Sosiolog Nilai Pandemi COVID-19 Tingkatkan Angka Kemiskinan dan Kriminalitas
Jum'at, 13 Agustus 2021 - 07:51 WIB
JAKARTA - Sosiolog Universitas Nasional (Unas), Sigit Rochadi menyebut menyebut pandemi COVID-19 mengakibatkan angka kemiskinan meningkat. Akibatnya jumlah kemiskinan meningkat, tingkat kriminalitas juga mengalami peningkatan.
"Pandemi berdampak pada kemiskinan. Kemiskinan mengakibatkan meningkatkan kriminalitas. Jadi melalui fariabel antara," ujar Sigit saat dihubungi MNC Portal Indoneisa, Jumat (13/8/2021). Baca juga: Ketua Satgas Penanganan Covid-19 IDI: Angka Kematian Akibat Virus Corona di Indonesia Masih Tinggi
Dia menyebut akibat pandemi COVID-19 jumlah kemiskinan di Indonesia mengalami peningkatan hingga 7% mencapai angka 16% dari data sebelum pandemi hanya 9,5%. "Banyak pemutusan kerja, penyumbang kemiskinan paling besar. Karena ada pembatasan usaha sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya," jelasnya.
Tidak berhenti di situ, Sigit menyenbut di tengah meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia secara otomatis juga meningkatkan angka kriminalitas di Indonesia.
"Kemiskinan dan kriminalitas itu dua sisi mata uang yang sama. Satu sisi kemiskinan sisi lainnya kriminalitas. Kalau kemiskinan meningkat kriminalitas meningkat," paparnya.
Meski begitu dia menilai kriminalitas yang terjadi akibat kondisi kemiskinan tersebut adalah kriminalitas elementer. Kejahatan seperti penipuan dan pencurian.
"Bukan kejahatan pemberatan seperti pembunuhan, perampokan. Karena kejahatan elementer itu hanya untuk kebutuhan ekonomi, terdesak oleh kebutuhan ekonomi. Pelakunya juga tidak profesional," pungkasnya.
"Pandemi berdampak pada kemiskinan. Kemiskinan mengakibatkan meningkatkan kriminalitas. Jadi melalui fariabel antara," ujar Sigit saat dihubungi MNC Portal Indoneisa, Jumat (13/8/2021). Baca juga: Ketua Satgas Penanganan Covid-19 IDI: Angka Kematian Akibat Virus Corona di Indonesia Masih Tinggi
Dia menyebut akibat pandemi COVID-19 jumlah kemiskinan di Indonesia mengalami peningkatan hingga 7% mencapai angka 16% dari data sebelum pandemi hanya 9,5%. "Banyak pemutusan kerja, penyumbang kemiskinan paling besar. Karena ada pembatasan usaha sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya," jelasnya.
Tidak berhenti di situ, Sigit menyenbut di tengah meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia secara otomatis juga meningkatkan angka kriminalitas di Indonesia.
"Kemiskinan dan kriminalitas itu dua sisi mata uang yang sama. Satu sisi kemiskinan sisi lainnya kriminalitas. Kalau kemiskinan meningkat kriminalitas meningkat," paparnya.
Meski begitu dia menilai kriminalitas yang terjadi akibat kondisi kemiskinan tersebut adalah kriminalitas elementer. Kejahatan seperti penipuan dan pencurian.
"Bukan kejahatan pemberatan seperti pembunuhan, perampokan. Karena kejahatan elementer itu hanya untuk kebutuhan ekonomi, terdesak oleh kebutuhan ekonomi. Pelakunya juga tidak profesional," pungkasnya.
(kri)
tulis komentar anda