Masyarakat Tetap Harus Waspada

Kamis, 28 Mei 2020 - 06:23 WIB
Foto/Koran SINDO/Ali Masduki
Kasus paparan virus corona (Covid-19) menunjukkan tren menurun, setidaknya hal itu terjadi di DKI Jakarta. Data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 menunjukkan, kasus konfirmasi positif di DKI Jakarta lebih banyak dari pekerja migran dari luar negeri. Tambahan kasus positif korona pekerja migran mencapai 539 kasus. Hal itu dapat diartikan transmisi lokal atau penularan lokal sudah berkurang. Jumlah tempat tidur rawat inap yang terisi di Jakarta sudah di bawah 50%.

Tentu saja hal itu sangat melegakan bagi warga DKI Jakarta. Namun, masyarakat tetap harus ekstrawaspada dan terus menaati protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Apalagi, arus balik warga yang berhasil pulang kampung atau mudik berangsur kembali masuk ke Ibu Kota.

Hal itu tentu mendatangkan risiko karena jumlah kasus di beberapa wilayah di Jawa dan luar Jawa menunjukkan tren meningkat. Seperti di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

Langkah pemerintah untuk melonggarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menggerakkan perekonomian nasional memang perlu didukung oleh masyarakat. Bentuk dukungan tersebut dengan tetap disiplin mengikuti aturan dan protokol kesehatan yang ketat. Terlebih di pasar-pasar tradisional maupun di pusat perbelanjaan belakangan terlihat bahwa masyarakat mengabaikan physical/social distancing dan kerap terlihat tidak menggunakan masker.

Rencana pembukaan pusat perbelanjaan di Jabodetabek juga harus disikapi dengan bijak oleh masyarakat. Tidak perlu bereuforia secara berlebihan dengan mendatangi pusat berbelanjaan secara berbondong-bondong. Belajar dari pengalaman Pemerintah Jerman yang melonggarkan lockdown, jumlah kasus di sana justru melonjak.



Pasien positif corona di Jerman melonjak setelah pemerintah federal dan regional melonggarkan aturan pembatasan sosial. Pada Rabu, 6 Mei 2020, saat Kanselir Jerman Angela Merkel dan perdana menterinya mengumumkan pelonggaran pembatasan sosial, tingkat infeksi berada di angka 0,65. Namun, pada Minggu, 10 Mei 2020, berdasarkan data dari Robert Koch Institute (RKI) untuk Penyakit Menular, angkanya meningkat secara signifikan menjadi 1,13.

Kebijakan untuk menggerakkan roda perekonomian dan kehidupan dengan jargon ”new normal” harus disikapi hati-hati dan penuh kedisiplinan. Jika masyarakat dan dunia usaha bisa disiplin, kebijakan itu tentu akan menggerakkan kembali aktivitas ekonomi.

Tetapi, ada risiko yang mengikutinya. Ada potensi kasus baru jika "New Normal" itu tidak dijalankan dengan hati-hati sehingga akan menambah jumlah korban. Padahal, kapasitas rumah sakit saat ini semakin terbatas. Kedisiplinan masyarakat adalah kunci dari keberhasilan untuk mengembalikan kehidupan menjadi kembali normal.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ysw)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More