrasi atau penyusupan sampai akhir 1962 dengan memasukkan 10 kompi di sekitar sasaran-sasaran tertentu. Sasaran penyerangan ini dilakukan untuk menciptakan daerah bebas de facto yang kuat sehingga sulit dihancurkan oleh musuh dan mengembangkan pengusaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat.
Meski demikian ia tercatat mengalami tiga peristiwa besar, yaitu Serangan Umum 1 Maret tahun 1949, Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat tahun 1962, dan Pembersihan PKI 1965-1966. Padahal di masa masa itu Indonesia yang baru merdeka sempat merasakan intervensi dan serangan dari negara luar.
Baca Juga
Jauh sebelum diangkat sebagai panglima tertinggi militer, Soerharto sendiri merupakan bekas tentara KNIL Belanda dan Peta Jepang. Karier mulai terlihat saat Belanda melakukan Agresi Militer ke 2 di kawasan Yogyakarta pada Desember 1948. Di situlah TNI yang dipimpin Jenderal Sudirman melakukan serangan tepat saat pagi hari.
Soeharto yang kala itu sebagai komandan Wehrkreise III/Brigade X dengan pangkat Letnan Kolonel memimpin serangan dari sisi barat Yogyakarta hingga ke Malioboro. Sementara dari timur serangan dipimpin Ventje Sumual. Sektor selatan dan sebagian timur dipimpin Mayor Sardjono. Sektor utara oleh Mayor Kusno. Sedangkan untuk sektor kota dipimpin Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki.
Dari serangan itu TNI berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam. Akibat serangan itu, seperti dilansir majalan Belanda De Wappen Broeder terbitan Maret 1949, kerugian terjadi di dua belah pihak, Indonesia tercatat 353 prajurit tewas, 53 di antaranya merupakan anggota polisi dan Belanda mencatat 200 orang tewas. Usai serangan itu, perang gerilya dipimpin Panglima TNI Sudirman terjadi di beberapa wilayah. Serangan menunjukkan bila TNI dan Indonesia belumlah habis.
Trikora
Sedangkan saat Operasi Tiga Komando Rakyat (Trikora) yang terjadi pada 1962, Soeharto yang kala itu telah berpangkat Mayor Jenderal menjadi pemimpin Komando Mandala yang berpusat Makassar, Sulawesi Selatan.
Sejak saat itu serangan terhadap Belanda terus digencarkan Indonesia yang saat itu memperkuat armada perangnya dari Uni Soviet. Dalam komandonya, Presiden Soekrano kemudian meminta Soeharto untuk melakukan beberapa langkah strategis untuk merubuhkan Irian Barat dan mengibarkan merah putih di sana.
Karena itu, beberapa tahap dilakukan mulai dari tahap infiltrasi atau penyusupan sampai akhir 1962 dengan memasukkan 10 kompi di sekitar sasaran-sasaran tertentu. Sasaran penyerangan ini dilakukan untuk menciptakan daerah bebas de facto yang kuat sehingga sulit dihancurkan oleh musuh dan mengembangkan pengusaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat.
Lihat Juga :
tulis komentar anda