Taliban di Antara Aspirasi dan Kekhawatiran Dunia

Kamis, 19 Agustus 2021 - 05:56 WIB
Terlepas dari kicauan dan gonggongan yang terkadang memuakkan dari media dunia, khususnya Barat, keluarnya Amerika dari Afghanistan, perlu diapresiasi. Foto/REUTERS
Shamsi Ali

Presiden Nusantara Foundation

TERLEPAS dari kicauan dan gonggongan yang terkadang memuakkan dari media dunia, khususnya Barat, keluarnya Amerika dari Afghanistan adalah sesuatu yang perlu diapresiasi. Minimal keputusan itu merupakan “bisikan nurani” mengakui salah satu kesalahan negara adi daya ini dari masa ke masa. Sejak Vietnam, Irak, hingga ke Afghanistan, semuanya telah menjadi kesalahan dan dosa sejarah yang memalukan.



Invasi Amerika di Afghanistan 20 tahun lalu itu sebuah kesalahan fatal yang diambil oleh pemerintahan GW Bush. Masih terngiang di telinga saya, di saat mendampinginya berkunjung ke Ground Zero. Di sanalah pertama kali Bush mendeklarasikan: “they will hear us” (mereka akan mendengar kita). Teman saya membisikkan ketika itu: “ it’s a war declaration” (itu pengumuman perang).

Banyak yang ribut dengan keluarnya Amerika dari Afghanistan. Padahal yang harusnya diributkan selama ini Kenapa Amerika menduduki negara lain atas nama memerangi terorisme? Toh sekali lagi sejarah telah membuktikan bahwa Amerika gagal menangkap/membunuh Osama bin Laden di Afghanistan. Justeru Osama terbunuh di negeri Ali Jinnah (Pakistan) belakangan.

Afghanistan memang negara yang unik. Pada tataran tertentu menjadikan kita, atau saya pribadi, berdecak kagum. Negara itu kaya secara alam. Juga letaknya yang strategis, selain menghubungkan negara-negara Asia Tengah dan Asia Selatan, juga dikelilingi oleh negara-negara besar dan berpengaruh seperti Iran, India, Pakistan dan China.

Tapi kehebatan Afghanistan Sesungguhnya ada pada bangsanya. Bangsa ini dalam sejarahnya telah membuktikan mampu menaklukkan penjajah-penjajah dari kalangan bangsa-bangsa kuat dunia. Dari Inggris, Uni Soviet, dan kini Amerika. Sebagai mahasiswa IIU Pakistan di akhir tahun 80-an (88-95), saya tahu betul panasnya jihad dan ruh mujahidin di bumi Afghanistan ketika itu.

Sekitar Agustus 1992 itulah masa ketika Uni Soviet harus angkat kaki dari Afghanistan. Ada euphoria yang sangat tinggi di kalangan Umat Islam saat itu. Berbagai mimpi (atau slogan) tumbuh. Salah satunya: “dari Kabul ke Jerusalem”. Slogan “Khaebar Khaebar ya Yahuud. Jaesyu Muhammad saofa ya’uud” terdengar di mana-mana.

Tapi akhirnya apa yang terjadi? Darah anak-anak Afghanistan terus tertumpah di negeri itu. Jika darah di masa sebelumnya segar harum mengalir di bumi jihad itu, beralih menjadi darah yang berbau amis. Hal itu karena yang terjadi belakangan adalah peperangan antar kabilah. Masing-masing kabilah ingin pemimpinnya yang menjadi jagoan. Dari Sayyaf, ke Rabbani, Mujaddidi, hingga ke Hikmatyar dan seterusnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More