Seksualitas Sekarang Ini

Sabtu, 16 Oktober 2021 - 08:52 WIB
Hendri Yulis dalam buku C*bul: Perbincangan Seksualitas Era Kontemporer mendedahkan bagaimana dunia seksualitas kita, mulai dari sisi ekonomi-industrial, relasi kuasa dalam hubungan keluarga, budaya artifisial, sastra porno, sampai etika menghadapi film porno masa kini.

Adegan-adegan bertema seksualitas tersalurkan dalam film-film. Benar saja, film-film semacam ini laris di pasaran. Mulai lewat kaset DVD, atau macam sekarang, tinggal mengunduh di internet dan menyimpannya dalam laptop atau diskalepas¾alias flasdisk.

baca juga: Ceritakan Seksualitasnya, David Archuleta Akui Sebagai Biseksual

Pergeseran arus membikin fantasi dan kenikmatan masyarakat modern kita terhadap seks makin tak terbendung. Semburat rasa nikmat terbangun dalam imajinasi yang memendar dari film. Tatkala bicara tentang kenikmatan, itu rupanya bukan perkara biologis, tapi juga menyoal bagaimana kenikmatan dimediasi oleh piranti teknologis dan ditransfer pada, serta diambil alih oleh, tubuh kita.

Nyatanya, idealisasi dan pertarungan ideologi film porno tentu tak luput berlangsung. Ada Timur ada Barat. Ada laki-laki (maskulin) dan perempuan (feminin). Meski konstruksi gender ini juga kembali dibongkar dan dipertanyakan. Isu rasialisme dan percobaan¾untuk melampaui batas-batas kemampuan tubuh¾turut mengarus dalam genre film ini.

baca juga: Seperti Ini Gejala dan Penyebab Seseorang Hiperseksualitas

Hendri Yulius mendaras pembabagan ini dengan lugas. Bahwa film porno, jelas mempertimbangkan manajemen industrial berikut pangsa pasar. Adegan seks bahkan sempat merajai dan menjadi menu utama perfilman nasional. Film telah merasuk ke dalam pikiran dan sukma. Kita rupanya tidak bisa jauh-jauh dari tatapan “gambar hidup”. Permainan gaya, tanda, citra, kode, simbol dalam layar itu sangat kuat memberi pengaruh dalam hidup kita.

Goyang Dangdut

Perbincangan seputar nuansa “panas” kurang rasanya bila tak menyinggung musik dangdut. Dangdut sudah mendarah daging dalam budaya Indonesia, termasuk biduanitanya. Sedang Inul Daratista dan Jupe¾sapaan Julia perez, Hendri sebut sebagai ikon dangdut pasca reformasi. Kita tahu, kebebasan publik dalam berekspresi di masa rezim Orde Baru benar-benar minim dan dikontrol ketat. Kemunculan Inul dan Jupe dalam dunia hiburan, jelas mengembuskan angin segar, lewat lirik-lirik lagu dan goyangan.

baca juga: Pornografi Virtual Reality Booming di 2026 dan Punya Fitur Edan
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Terpopuler
Berita Terkini More