Kontroversi Vaksin Berbayar di Era Hyper Reality

Kamis, 15 Juli 2021 - 16:22 WIB
Bukan tidak mungkin akan timbul permainan para oknum yang bisa membuat jatah vaksin gratis menjadi langka karena tersedot untuk melayani mereka yang mampu membayar. Kekhawatiran ini sangat beralasan jika melihat pada beberapa kejadian masa lalu dan ulah para oknum birokrat yang suka mengambil keuntungan pribadi dengan memanfaatkan kebijakan dan situasi. Dalam konteks ini maka kritik dari kalangan masyarakat menjadi sangat relevan dan penting.

Memperhatikan berbagai kritik dan kekhawatiran masyarakat atas kebijakan vaksin berbayar ini, maka pelaksanaan kebijakan ini harus dibarengi dengan berbagai pesyaratan dan pengawasan yang ketat untuk meminimalisir berbagai penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang, sebagaimana yang dikhawatirkan oleh sebagian masayarakat yang melakukan kritik terhadap kebijakan tersebut. Meski logikanya sama dengan pembangunan jalan tol namun dalam prakteknya kebijakan ini berbeda dengan kebijakan jalan tol.

Paling tidak ada tiga persyaratan jika kebijakan vaksin berbayar ini diberlakukan. Pertama, penerapan kebijakan ini jangan sampai mengurangi jatah vaksin gratis yang diberikan kepada masyarakat, termasuk dalam segi penyediaan tenaga pelayanan. Jika hal ini terjadi, misalnya ada kelangkaan vaksin atau pelayanan berkurang karena lebih mementingkan yang berbayar, berarti sudah terjadi komersialisasi vaksin. Kedua, ada regulasi yang jelas, yang benar-benar berpihak kepada masyarakat, sehingga kebijakan ini tidak hanya menguntungkan pihak tertentu, terutama perusahaan medis, yang dapat merugikan masyarakat. Ketiga, melakukan pengawasan yang ketat dan tidakan yang tegas terhadap aparat yang melakukan penyimpangan terhadap kebijakan vaksin berbayar.

Jika ketiga persyaratan dapat terpenuhi maka kebijakan vaksin berbayar bukan menjadi masalah, justru dapat menguntungkan negara dan masyarakat. Selain mempercepat penyebaran vaksin ke masayrakat juga dapat menambah pendapat negara. Di sinilah pentingnya berpikir kritis dan jernih dalam melihat persoalan dan merespon perdebatan yang terjadi di era hyper reality. Tanpa nalar kritis dan hati jernih akan sulit menangkap kemaslahatan yang ada di balik perdebatan.
(kri)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More