Soal Vaksin Merah Putih, Eijkman Harapkan Dapat EUA Pertengahan 2022

Kamis, 16 September 2021 - 16:13 WIB
Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio mengungkapkan vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan diharapkan sudah mendapatkan EUA pertengahan tahun depan atau 2022 agar dapat digunakan. Foto/BNPB
JAKARTA - Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengungkapkan vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan diharapkan sudah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) pertengahan tahun depan atau 2022 agar dapat digunakan.

“Proses yang saat ini sedang berjalan adalah transisi dari skala laboratorium itu tadi ke skala industri, kami melakukan optimasi dan juga peningkatan produktiviti yang saat ini berlangsung. Dan secara singkat kami berupaya atau berharap di pertengahan tahun 2022 sudah mendapatkan EUA ya emergency use authorization,” ujar Amin dalam keterangannya, Kamis (16/9/2021).

Amin juga mengatakan bahwa Indonesia baru pertama kali membuat vaksin dari nol. “Indonesia yang dalam sejarah belum pernah membuat vaksin dari nol, kita harus membuat sesuatu yang singkat. Bahkan, WHO saja memperkirakan untuk membuat vaksin Covid-19 membutuhkan waktu 18 bulan.”



Sejak bulan Maret 2020, Amin mengatakan Eijkman ditugasi untuk membuat vaksin Covid-19. “Sebelumnya memang kami telah berpartisipasi dalam pembuatan vaksin Demam Berdarah. Dan untuk membuat vaksin yang sempurna kira-kira membutuhkan waktu sekitar 30 tahun untuk mengembangkan suatu vaksin yang sempurna. Dan vaksin-vaksin lain juga membutuhkan waktu 10 tahun, bahkan jarang yang 5 tahun berhasil,” paparnya.

“Nah, tentu kita dihadapkan tantangan bagaimana bisa membuat vaksin dalam waktu singkat. WHO memprediksi untuk waktu membuat vaksin ini paling sedikit butuh waktu 18 bulan,” sambungnya.

Amin menambahkan bahwa tugas Eijkman adalah mengembangan bibit vaksin Covid-19 yang kemudian akan diproduksi oleh PT Biofarma. “Kemudian kita membentuk tim berdasarkan pengalaman kami, ada dua skala dalam pengembangan vaksin Covid-19 ini ya yakni skala laboratorium dan skala industri. Jadi tugas kami adalah mengembangkan bibit vaksin yang kemudian akan diproduksi Biofarma.”

“Kita juga harus membuat hasil penelitian kami itu bisa dilanjutkan di industri, nah biasanya kami kan bekerja dalam skala lab kan kecil-kecil. Sedangkan kalau di industri volumenya akan jauh lebih besar,” paparnya.
(kri)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More