Kunjungan ke Klinik Terapi COVID-19, Satgas DPR Harap Bisa Diterapkan di Rumah Sakit
Selasa, 10 Agustus 2021 - 22:09 WIB
JAKARTA - Satgas Lawan COVID-19 DPR melakukan kunjungan ke Klinik Hayandra yang merupakan klinik dengan metode terapi aaPRP untuk penderita COVID-19 . Dengan kemudahan dan harga yang terjangkau, terapi ini diharapkan dapat membantu mempercepat kesembuhan pasien COVID-19.
Koordinator Satgas Lawan COVID-19 DPR, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan karena biaya yang relatif murah dan teknologinya cukup sederhana terapi ini akan mudah diterapkan oleh rumah sakit (RS).
"Ini kabar bagus untuk rakyat Indonesia dan dunia kesehatan bahwa untuk terapi pasien COVID-19 kita sudah ada yang tinggal dimasifkan ke seluruh negeri," ujar Wakil Ketua DPR ini saat kunjungan di klinik yang berada di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Selasa (10/8/2021).
Adapun proses terapinya, Dasco menjelaskan akan dilakukan pengambilan darah pasien sebanyak 24cc atau sekitar 1,5 sendok makan. Dan keseluruhan prosesnya akan berlangsung selama sekitar 1,5 jam.
"Ini akan mendampingi terapi nasional yang diberikan sehingga ini relatif aman. Teknologinya tidak sulit, rumah sakit di Indonesia bisa melakukannya secara massal," terang Ketua Harian DPP Partai Gerindra ini.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena mengungkapkan pandemi COVID-19 ini dapat menjadi momentum untuk mendukung para ilmuwan dalam negeri yang dapat menghasilkan obat dan alat kesehatan. Hal itu sesuai yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
"Ini momentumnya. Kami semua di satgas akan mendukung siapa saja yang menghasilkan obat dan alkes dalam negeri yang berguna bagi penanganan pandemi COVID-19," kata Melki.
Sementara itu, ahli dari Klinik Hayandra, dr Karina F Moegni, SpBP menjelaskan secara singkat proses terapinya. Menurutnya, terapi ini bekerja untuk menurunkan badai sitokin dengan antiinflamasi yang terkandung di dalam trombosit pasien. Selain itu, diharapkan terjadi perbaikan sel-sel yang rusak akibat virus Corona.
Dari hasil uji klinis fase 1 dan 2, dia melanjutkan, pihaknya menemukan ada penurunan angka kematian pada pasien gejala berat hingga kritis.
"Sebelumnya COVID-19 terapi ini sudah banyak digunakan di seluruh Indonesia untuk banyak kasus termasuk antiaging, pain management, ortopedi dan lain-lain. Tapi indikasi untuk penggunaan COVID-19, ini yang baru," papar dr Karina.
Koordinator Satgas Lawan COVID-19 DPR, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan karena biaya yang relatif murah dan teknologinya cukup sederhana terapi ini akan mudah diterapkan oleh rumah sakit (RS).
Baca Juga
"Ini kabar bagus untuk rakyat Indonesia dan dunia kesehatan bahwa untuk terapi pasien COVID-19 kita sudah ada yang tinggal dimasifkan ke seluruh negeri," ujar Wakil Ketua DPR ini saat kunjungan di klinik yang berada di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Selasa (10/8/2021).
Adapun proses terapinya, Dasco menjelaskan akan dilakukan pengambilan darah pasien sebanyak 24cc atau sekitar 1,5 sendok makan. Dan keseluruhan prosesnya akan berlangsung selama sekitar 1,5 jam.
"Ini akan mendampingi terapi nasional yang diberikan sehingga ini relatif aman. Teknologinya tidak sulit, rumah sakit di Indonesia bisa melakukannya secara massal," terang Ketua Harian DPP Partai Gerindra ini.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena mengungkapkan pandemi COVID-19 ini dapat menjadi momentum untuk mendukung para ilmuwan dalam negeri yang dapat menghasilkan obat dan alat kesehatan. Hal itu sesuai yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
"Ini momentumnya. Kami semua di satgas akan mendukung siapa saja yang menghasilkan obat dan alkes dalam negeri yang berguna bagi penanganan pandemi COVID-19," kata Melki.
Sementara itu, ahli dari Klinik Hayandra, dr Karina F Moegni, SpBP menjelaskan secara singkat proses terapinya. Menurutnya, terapi ini bekerja untuk menurunkan badai sitokin dengan antiinflamasi yang terkandung di dalam trombosit pasien. Selain itu, diharapkan terjadi perbaikan sel-sel yang rusak akibat virus Corona.
Dari hasil uji klinis fase 1 dan 2, dia melanjutkan, pihaknya menemukan ada penurunan angka kematian pada pasien gejala berat hingga kritis.
Baca Juga
"Sebelumnya COVID-19 terapi ini sudah banyak digunakan di seluruh Indonesia untuk banyak kasus termasuk antiaging, pain management, ortopedi dan lain-lain. Tapi indikasi untuk penggunaan COVID-19, ini yang baru," papar dr Karina.
(kri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda