Mendagri Beberkan Alasan Pilkada Serentak Tetap Digelar Tahun Ini
Rabu, 27 Mei 2020 - 19:37 WIB
"Ada juga yang menambah TPS bagi yang usia di atas 60 tahun, mereka diberikan TPS khusus dengan petugas APD khusus bahkan, yang sedang dirawat didatangi dengan menggunakan APD khusus," urainya.
Kemudian, sambung dia, tidak ada satupun ahli dari negara manapun yang bisa memprediksi kapan Covid-19 ini akan berakhir. WHO pun mengatkaan bahwa paling cepat akan berakhir pada 2021 atau 2022. Dan kalapun vaksin ditemukan di China, itu belum tentu cocok dengan Indonesia sehingga, Indonesia perlu menemukan vaksin sendiri.
Dan kalaupun ditemukan, perlu ada tes secara bertahap melibatkan jumlah besar dan itu perlu waktu smapai 2022 bahkan 2023, dengan scenario optimistisnya pada akhir 2021.
"Karena itu, memang di tengah situasi ketidakpastian kalau kita punya pilihan opsi diundur di 2021 Maret atau September itu juga tidak menjamin. Kita waktu itu skenarionya 2021 aman sehingga kita cari aman 2021," ucap Tito.
"Tapi, kita lihat trend dunia semua yang sudah lakukan uji coba trial termasuk Indonesia ini hanpir semua katakan paling cepat pertengahan 2021 baru ditemukan, baru testing kemudian mass production dan melaksanakan vaksinisasi bisa sampai setahun kalau opsi 2021 mungkin situasinya masih seperti ini," tambahnya.
Karena itu, Tito menambahkan, melihat semua pemerintahan di dunia sednag melakukan reopening kegiatan-kegiatan dan aktivitas masyarakat dengan protokol Covid-19 yang ketat, Indonesia pun akan membuat kebijakan adaptasi secara bertahap. Agar masyarakat tetap produktif dan juga aman melakukan kegiatan sebagaimana sediakala.
"Karena, kita tidak mungkin terus menerus dalam rumah kalau terus-terus stay at home ada kebosanan masyakat saat ini ada salah satu instansi dari BIN 81 persen responden katakan mereka bosan stay at home, mereka mahkluk sosial," tandasnya.
Kemudian, sambung dia, tidak ada satupun ahli dari negara manapun yang bisa memprediksi kapan Covid-19 ini akan berakhir. WHO pun mengatkaan bahwa paling cepat akan berakhir pada 2021 atau 2022. Dan kalapun vaksin ditemukan di China, itu belum tentu cocok dengan Indonesia sehingga, Indonesia perlu menemukan vaksin sendiri.
Dan kalaupun ditemukan, perlu ada tes secara bertahap melibatkan jumlah besar dan itu perlu waktu smapai 2022 bahkan 2023, dengan scenario optimistisnya pada akhir 2021.
"Karena itu, memang di tengah situasi ketidakpastian kalau kita punya pilihan opsi diundur di 2021 Maret atau September itu juga tidak menjamin. Kita waktu itu skenarionya 2021 aman sehingga kita cari aman 2021," ucap Tito.
"Tapi, kita lihat trend dunia semua yang sudah lakukan uji coba trial termasuk Indonesia ini hanpir semua katakan paling cepat pertengahan 2021 baru ditemukan, baru testing kemudian mass production dan melaksanakan vaksinisasi bisa sampai setahun kalau opsi 2021 mungkin situasinya masih seperti ini," tambahnya.
Karena itu, Tito menambahkan, melihat semua pemerintahan di dunia sednag melakukan reopening kegiatan-kegiatan dan aktivitas masyarakat dengan protokol Covid-19 yang ketat, Indonesia pun akan membuat kebijakan adaptasi secara bertahap. Agar masyarakat tetap produktif dan juga aman melakukan kegiatan sebagaimana sediakala.
"Karena, kita tidak mungkin terus menerus dalam rumah kalau terus-terus stay at home ada kebosanan masyakat saat ini ada salah satu instansi dari BIN 81 persen responden katakan mereka bosan stay at home, mereka mahkluk sosial," tandasnya.
(maf)
tulis komentar anda