Bukan Cuma Ketua Umum Parpol Besar yang Bisa Jadi King Maker Pilpres 2024
Jum'at, 02 Juli 2021 - 10:28 WIB
JAKARTA - Sejumlah ketua umum partai politik ( parpol ) besar disebut-sebut bakal menjadi penentu atau King Maker Pilpres 2024 . Mereka adalah Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, dan Airlangga Hartarto.
Menyikapi hal itu, Direktur Riset Indonesian Presidential Studies (IPS) Arman Salam menilai, king maker dalam pilpres adalah orang atau kelompok yang memiliki kekuatan besar dalam upaya menentukan bulat lonjongnya sebuah hasil pemilihan presiden dan penentuan bakal pasangan capres-cawapres. Menurut dia, biasanya untuk menjadi king maker variabel pendukungnya cukup banyak karena dalam pertarungan pilpres aneka variabel dibutuhkan.
"Misalnya variabel dukungan suara yang dimiliki, kemampuan finansial yang luar biasa, kekuatan kekuasaan yang bisa dimobilisir, maupun kemampuan mengalihkan atau memberikan dukungan suara partai sebagai syarat administratif dalam pencalonan pada kontestasi pilpres maupun keberadaan jaringan grass root dan elite dalam skala nasional maupun internasional," tutur Arman saat dihubungi, Jumat (2/7/2021).
Arman mengatakan, kemampuan yang luar biasa itu jika dimiliki oleh orang maupun kelompok maka ia bisa dikatakan sebagai king maker. Lebih jauh ia menilai, tidak melulu ketua partai yang besar yang bisa menjadi king maker. Jika yang dimaksud dalam konteks arah dukungan partai sebagai bentuk syarat administrarif, semua ketua umum partai yang memiliki suara di parlemen dan secara kolektif bisa mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden, masuk dalam kategori king maker.
Lebih lanjut ia mengatakan, selain orang atau kelompok yang memiliki kemampuan mengontrol atau mengendalikan variabel pertarungan tadi, ada juga yang mengatakan kemampuan media dalam memberikan informasi adalah bagian dari pembentukan opini, sehingga bisa dikatakan sebagai king maker sebuah pertarungan dalam kontestasi pilpres.
"Namun jika dikembalikan kepada fungsi dan perannya media harus bersifat netral dan menyajikan fakta agar informasi bisa diterima dengan baik. Sebagai fungsi sarana maka media cukup penting dalam menelanjangi calon sehingga publik bisa tahu betul tipe figur yang akan dipilihnya sebagai pemimpin ke depan," ujarnya.
Selain itu, istilah king maker biasanya bisa dilihat dalam perspektif seperti yang diungkapkan dalam variabel tadi. Namun perlu diketahui berdasarkan pengalaman dan perilaku pemilih, menjadi pemenang dalam pertarungan pilpres bukan karena besarnya dukungan partai, tapi figur yang elegan.
"Karena pilpres hakekatnya adalah pertarungan figur, mana figur yang dianggap memiliki kapasitas, integritas dan kredibilitas yang kuat di mata publik maka dialah pemenangnya," katanya.
Lihat Juga: Menteri Rosan Harap Investasi ke Indonesia Meningkat usai Donald Trump Menangi Pilpres AS 2024
Menyikapi hal itu, Direktur Riset Indonesian Presidential Studies (IPS) Arman Salam menilai, king maker dalam pilpres adalah orang atau kelompok yang memiliki kekuatan besar dalam upaya menentukan bulat lonjongnya sebuah hasil pemilihan presiden dan penentuan bakal pasangan capres-cawapres. Menurut dia, biasanya untuk menjadi king maker variabel pendukungnya cukup banyak karena dalam pertarungan pilpres aneka variabel dibutuhkan.
"Misalnya variabel dukungan suara yang dimiliki, kemampuan finansial yang luar biasa, kekuatan kekuasaan yang bisa dimobilisir, maupun kemampuan mengalihkan atau memberikan dukungan suara partai sebagai syarat administratif dalam pencalonan pada kontestasi pilpres maupun keberadaan jaringan grass root dan elite dalam skala nasional maupun internasional," tutur Arman saat dihubungi, Jumat (2/7/2021).
Arman mengatakan, kemampuan yang luar biasa itu jika dimiliki oleh orang maupun kelompok maka ia bisa dikatakan sebagai king maker. Lebih jauh ia menilai, tidak melulu ketua partai yang besar yang bisa menjadi king maker. Jika yang dimaksud dalam konteks arah dukungan partai sebagai bentuk syarat administrarif, semua ketua umum partai yang memiliki suara di parlemen dan secara kolektif bisa mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden, masuk dalam kategori king maker.
Lebih lanjut ia mengatakan, selain orang atau kelompok yang memiliki kemampuan mengontrol atau mengendalikan variabel pertarungan tadi, ada juga yang mengatakan kemampuan media dalam memberikan informasi adalah bagian dari pembentukan opini, sehingga bisa dikatakan sebagai king maker sebuah pertarungan dalam kontestasi pilpres.
"Namun jika dikembalikan kepada fungsi dan perannya media harus bersifat netral dan menyajikan fakta agar informasi bisa diterima dengan baik. Sebagai fungsi sarana maka media cukup penting dalam menelanjangi calon sehingga publik bisa tahu betul tipe figur yang akan dipilihnya sebagai pemimpin ke depan," ujarnya.
Selain itu, istilah king maker biasanya bisa dilihat dalam perspektif seperti yang diungkapkan dalam variabel tadi. Namun perlu diketahui berdasarkan pengalaman dan perilaku pemilih, menjadi pemenang dalam pertarungan pilpres bukan karena besarnya dukungan partai, tapi figur yang elegan.
"Karena pilpres hakekatnya adalah pertarungan figur, mana figur yang dianggap memiliki kapasitas, integritas dan kredibilitas yang kuat di mata publik maka dialah pemenangnya," katanya.
Lihat Juga: Menteri Rosan Harap Investasi ke Indonesia Meningkat usai Donald Trump Menangi Pilpres AS 2024
(zik)
tulis komentar anda