Menyoal Keterbukaan China

Rabu, 22 April 2020 - 06:14 WIB
Pemerintah Daerah di Kota Wuhan sendiri mengatakan. minggu lalu telah memperbaharui data jumlah warga mereka yang meninggal menjadi 4.600 dari 3.898 orang. Angka warga yang terinfeksi juga meningkat 50% dari angka yang dilaporkan sebelumnya. China mengatakan pembaharuan data ini disebabkan karena data yang terkumpul dari orang-orang yang meninggal baru masuk.

Beberapa kasus kematian ditambahkan karena ada kematian di rumah sakit yang belum didaftarkan di sistem informasi pengendalian penyakit dan beberapa kasus telah dilaporkan terlambat atau tidak dilaporkan sama sekali oleh beberapa lembaga medis. WHO sendiri mengatakan bahwa pembaharuan data ini wajar dan bisa terjadi di semua negara.

Meskipun China telah memperbaiki data mereka, beberapa kepala negara masih bersikap skeptis. Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam wawancara dengan Financial Times Inggris mengatakan, “there are clearly things that have happened that we don’t know about” (“jelaslah ada hal-hal yang terjadi yang tidak kita ketahui”). Sikap yang lebih persuasif dan diplomatis ditunjukkan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel yang menyerukan bahwa dunia akan belajar lebih banyak dari China apabila China lebih transparan tentang asal mula virus.

Saya melihat bahwa tekanan-tekanan kepada China ini akan semakin besar dengan menjelang menurunnya kasus-kasus baru di beberapa negara namun saya juga tidak yakin apakah tekanan itu akan membuka ruang transparansi yang lebih lebar dari pemerintah China. Alasannya, karena setelah krisis wabah Covid 19 ini berakhir, dunia akan menghadapi krisis ekonomi yang membutuhkan pemulihan yang cepat. Pemulihan ini secara sederhana adalah mengisi kembali uang negara yang sudah dihabiskan sebagian besar untuk menyelesaikan wabah ini dan juga kerugian-kerugian lain akibat terhentinya proses produksi. Beberapa negara, seperti Indonesia, mungkin juga perlu mengatur kembali jadwal pembayaran utangnya selain juga mungkin membutuhkan pinjaman baru. China sebagai salah satu negara yang memiliki likuiditas keuangan terbesar di dunia tergolong masih kuat dan menjadi tempat bagi negara-negara lain sebagai dewa penyelamat.

Ketergantungan ekonomi negara-negara terhadap China dapat mengkompromikan tekanan mereka untuk mencari kebenaran di balik wabah yang telah menyebabkan kematian lebih dari 170.000 orang lebih dan menginfeksi 2,5 juta manusia.
(ysw)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More