Masuki New Normal, Pemerintah Hidupkan Kembali Pariwisata
Jum'at, 29 Mei 2020 - 06:00 WIB
Peraturan serupa juga berlaku di Spanyol, Prancis, Jerman, dan Austria. Empat negara itu menyatakan tidak dapat menunggu pembukaan lockdown sampai obat Covid-19 ditemukan. Dengan demikian, mereka memilih hidup berdampingan dengan Covid-19 mengingat imbas lockdown sangat signifikan dan besar.
Di Prancis masyarakat diperbolehkan pergi ke luar rumah tanpa memerlukan surat resmi. Namun, mereka diimbau tidak melakukan perjalanan lebih dari 100 kilometer. Warga asing, terutama negara tetangga, juga diperbolehkan masuk. Namun, mereka diminta untuk menaati setiap protokol di negara tersebut.
Kebijakan serupa juga diambil sejumlah negara Asia Tenggara lainnya. Pemerintah Malaysia mengizinkan warga bepergian ke perkotaan dan makan di restoran. Namun, mereka diimbau melakukan pembatasan sosial. Pemilik kedai kopi, Chin Seng Fatt, juga mengaku diminta untuk memisahkan meja setidaknya dua meter.
Kebijakan ini diambil setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 tidak akan punah sehingga masyarakat dunia kemungkinan harus menjalani kehidupan baru. Sejauh ini perusahaan farmasi telah berlomba mengembangkan obat Covid-19. Namun, perjalanannya masih memasuki tahap awal.
Tren Wisata Berubah
Jokowi mengingatkan bahwa keberadaan Covid-19 akan mengubah tren pariwisata ke depan. Tren dimaksud mengarah pada isu health, hygiene, serta safety, security sebagai pertimbangan utama bagi wisatawan yang ingin melancong. (Lihat Video: Tragis, Dua Balita Terbakar di Dalam Mobil karena Main Korek Api)
Menurut dia, protokol tatanan normal baru di sektor pariwisata dapat menjawab isu utama tersebut. Mulai dari protokol kesehatan dari sisi hotel, transportasi, restoran, sampai dengan area wisatanya.
“Sebagai perbandingan, saya minta lihat benchmark di negara lain yang sudah juga saya melihat menyiapkan ini dengan kondisi new normal di sektor pariwisata,” pungkasnya.
Selain itu, Jokowi juga mengatakan bahwa referensi liburan juga akan bergeser. Dia menyebut liburan yang tidak banyak orang akan lebih banyak digemari. “Seperti solo travel tour, wellness tour. Termasuk di dalamnya juga virtual tourism serta staycation,” ungkapnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun meminta kalangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif harus betul-betul mengantisipasi perubahan tren ini. Menurutnya, perlu dicari ke arah mana perubahan tersebut terjadi.
Di Prancis masyarakat diperbolehkan pergi ke luar rumah tanpa memerlukan surat resmi. Namun, mereka diimbau tidak melakukan perjalanan lebih dari 100 kilometer. Warga asing, terutama negara tetangga, juga diperbolehkan masuk. Namun, mereka diminta untuk menaati setiap protokol di negara tersebut.
Kebijakan serupa juga diambil sejumlah negara Asia Tenggara lainnya. Pemerintah Malaysia mengizinkan warga bepergian ke perkotaan dan makan di restoran. Namun, mereka diimbau melakukan pembatasan sosial. Pemilik kedai kopi, Chin Seng Fatt, juga mengaku diminta untuk memisahkan meja setidaknya dua meter.
Kebijakan ini diambil setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 tidak akan punah sehingga masyarakat dunia kemungkinan harus menjalani kehidupan baru. Sejauh ini perusahaan farmasi telah berlomba mengembangkan obat Covid-19. Namun, perjalanannya masih memasuki tahap awal.
Tren Wisata Berubah
Jokowi mengingatkan bahwa keberadaan Covid-19 akan mengubah tren pariwisata ke depan. Tren dimaksud mengarah pada isu health, hygiene, serta safety, security sebagai pertimbangan utama bagi wisatawan yang ingin melancong. (Lihat Video: Tragis, Dua Balita Terbakar di Dalam Mobil karena Main Korek Api)
Menurut dia, protokol tatanan normal baru di sektor pariwisata dapat menjawab isu utama tersebut. Mulai dari protokol kesehatan dari sisi hotel, transportasi, restoran, sampai dengan area wisatanya.
“Sebagai perbandingan, saya minta lihat benchmark di negara lain yang sudah juga saya melihat menyiapkan ini dengan kondisi new normal di sektor pariwisata,” pungkasnya.
Selain itu, Jokowi juga mengatakan bahwa referensi liburan juga akan bergeser. Dia menyebut liburan yang tidak banyak orang akan lebih banyak digemari. “Seperti solo travel tour, wellness tour. Termasuk di dalamnya juga virtual tourism serta staycation,” ungkapnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun meminta kalangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif harus betul-betul mengantisipasi perubahan tren ini. Menurutnya, perlu dicari ke arah mana perubahan tersebut terjadi.
tulis komentar anda