Amien Rais Sebut G30S PKI Paling Berbahaya, Paling Berisiko Tinggi kalau Terulang Lagi
Jum'at, 01 Oktober 2021 - 11:33 WIB
JAKARTA - Mantan Ketua MPR RI M Amien Rais bicara tentang bahaya dari pengkhianatan yang dilakukan Partai Komunis Indonesia ( PKI ) pada 1965, yang dikenal dengan istilah G30S PKI . Amien menilai, pemberontakan atau pengkhianatan G30S PKI merupakan yang paling berbahaya dan biadab.
Menurut Amien Rais , PKI pada 56 tahun silam memang pemberontak yang paling berdarah-darah dan paling biadab dibandingkan dengan berbagai pemberontakan yang kita kenal sebelumnya.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini mengatakan, Gestapu tetap yang paling gawat, paling berbahaya, paling berisiko tinggi kalau sampai terulang kembali. "Sekarang pertanyaannya, mengapa pemberontakan dan pengkhianatan G30S PKI paling berbahaya dan paling biadab. Paling tidak ada lima sebab mengapa sangat berbahaya," kata Amien, dikutip dari Kanal YouTube Amien Rais Official, Jumat (1/10/2021).
Pertama, kata Amien, PKI tidak pernah punya keyakinan nasionalisme yang betul-betul patriotik. Amien mengatakan, kaum komunis di mana pun selalu punya jaringan internasional dan kadang-kadang menjadi jongos dari kekuatan komunis yang lebih perkasa. "Dulu kalau nggak berkiblat ke Moskow, ke Beijing," ujarnya.
Kedua, lanjut Amien, PKI dan kaum komunis jelas dan sekaligus juga kaum atheis. "Artinya anti-Tuhan, antiagama, tidak percaya kepada alam akhirat. Jadi tentu bertentangan, diametral dengan seluruh keyakinan agama, dan ini sesuatu yang kita sudah tahu semuanya."
Ketua Majelis Syura Partai Ummat ini mengatakan, poin ketiga adalah karena tidak percaya Tuhan, prinsip immoralnya adalah tujuan menghalalkan cara. Jadi, menurutnya, berbohong, menipu, memfitnah, menjebak, dan menyiksa, adalah tipikal kaum komunis.
Keempat, lanjut Amien, nyawa manusia buat penganut komunisme memang tidak lebih penting dari nyawa marmut atau kelinci. "Mereka, membunuh itu enteng sekali, seperti tidak mengenal dosa," kata Amien seraya membeberkan data di berbagai negara.
Kelima, lanjut Amien, kaum komunis di Indonesia, memang lebih ganas dan lebih berbahaya buat bangsa kita sendiri. "Apalagi dewasa ini melihat ada kesempatan luas untuk berancang-ancang merebut kekuasaan negara."
Menurut Amien Rais , PKI pada 56 tahun silam memang pemberontak yang paling berdarah-darah dan paling biadab dibandingkan dengan berbagai pemberontakan yang kita kenal sebelumnya.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini mengatakan, Gestapu tetap yang paling gawat, paling berbahaya, paling berisiko tinggi kalau sampai terulang kembali. "Sekarang pertanyaannya, mengapa pemberontakan dan pengkhianatan G30S PKI paling berbahaya dan paling biadab. Paling tidak ada lima sebab mengapa sangat berbahaya," kata Amien, dikutip dari Kanal YouTube Amien Rais Official, Jumat (1/10/2021).
Pertama, kata Amien, PKI tidak pernah punya keyakinan nasionalisme yang betul-betul patriotik. Amien mengatakan, kaum komunis di mana pun selalu punya jaringan internasional dan kadang-kadang menjadi jongos dari kekuatan komunis yang lebih perkasa. "Dulu kalau nggak berkiblat ke Moskow, ke Beijing," ujarnya.
Kedua, lanjut Amien, PKI dan kaum komunis jelas dan sekaligus juga kaum atheis. "Artinya anti-Tuhan, antiagama, tidak percaya kepada alam akhirat. Jadi tentu bertentangan, diametral dengan seluruh keyakinan agama, dan ini sesuatu yang kita sudah tahu semuanya."
Ketua Majelis Syura Partai Ummat ini mengatakan, poin ketiga adalah karena tidak percaya Tuhan, prinsip immoralnya adalah tujuan menghalalkan cara. Jadi, menurutnya, berbohong, menipu, memfitnah, menjebak, dan menyiksa, adalah tipikal kaum komunis.
Keempat, lanjut Amien, nyawa manusia buat penganut komunisme memang tidak lebih penting dari nyawa marmut atau kelinci. "Mereka, membunuh itu enteng sekali, seperti tidak mengenal dosa," kata Amien seraya membeberkan data di berbagai negara.
Baca Juga
Kelima, lanjut Amien, kaum komunis di Indonesia, memang lebih ganas dan lebih berbahaya buat bangsa kita sendiri. "Apalagi dewasa ini melihat ada kesempatan luas untuk berancang-ancang merebut kekuasaan negara."
(zik)
tulis komentar anda