Seksualitas Sekarang Ini
Sabtu, 16 Oktober 2021 - 08:52 WIB
Pelbagai isu yang sebelumnya direpresi¾secara hegemonik dan sistematis¾semasa Orde Baru mulai menderas. Keadaan justru berubah, berbalik arah. Ayu Utami menduga kebebasan di masa Reformasi melahirkan anak muda yang bingung dan disorientasi, hingga mengharapkan dogma-dogma baru.
Kita menyimak rasa sedih bercampur heran Ayu Utami mengenai seks yang mengobral perempuan, “komodifikasi tubuh perempuan dan auratisasi tubuh perempuan sebetulnya sama-sama mereduksi tubuh perempuan menjadi sekadar objek seks. Tampaknya orang tidak sadar dengan itu. Padahal kita harus membebaskan diri dari kedua trend itu.”
baca juga: Ingin Berhenti Kecanduan Pornografi, Gunakan Aplikasi Ini
Kemudian, yang jadi memicu polemik adalah sensor. Adanya sensor justru tak jadi jalan tepat untuk menghalagi eksplorasi-eksperimentasi atas (kreativitas) kesenian satu ini, baik dalam pertunjukkan dangdut, sastra, film, dan lain-lain. Perdebatan tentang porno di negara kita seolah-olah tak bakal rampung. Hendri menulis, “alih-alih pendidikan seksualitas yang komprehensif, sensor dan aturan hukum mau semakin digunakan menanggapi hal ini... Sensor membabi buta tak akan menjawab permasalahan yang ada.” Yang makin disensor-ditabukan justru semakin diincar. Paradoks memang.
baca juga: 2,6 Juta Konten Negatif Diblokir Kominfo, Setengahnya Ternyata Pornografi
Persoalan kebertubuhan ini sangat identik dan dekat dengan kita, sebagai manusia pada dasarnya dan pada umumnya. Bahkan saat seksualitas semakin rumit dan kompleks. Tubuh kita bukan lagi satu-satunya medium senggama. Hendri tampak hendak mendaratkan dinamika dunia seks sekarang. Apa yang dibicarakan-ditawarkan Hendri dalam buku ini, laik mendapat tanggapan dan komentar demi diskursus seksualitas sekarang.
Judul : C*bul: Perbincangan Seksualitas Era Kontemporer
Penulis : Hendri Yulius
Penerbit : Marjin Kiri
Cetakan : Edisi diperluas, Juni 2021
Kita menyimak rasa sedih bercampur heran Ayu Utami mengenai seks yang mengobral perempuan, “komodifikasi tubuh perempuan dan auratisasi tubuh perempuan sebetulnya sama-sama mereduksi tubuh perempuan menjadi sekadar objek seks. Tampaknya orang tidak sadar dengan itu. Padahal kita harus membebaskan diri dari kedua trend itu.”
baca juga: Ingin Berhenti Kecanduan Pornografi, Gunakan Aplikasi Ini
Kemudian, yang jadi memicu polemik adalah sensor. Adanya sensor justru tak jadi jalan tepat untuk menghalagi eksplorasi-eksperimentasi atas (kreativitas) kesenian satu ini, baik dalam pertunjukkan dangdut, sastra, film, dan lain-lain. Perdebatan tentang porno di negara kita seolah-olah tak bakal rampung. Hendri menulis, “alih-alih pendidikan seksualitas yang komprehensif, sensor dan aturan hukum mau semakin digunakan menanggapi hal ini... Sensor membabi buta tak akan menjawab permasalahan yang ada.” Yang makin disensor-ditabukan justru semakin diincar. Paradoks memang.
baca juga: 2,6 Juta Konten Negatif Diblokir Kominfo, Setengahnya Ternyata Pornografi
Persoalan kebertubuhan ini sangat identik dan dekat dengan kita, sebagai manusia pada dasarnya dan pada umumnya. Bahkan saat seksualitas semakin rumit dan kompleks. Tubuh kita bukan lagi satu-satunya medium senggama. Hendri tampak hendak mendaratkan dinamika dunia seks sekarang. Apa yang dibicarakan-ditawarkan Hendri dalam buku ini, laik mendapat tanggapan dan komentar demi diskursus seksualitas sekarang.
Judul : C*bul: Perbincangan Seksualitas Era Kontemporer
Penulis : Hendri Yulius
Penerbit : Marjin Kiri
Cetakan : Edisi diperluas, Juni 2021
Lihat Juga :
tulis komentar anda