10 Pahlawan Revolusi Korban Kekejaman G30S/PKI
Jum'at, 01 Oktober 2021 - 05:40 WIB
Foto: wikimedia.org
Dia meninggal di Kentungan, Yogyakarta, 1 Oktober 1965. Jasadnya ditemukan pada 22 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Jabatan terakhirnya adalah Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta. Pria kelahiran 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah ini pernah mengikuti pendidikan militer pada PETA di Bogor di masa pendudukan Jepang. Lalu, Katamso diangkat menjadi Shodanco Peta di Solo. Dia juga pernah dikirim ke Sumatera Barat dan menjadi Komandan Batalion A Komando Operasi 17 Agustus saat menumpas pemberontakan PRRl. Dia juga pernah menjadi Kepala Staf Resimen Team Pertempuran (RIP) II Diponegoro di Bukittinggi.
8.Kapten (Anumerta) Pierre Tendean
Foto: cloudfront.net
Jenazahnya termasuk yang dimasukkan ke dalam sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur, 1 Oktober 1965. Saat tertangkap oleh kelompok G30S, dia mengaku sebagai A. H. Nasution, sang jenderal yang berhasil melarikan diri. Jabatan terakhirnya adalah Ajudan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal TNI Abdul Harris Nasution. Pria kelahiran 21 Februari 1939 di Jakarta ini pernah menjabat Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Dia juga pernah ikut bertugas menyusup ke daerah Malaysia saat sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.
9. A.I.P. II (Anumerta) K. S. Tubun
Foto:izbio.id
Pria kelahiran Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928 ini memiliki nama lengkap Karel Satsuit Tubun. Saat pemberontakan G30S meletus, dia sedang bertugas sebagai pengawal di kediaman Dr. Johannes Leimena yang berdampingan dengan rumah Jenderal A. H. Nasution. Saat itu dia sempat melawan namun akhirnya ditembak dan gugur di kediaman Dr. Johannes Leimena, Jakarta, 1 Oktober 1965. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Semasa hidupnya, dia pernah ditempatkan pada kesatuan Brimob Dinas Kepolisian Negara di Jakarta. Kemudian, tahun 1955 dia dipindahkan ke Medan Sumatera Utara dan dipindahkan ke Sulawesi pada tahun 1958.
Dia meninggal di Kentungan, Yogyakarta, 1 Oktober 1965. Jasadnya ditemukan pada 22 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Jabatan terakhirnya adalah Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta. Pria kelahiran 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah ini pernah mengikuti pendidikan militer pada PETA di Bogor di masa pendudukan Jepang. Lalu, Katamso diangkat menjadi Shodanco Peta di Solo. Dia juga pernah dikirim ke Sumatera Barat dan menjadi Komandan Batalion A Komando Operasi 17 Agustus saat menumpas pemberontakan PRRl. Dia juga pernah menjadi Kepala Staf Resimen Team Pertempuran (RIP) II Diponegoro di Bukittinggi.
8.Kapten (Anumerta) Pierre Tendean
Foto: cloudfront.net
Jenazahnya termasuk yang dimasukkan ke dalam sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur, 1 Oktober 1965. Saat tertangkap oleh kelompok G30S, dia mengaku sebagai A. H. Nasution, sang jenderal yang berhasil melarikan diri. Jabatan terakhirnya adalah Ajudan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal TNI Abdul Harris Nasution. Pria kelahiran 21 Februari 1939 di Jakarta ini pernah menjabat Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Dia juga pernah ikut bertugas menyusup ke daerah Malaysia saat sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.
9. A.I.P. II (Anumerta) K. S. Tubun
Foto:izbio.id
Pria kelahiran Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928 ini memiliki nama lengkap Karel Satsuit Tubun. Saat pemberontakan G30S meletus, dia sedang bertugas sebagai pengawal di kediaman Dr. Johannes Leimena yang berdampingan dengan rumah Jenderal A. H. Nasution. Saat itu dia sempat melawan namun akhirnya ditembak dan gugur di kediaman Dr. Johannes Leimena, Jakarta, 1 Oktober 1965. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Semasa hidupnya, dia pernah ditempatkan pada kesatuan Brimob Dinas Kepolisian Negara di Jakarta. Kemudian, tahun 1955 dia dipindahkan ke Medan Sumatera Utara dan dipindahkan ke Sulawesi pada tahun 1958.
Lihat Juga :
tulis komentar anda