MPR Ingatkan Indonesia Tak Perlu Buru-Buru Mendukung Taliban atau Menolaknya

Rabu, 25 Agustus 2021 - 08:01 WIB
Wakil Ketua MPR dari Fraksi PPP Arsul Sani berpandangan, sebagai masyarakat Indonesia posisi yang paling baik menurutnya adalah menunggu perkembangan yang ada di Afghanistan. FOTO/DOK.SINDOnews
JAKARTA - Keberhasilan Taliban mengambilalih pemerintahan Afghanistan setelah militer Amerika Serikat (AS) meninggalkan negara tersebut mendapatkan berbagai sorotan dunia, termasuk sejumlah politisi di Indonesia. Ada yang menyampaikan sikap antipati tapi ada pula simpati terhadap Taliban.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua MPR dari Fraksi PPP Arsul Sani berpandangan, sebagai masyarakat Indonesia posisi yang paling baik menurutnya adalah menunggu perkembangan yang ada di Afghanistan.

"Kita sebagai warga bangsa yang ada di pergaulan international tidak bisa bisa kemudian belum apa-apa sudah menyikapi misalnya kita mendukung atau tidak mendukung, misalnya kita nanti kalau ada negara-negara besar yang ternyata tidak mendukung, kemudian kita ikut-ikutan tidak mendukung, kita tidak bisa seperti itu," kata Arsul kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (25/8/2021).

Baca juga: BPET MUI: Terlalu Dini Mengatakan Taliban Sudah Moderat





Menurut Arsul, Indonesia memiliki cita-cita berbangsa sendiri, ikut dalam ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi, itu adalah cita-cita berbangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.

"Dan kita adalah negara independen yang dalam bersikap itu tidak tergantung pada negara lain, tidak ikut-ikutan tapi mengacu pada kepentingan nasional kita sendiri, itu saja," katanya. "Jadi hemat saya terhadap Taliban, maka sebaiknya kita melihat dulu apa perkembangan di Afghanistan akan seperti apa," kata Ketua Fraksi PPP DPR ini.

Adapun sikap Jusuf Kalla yang menyampaikan simpatinyan terhadap Taliban, Anggota Komisi III DPR ini menilai, selama ini yang disampaikan JK terkait dengan Taliban itu terkait pengalaman empirisnya. Sehingga, pandangan yang dibentuk dari pengalaman empris mesti diapresiasi, meskipun mungkin ada pandangan berbeda dalam melihat Taliban itu.

Baca juga: Inilah 10 Peralatan Militer AS Termahal yang Direbut Taliban secara Gratis



"Tetapi kita tidak bisa menutup diri melihat Taliban katakanlah dengan kacamata kuda seperti sebelum tahun 2000 ketika belum digulingkan oleh koalisi negara-negara barat. Kita lihat kan 20 tahun itu bisa juga sudah ada perkembangan-perkembangan yang membedakan mereka dengan yang dulu," kata Arsul.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(abd)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More