Kandungan Mikroplastik di Galon Air Minum Tak Berisiko Kesehatan
Senin, 25 Oktober 2021 - 16:03 WIB
Baca juga: Mikroplastik Galon Sekali Pakai Dinilai Membahayakan Manusia dan Lingkungan
Menurut Rita, pada 2020, rapat bersama joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives menyampaikan analisis bagi mikroplastik belum diprioritaskan. "Bahkan pada 2021, otoritas keamanan pangan tertinggi Eropa, European Food Safety Authority, juga menyampaikan hal yang sama, (pemantauan rutin) mikroplastik belum menjadi prioritas," kata Rita.
Setidaknya ada 1.145 produsen air minum kemasan yang tersebar di seluruh Indonesia. Semuanya menyasar pasar dengan level konsumsi air kemasan 26,2 miliar liter per tahun 2016. Hampir 70 persen dari angka konsumsi itu adalah pasar produk galon isi ulang bermerek dengan bahan plastik polikarbonat (PC).
Di lapangan, produk berupa galon sekali pakai, yang muncul di pasaran pada 2015, tak ubahnya pemain yang baru belajar berlari bila mengingat ada galon guna ulang bermerek yang telah hadir dan mendominasi pasar sejak 1973.
Dalam forum yang dihelat Greenpeace, Kepala Laboratorium Kimia Universitas Indonesia (UI), Agustino Zulys, memaparkan sifat khas polimer yang mudah luruh. "Mikroplastik sebagai sesuatu yang tak terhindarkan bagi manusia modern yang akrab dengan air minum dalam kemasan plastik," katanya.
Namun, Agustino tak menyebut secara rinci ihwal alasan di balik fokus riset, kecuali sebaris penjelasan belum pernah ada penelitian terkait mikroplastik di air minum dalam wadah galon sekali pakai.
Menurut Rita, pada 2020, rapat bersama joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives menyampaikan analisis bagi mikroplastik belum diprioritaskan. "Bahkan pada 2021, otoritas keamanan pangan tertinggi Eropa, European Food Safety Authority, juga menyampaikan hal yang sama, (pemantauan rutin) mikroplastik belum menjadi prioritas," kata Rita.
Setidaknya ada 1.145 produsen air minum kemasan yang tersebar di seluruh Indonesia. Semuanya menyasar pasar dengan level konsumsi air kemasan 26,2 miliar liter per tahun 2016. Hampir 70 persen dari angka konsumsi itu adalah pasar produk galon isi ulang bermerek dengan bahan plastik polikarbonat (PC).
Di lapangan, produk berupa galon sekali pakai, yang muncul di pasaran pada 2015, tak ubahnya pemain yang baru belajar berlari bila mengingat ada galon guna ulang bermerek yang telah hadir dan mendominasi pasar sejak 1973.
Dalam forum yang dihelat Greenpeace, Kepala Laboratorium Kimia Universitas Indonesia (UI), Agustino Zulys, memaparkan sifat khas polimer yang mudah luruh. "Mikroplastik sebagai sesuatu yang tak terhindarkan bagi manusia modern yang akrab dengan air minum dalam kemasan plastik," katanya.
Namun, Agustino tak menyebut secara rinci ihwal alasan di balik fokus riset, kecuali sebaris penjelasan belum pernah ada penelitian terkait mikroplastik di air minum dalam wadah galon sekali pakai.
(abd)
tulis komentar anda