Dua Babi Berjanggut di TaNa Bentarum Mati Terserang Virus ASF
Jum'at, 15 Oktober 2021 - 14:04 WIB
Menurut Wahju, Berdasarkan Surat Kepala Balai Veteriner Banjarbaru Nomor: 21001/PK.310/F.5.E/09/2021 perihal Hasil Uji Laboratorium atas sampel air dan organ babi tersebut diperoleh hasil positif terjangkit African Swine Fever (ASF).
Hasil uji laboratorium tersebut kemudian dikoordinasikan dengan pihak terkait yaitu Kementerian Pertanian melalui Direktorat Kesehatan Hewan Jakarta; Balai Veteriner Banjarbaru Kalimantan Selatan; Dinas Perkebunan dan Peternakan Bidang Kesehatan Hewan Kalimantan Barat dan Stasiun Karantina Hewan Entikong, yang kemudian melakukan investigasi bersama di lapangan.
baca juga: 5 Fakta Menarik tentang Danau Sentarum, Kapuas Hulu yang Perlu Diketahui
Sebelum merebak virus ASF, Direktur Jenderal KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui surat No. S.271/KSDAE/KKH/KSA.2/4/2021 tanggal 1 April 2021 telah memberikan sejumlah arahan. Pertama melaporkan kejadian kematian babi hutan di dalam kawasan konservasi dan berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Balai Veteriner setempat untuk pengambilan dan pengiriman sampel guna mengkonfirmasi kematian babi hutan akibat ASF.
Kedua, memperketat pengawasan terhadap legalitas dan peredaran daging babi hutan serta derivatnya melalui pemeriksaan kelengkapan dokumen Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri (SATS-DN) yang didasarkan atas penetapan kuota di setiap provinsi.
baca juga: Badau, Kapuas Hulu yang Jadi Gerbang Wisata Jantung Borneo
Ketiga, berperan aktif dalam melakukan surveilance bersama pihak terkait terhadap penyakit ASF di alam terutama yang menjadi habitat sebaran Harimau Sumatera. Keempat, melakukan kajian terhadap penurunan populasi satwa predator (pemangsa) di wilayah kerja.
“Sesuai dengan arahan Dirjen KSDAE tersebut, bersama pihak Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kapuas Hulu, Balai Besar TaNa Bentarum menyepakati untuk melakukan kegiatan disinfeksi kandang dan ternak babi di daerah yang terduga terpapar terutama di wilayah yang menjadi Desa Binaan, isolasi ternak, penghentian peredaran satwa babi hutan/ternak serta melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat akan penyebaran virus ASF,” pungkas Wahju.
Hasil uji laboratorium tersebut kemudian dikoordinasikan dengan pihak terkait yaitu Kementerian Pertanian melalui Direktorat Kesehatan Hewan Jakarta; Balai Veteriner Banjarbaru Kalimantan Selatan; Dinas Perkebunan dan Peternakan Bidang Kesehatan Hewan Kalimantan Barat dan Stasiun Karantina Hewan Entikong, yang kemudian melakukan investigasi bersama di lapangan.
baca juga: 5 Fakta Menarik tentang Danau Sentarum, Kapuas Hulu yang Perlu Diketahui
Sebelum merebak virus ASF, Direktur Jenderal KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui surat No. S.271/KSDAE/KKH/KSA.2/4/2021 tanggal 1 April 2021 telah memberikan sejumlah arahan. Pertama melaporkan kejadian kematian babi hutan di dalam kawasan konservasi dan berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Balai Veteriner setempat untuk pengambilan dan pengiriman sampel guna mengkonfirmasi kematian babi hutan akibat ASF.
Kedua, memperketat pengawasan terhadap legalitas dan peredaran daging babi hutan serta derivatnya melalui pemeriksaan kelengkapan dokumen Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri (SATS-DN) yang didasarkan atas penetapan kuota di setiap provinsi.
baca juga: Badau, Kapuas Hulu yang Jadi Gerbang Wisata Jantung Borneo
Ketiga, berperan aktif dalam melakukan surveilance bersama pihak terkait terhadap penyakit ASF di alam terutama yang menjadi habitat sebaran Harimau Sumatera. Keempat, melakukan kajian terhadap penurunan populasi satwa predator (pemangsa) di wilayah kerja.
“Sesuai dengan arahan Dirjen KSDAE tersebut, bersama pihak Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kapuas Hulu, Balai Besar TaNa Bentarum menyepakati untuk melakukan kegiatan disinfeksi kandang dan ternak babi di daerah yang terduga terpapar terutama di wilayah yang menjadi Desa Binaan, isolasi ternak, penghentian peredaran satwa babi hutan/ternak serta melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat akan penyebaran virus ASF,” pungkas Wahju.
(ymn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda