Begini Dalih Pemerintah Siapkan Skema Impor Oksigen

Selasa, 13 Juli 2021 - 16:28 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin menyebut produksi nasional tidak mencukupi kebutuhan oksigen pasien Covid-19 yang meningkat drastis. Foto/dok.SINDOnews
JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkap kebutuhan oksigen meningkat tajam pada saat kasus Covid-19 melonjak. Produksi oksigen secara nasional dan persebarannya tidak mampu meutup kebutuhan tersebut. Itu sebabnya pemerintah menyiapkan skema impor sebagai salah satu opsi untuk memenuhi oksigen dan alat konsentratornya.

“Oksigen yang ada di Jawa kapasitasnya 1.488 ton, luar Jawa 271 ton, jadi nasional 1.759 ton per hari. Masalahnya, kalau dilihat (sebarannya) nggak sama, terkonsentrasi di Jawa Barat dan di Jawa Timur. Sedangkan yang di Jawa Tengah, padahal jumlah rumah sakit di Jawa Tengah 390 ditambah yogya 56,” kata Budi dalam paparannya secara daring di Rapat Kerja (Raker) Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (13/7/2021).



Alasannya, Budi menjelaskan, karena memang industri yang membutuhkan oksigen sedikit di Jawa Tengah. Akibatnya, menimbulkan masalah logistik yang sulit, karena distribusi oksigen liquid ini memerlukan truk besar dan sangat berbahaya karena oksigen liquid ini explosive atau mudah meledak, dan harus dibawa dari Jawa Barat ke Jawa Tengah.



“Ini sudah di-manage menjadi satu, tetap menjadi beban yang sangat tinggi untuk menggerakkan oksigen kebutuhannya mungkin sekarang 2.000-an ton per hari pergerakan oksigen,” terangnya.

Adapun strategi pemenuhannya, mantan Wamen BUMN ini menguraikan, skemanya adalah impor dan hibah. Yang jelas, harus impor untuk memenuhi kebutuhan 700-750 ton per hari dan itu ditangani oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Selain impor, pemerintah juga membujuk semua industri yang mempunyai kapasitas untuk produksi oksigen sendiri.

“Misalnya pupuk, pupuk itu memiliki oxygen plan sendiri, karena mereka butuh itu untuk produksi pupuk mereka. Mereka biasanya ada access capacity yang kita minta untuk bantu RS,” ungkap Budi.

Sehingga, kata dia, di bawah koordinasi Kemenperin, dari berbagai industri seperti Smelther Morwali, Krakatau Steel dan lain sebagainya diperoleh 216 ton oksigen liquid per hari. Dan ada tambahan dari reaktivasi pabrik oksigen liquid sebesar 100 ton per hari.



Kemudian, sambung mantan Dirut Bank Mandiri ini, sisanya dibantu dengan oksigen konsentrator, supaya tempat tidur isolasi di RS tidak perlu lagi diisi oleh oksigen liquid tapi diisi dengan oksigen konsentratror. Alat ini diimpor dengan harga USD 500-800 per unit.

“Alat ini bisa dibeli, mungkin harganya USD 500-800. Dia mengkonversi, colokin langsung ke listrik, dia mengkonversi udara langsung menjadi oksigen medis dengan saturasi di atas 93%,” terangnya.

“Ini adalah cara yang dipakai juga di India kemarin dan kita menyumbang juga ke India beberapa oxygen concentrator ini. Kita sudah mengidentifikasi kebutuhan tabung dan oxygen concentrator itu sekitar 60-70 ribu, tapi mungkin ke depannya kita mengarahkan ke oxygen concentrator,” tambah Budi.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More