Pangkostrad: Foto-Foto Peristiwa 1965 Tersimpan Baik Agar Tak Lupa Pemberontakan PKI
Senin, 27 September 2021 - 21:58 WIB
JAKARTA - Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman balik menuding pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang menyebut ada penyusupan PKI di tubuh TNI sebagai tudingan keji. Dia mengakui patung Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD) memang sudah tidak di Museum Darma Bhakti Kostrad.
Tetapi hal itu bukan karena pihaknya berupaya menghilangkan sejarah kelam pemberontakan PKI tahun 1965. Patung tersebut diambil kembali penggagasnya, yaitu Letjen TNI AY Nasution (Panglima Kostrad 2011-2012).
Lagi pula, bukti-bukti atau penanda peristiwa masa itu masih terawat dengan baik. ”Foto-foto peristiwa serta barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto saat peristiwa 1965 itu, masih tersimpan dengan baik di museum tersebut. Hal ini sebagai pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD serta Kapten Piere Tendean,” tutur Dudung lewat pernyataan tertulis, Senin (27/9/2021) malam.
Sebelumnya, Gatot Nurmantyo pada diskusi webinar bertema TNI vs PKI yang diselenggarakan Insan Cita pada Minggu (26/9/2021) malam menyampaikan pandangannya mengenai komunisme dan PKI.
”Memang benar sebagai organisasi PKI telah dibubarkan, sebagai ideologi juga sudah tidak laku. Tetapi jangan lupa keturunan mereka membawa dendam dan berupaya mengubah sejarah,” tutur Gatot dalam sebuah diskusi dengan KAHMI dikutip dari akun Youtube Kang Jana Tea, Senin (27/9/2021).
Menurut Gatot, kendati terus menyamarkan diri, gaya dan cara berpolitik PKI sangat mudah dikenali. Pertama, politik adu domba antara sesama anak bangsa, antara rakyat dengan pemeritah agar bisa menguasai Indonesia. Kedua, membuat propaganda agar masyarakat tidak percaya pada pemuka agama. ”Inilah yang disebut PKI gaya baru . Hanya TNI dan Umat Islam, rakyat keseluruhan yang bisa menghadapinya,” kata Gatot.
Tetapi dia melihat ada yang berbeda di TNI. Hal ini disimpulkannya setelah menyaksikan perubahan di Markas Kostrad TN AD. Gatot menuturkan, di Markas Kostrad, ada sebuah ruangan bernama Museum Darma Bhakti. Ruang itu merupakan ruang kerja Soeharto ketika saat menjabat sebagai pangkostrad.
Di ruang kerja itulah, Soeharto bersama Panglima TNI AD Jenderal AH Nasution dan komandan RPKAD Letjen TNI Sarwo Edhie bertemu sehari pasca penculikan para jenderal dalam G30S/PKI. Mereka merancang rencana penumpasan gerakan tersebut.
Peristiwa ini diabadikan lewat patung diorama di dalam museum yang menampilkan pembicaraan ketiga tokoh tersebut. Tetapi kini patung Soeharto, Sarwo Edhie dan Nasution sudah tidak ada lagi di dalam museum Kostrad. ”Ini menunjukkan sudah ada infiltrasi di tubuh TNI,” kata Gatot.
Hal ini langsung dibantah Dudung, "Itu sama sekali tidak benar. Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD," jelasnya.
Tetapi hal itu bukan karena pihaknya berupaya menghilangkan sejarah kelam pemberontakan PKI tahun 1965. Patung tersebut diambil kembali penggagasnya, yaitu Letjen TNI AY Nasution (Panglima Kostrad 2011-2012).
Lagi pula, bukti-bukti atau penanda peristiwa masa itu masih terawat dengan baik. ”Foto-foto peristiwa serta barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto saat peristiwa 1965 itu, masih tersimpan dengan baik di museum tersebut. Hal ini sebagai pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD serta Kapten Piere Tendean,” tutur Dudung lewat pernyataan tertulis, Senin (27/9/2021) malam.
Baca Juga
Sebelumnya, Gatot Nurmantyo pada diskusi webinar bertema TNI vs PKI yang diselenggarakan Insan Cita pada Minggu (26/9/2021) malam menyampaikan pandangannya mengenai komunisme dan PKI.
”Memang benar sebagai organisasi PKI telah dibubarkan, sebagai ideologi juga sudah tidak laku. Tetapi jangan lupa keturunan mereka membawa dendam dan berupaya mengubah sejarah,” tutur Gatot dalam sebuah diskusi dengan KAHMI dikutip dari akun Youtube Kang Jana Tea, Senin (27/9/2021).
Menurut Gatot, kendati terus menyamarkan diri, gaya dan cara berpolitik PKI sangat mudah dikenali. Pertama, politik adu domba antara sesama anak bangsa, antara rakyat dengan pemeritah agar bisa menguasai Indonesia. Kedua, membuat propaganda agar masyarakat tidak percaya pada pemuka agama. ”Inilah yang disebut PKI gaya baru . Hanya TNI dan Umat Islam, rakyat keseluruhan yang bisa menghadapinya,” kata Gatot.
Tetapi dia melihat ada yang berbeda di TNI. Hal ini disimpulkannya setelah menyaksikan perubahan di Markas Kostrad TN AD. Gatot menuturkan, di Markas Kostrad, ada sebuah ruangan bernama Museum Darma Bhakti. Ruang itu merupakan ruang kerja Soeharto ketika saat menjabat sebagai pangkostrad.
Baca Juga
Di ruang kerja itulah, Soeharto bersama Panglima TNI AD Jenderal AH Nasution dan komandan RPKAD Letjen TNI Sarwo Edhie bertemu sehari pasca penculikan para jenderal dalam G30S/PKI. Mereka merancang rencana penumpasan gerakan tersebut.
Peristiwa ini diabadikan lewat patung diorama di dalam museum yang menampilkan pembicaraan ketiga tokoh tersebut. Tetapi kini patung Soeharto, Sarwo Edhie dan Nasution sudah tidak ada lagi di dalam museum Kostrad. ”Ini menunjukkan sudah ada infiltrasi di tubuh TNI,” kata Gatot.
Hal ini langsung dibantah Dudung, "Itu sama sekali tidak benar. Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD," jelasnya.
(muh)
tulis komentar anda