Menkes: Jateng Produsen Oksigen Terendah, Jabar-Jatim Terbanyak
Senin, 05 Juli 2021 - 15:28 WIB
JAKARTA - Kelangkaan oksigen medis menjadi salah satu bahasan dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi IX DPR dengan Menteri Kesehatan (Menkes), Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Dirut BPJS Kesehatan dan sejumlah organisasi rumah sakit (RS) dan dokter pada Senin (5/7/2021) siang ini.
Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, produksi oksigen medis hanya 25% dari total produksi oksigen di Tanah Air. Oksigen paling banyak digunakan untuk keperluan industri baja, nikel dan smelther.
"Kapasitas produksi oksigen nasional ada 866.000 ton per tahun, tapi semua pabrik itu sekarang utilisasinya 75%, jadi yang riil diproduksi diproduksi setiap tahun adalah 640.000 ton. Dari itu, 75% dipakai untuk oksigen industri seperti industri baja, nikel, smelther, kemudian juga koper smelther, itu 458.000. Yang medis hanya 25% sekitar 181.000 ton per tahun," kata Budi secara virtual dalam Raker hybrid di Ruang Rapat Komisi IX DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (5/7/2021).
Budi menyadari, masalah kelangkaan oksigen ini terjadi karena masalah distribusi. Berdasarkan data, Jawa Tengah (Jateng) merupakan provinsi dengan produksi oksigen terendah. Sementara Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Timur (Jatim) tertinggi. "Kita memang menyadari ada isu dari sisi distribusi, karena memang Jawa Tengah paling sedikit produksi oksigennya, banyaknya ada di Jawa Barat, Jawa Timur. Jadi kita harus ada logistik yang disalurkan ke sana," ungkapnya.
Kemudian masalah lainnya, Budi melanjutkan, karena formatnya RS ini banyak menggunakan tabung lantaran adanya tambahan kamar-kamar darurat, sehingga tidak mengunakan oksigen yang sifatnya liquid atau cair. Sehingga, distribusi yang tadinya dikirim dengan truk besar dam langsung dimasukan ke tangki besar liquid untuk didistribusikan ke jaringan oksigen, sekarang harus dilakukan dengan tabung.
"Sehingga kita juga dengan menteri perindustrian sudah berkoordinasi untuk impor tabung yang 6 meter kubik dan 1 meter kubik untuk memenuhi ruang-ruang darurat tambahan yang ada di rumah sakit," papar Budi.
Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, produksi oksigen medis hanya 25% dari total produksi oksigen di Tanah Air. Oksigen paling banyak digunakan untuk keperluan industri baja, nikel dan smelther.
"Kapasitas produksi oksigen nasional ada 866.000 ton per tahun, tapi semua pabrik itu sekarang utilisasinya 75%, jadi yang riil diproduksi diproduksi setiap tahun adalah 640.000 ton. Dari itu, 75% dipakai untuk oksigen industri seperti industri baja, nikel, smelther, kemudian juga koper smelther, itu 458.000. Yang medis hanya 25% sekitar 181.000 ton per tahun," kata Budi secara virtual dalam Raker hybrid di Ruang Rapat Komisi IX DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (5/7/2021).
Budi menyadari, masalah kelangkaan oksigen ini terjadi karena masalah distribusi. Berdasarkan data, Jawa Tengah (Jateng) merupakan provinsi dengan produksi oksigen terendah. Sementara Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Timur (Jatim) tertinggi. "Kita memang menyadari ada isu dari sisi distribusi, karena memang Jawa Tengah paling sedikit produksi oksigennya, banyaknya ada di Jawa Barat, Jawa Timur. Jadi kita harus ada logistik yang disalurkan ke sana," ungkapnya.
Kemudian masalah lainnya, Budi melanjutkan, karena formatnya RS ini banyak menggunakan tabung lantaran adanya tambahan kamar-kamar darurat, sehingga tidak mengunakan oksigen yang sifatnya liquid atau cair. Sehingga, distribusi yang tadinya dikirim dengan truk besar dam langsung dimasukan ke tangki besar liquid untuk didistribusikan ke jaringan oksigen, sekarang harus dilakukan dengan tabung.
"Sehingga kita juga dengan menteri perindustrian sudah berkoordinasi untuk impor tabung yang 6 meter kubik dan 1 meter kubik untuk memenuhi ruang-ruang darurat tambahan yang ada di rumah sakit," papar Budi.
(cip)
tulis komentar anda