IDI Ingatkan Angka Kematian Akibat Covid-19 Masih Tinggi
Sabtu, 21 Agustus 2021 - 11:48 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Budiarto mengingatkan bahwa angka kematian akibat Covid-19 masih sangat tinggi. Menurutnya, selain vaksin yang harus dikejar, angka kematian juga harus diperhatikan.
"Betul mengejar vaksin. Tapi kuratifnya jangan diabaikan karena kematiannya tinggi sekali, masih di atas 1.000. Jadi kementerian terkait adalah harus melakukan upaya untuk menekan angka kematian tadi,” katanya dalam Polemik MNC Trijaya, Sabtu (21/8/2021).
"Sehingga ayo kita kejar vaksin, ayo kita cegah kematian. Jangan ayo kejar vaksin, kematian biarin ajalah. Datanya masih di atas 1.000," tuturnya.
Dia mengingatkan bahwa output dari penanganan pandemi Covid-19 adalah mencegah adanya kematian. Menurutnya, angka kematian jadi indikator yang utama.
"Kalau mau seluruh Indonesia terinfeksi kalau cuma pilek-pilek saja jadi masalah nggak? Tidak akan jadi masalah. Tapi karena dia sakit, sesak, meninggal itu baru jadi masalah. Jadi nomor satu adalah indikatornya adalah angka kematian," ungkapnya.
Dia mengatakan bahwa ada beberapa hal untuk mencegah kematian yakni SDM, bed, dan pembiayaan yang cukup. Selain itu logistik kesehatan seperti obat, oksigen, alat kesehatan juga harus tersedia.
Slamet juga mengatakan bahwa terlambatnya penanganan juga bisa menjadi faktor penyebab kematian.
"Iya termasuk apakah isolasi mandiri, terlambat penanganan. Itu adalah tugas Kementerian kesehatan. Kalau kementerian lain ga bisa," ungkapnya.
Dia meminta agar Kementerian Kesehatan segera menganalisa penyebab tingginya angka kematian. "Itu yang bisa meneliti, bisa menganalisa adalah Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan bisa apakah faktor tidak ada obat? Apakah faktor tidak ada alat kesehatan, ataukah faktor SDM-nya?” katanya.
Slamet pun meminta agar IDI juga dilibatkan dalam proses analisa tersbeut. Pasalnya hingga hari ini belum ada pelibatan itu. "Harusnya secepatnya dilakukan, analisa secara bersama-sama. Dan Kementerian Kesehatan harusnya melibatkan IDI ya untuk menganalisa hal tersebut," pungkasnya.
"Betul mengejar vaksin. Tapi kuratifnya jangan diabaikan karena kematiannya tinggi sekali, masih di atas 1.000. Jadi kementerian terkait adalah harus melakukan upaya untuk menekan angka kematian tadi,” katanya dalam Polemik MNC Trijaya, Sabtu (21/8/2021).
"Sehingga ayo kita kejar vaksin, ayo kita cegah kematian. Jangan ayo kejar vaksin, kematian biarin ajalah. Datanya masih di atas 1.000," tuturnya.
Dia mengingatkan bahwa output dari penanganan pandemi Covid-19 adalah mencegah adanya kematian. Menurutnya, angka kematian jadi indikator yang utama.
"Kalau mau seluruh Indonesia terinfeksi kalau cuma pilek-pilek saja jadi masalah nggak? Tidak akan jadi masalah. Tapi karena dia sakit, sesak, meninggal itu baru jadi masalah. Jadi nomor satu adalah indikatornya adalah angka kematian," ungkapnya.
Dia mengatakan bahwa ada beberapa hal untuk mencegah kematian yakni SDM, bed, dan pembiayaan yang cukup. Selain itu logistik kesehatan seperti obat, oksigen, alat kesehatan juga harus tersedia.
Slamet juga mengatakan bahwa terlambatnya penanganan juga bisa menjadi faktor penyebab kematian.
"Iya termasuk apakah isolasi mandiri, terlambat penanganan. Itu adalah tugas Kementerian kesehatan. Kalau kementerian lain ga bisa," ungkapnya.
Dia meminta agar Kementerian Kesehatan segera menganalisa penyebab tingginya angka kematian. "Itu yang bisa meneliti, bisa menganalisa adalah Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan bisa apakah faktor tidak ada obat? Apakah faktor tidak ada alat kesehatan, ataukah faktor SDM-nya?” katanya.
Slamet pun meminta agar IDI juga dilibatkan dalam proses analisa tersbeut. Pasalnya hingga hari ini belum ada pelibatan itu. "Harusnya secepatnya dilakukan, analisa secara bersama-sama. Dan Kementerian Kesehatan harusnya melibatkan IDI ya untuk menganalisa hal tersebut," pungkasnya.
(zik)
tulis komentar anda