Terbukti Berhasil Melawan Corona, Taiwan Siap Berbagi Resep kepada Dunia
Rabu, 22 April 2020 - 13:25 WIB
Penyakit tidak mengenal batas. Ibarat percikan api cukup untuk menyalakan padang rumput. Jika epidemi regional tidak terkontrol dengan baik, akan menyebabkan pandemi global. Meskipun Taiwan bukan anggota WHO, bukan berarti Taiwan dapat dikecualikan dari kesehatan dan keselamatan global. Taiwan menjunjung tinggi tanggung jawab warga dunia, mematuhi Peraturan Kesehatan Internasional 2005 (IHR 2005), secara aktif menginformasikan kepada WHO tentang kasus yang terkonfirmasi.
Juga secara aktif berbagi dan berkomunikasi dengan banyak negara mengenai COVID-19. Misalnya mengenai kasus yang terkonfirmasi, riwayat perjalanan kontak fisik, tindakan kontrol perbatasan dan informasi lainnya, dan mengunggah rangkaian gen virus ke "Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID)" agar bisa ditelusuri oleh banyak negara.
Taiwan membutuhkan WHO, dan sebaliknya WHO juga membutuhkan Taiwan. WHO seharusnya tidak menolak siapa pun. Ini adalah misi WHO. Namun saat ini, karena intervensi politik WHO mengesampingkan Taiwan. Hal ini adalah tindakan yang tidak bijaksana.
Taiwan bisa berbagi dengan dunia, baik dari pengalaman kesehatan masyarakat, sistem medis, sistem perawatan kesehatan, deteksi cepat tentang pencegahan epidemi, vaksin, kemampuan produksi obat terkait, bahkan kemampuan analisis virus. Taiwan berharap setelah cobaan dari epidemi ini, WHO dapat menyadari bahwa epidemi tidak memiliki batas dan tidak ada satu tempat di manapun yang terabaikan.
Taiwan berseru kepada WHO dan semua lapisan masyarakat untuk peduli terhadap kontribusi jangka panjang Taiwan terhadap kesehatan global dalam pencegahan epidemi. Juga kontribusi dalam hak asasi manusia atas kesehatan.
Penggabungan Taiwan ke dalam WHO memungkinkan Taiwan untuk berpartisipasi penuh dalam pertemuan, mekanisme dan kegiatan WHO, dan bersama-sama mengimplementasikan Piagam WHO tentang "Kesehatan adalah Hak Asasi Manusia" dan visi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB 2030 yaitu "no one should be left behind".
Juga secara aktif berbagi dan berkomunikasi dengan banyak negara mengenai COVID-19. Misalnya mengenai kasus yang terkonfirmasi, riwayat perjalanan kontak fisik, tindakan kontrol perbatasan dan informasi lainnya, dan mengunggah rangkaian gen virus ke "Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID)" agar bisa ditelusuri oleh banyak negara.
Taiwan membutuhkan WHO, dan sebaliknya WHO juga membutuhkan Taiwan. WHO seharusnya tidak menolak siapa pun. Ini adalah misi WHO. Namun saat ini, karena intervensi politik WHO mengesampingkan Taiwan. Hal ini adalah tindakan yang tidak bijaksana.
Taiwan bisa berbagi dengan dunia, baik dari pengalaman kesehatan masyarakat, sistem medis, sistem perawatan kesehatan, deteksi cepat tentang pencegahan epidemi, vaksin, kemampuan produksi obat terkait, bahkan kemampuan analisis virus. Taiwan berharap setelah cobaan dari epidemi ini, WHO dapat menyadari bahwa epidemi tidak memiliki batas dan tidak ada satu tempat di manapun yang terabaikan.
Taiwan berseru kepada WHO dan semua lapisan masyarakat untuk peduli terhadap kontribusi jangka panjang Taiwan terhadap kesehatan global dalam pencegahan epidemi. Juga kontribusi dalam hak asasi manusia atas kesehatan.
Penggabungan Taiwan ke dalam WHO memungkinkan Taiwan untuk berpartisipasi penuh dalam pertemuan, mekanisme dan kegiatan WHO, dan bersama-sama mengimplementasikan Piagam WHO tentang "Kesehatan adalah Hak Asasi Manusia" dan visi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB 2030 yaitu "no one should be left behind".
(poe)
Lihat Juga :
tulis komentar anda