Satu Tahun Jadi Jubir Covid-19, Reisa Broto Asmoro: Ini Bukan Tentang Angka
Selasa, 15 Juni 2021 - 15:52 WIB
Mereka bertugas mulai dari penyedia layanan kesehatan tingkat terendah, seperti puskesmas sampai dengan di rumah-rumah sakit rujukan. Pandemi telah mengambil alih hampir 90 persen dari layanan yang disediakan oleh fasilitas kesehatan tingkat mana pun.
Bahkan, laporan terbaru menunjukkan bahwa penanganan pandemi menambah sekitar 40 persen beban kerja dan jam operasional puskesmas di seluruh Indonesia. Setelah pemerintah mengamati arus mudik dan arus balik, rumah sakit kembali diminta untuk meningkatkan kapasitas mereka dengan menambah jumlah bangsal isolasi dan tempat tidur di ruang gawat darurat mereka.
Sejak Januari 2021, pemerintah memiliki hampir 1.000 rumah sakit rujukan, angka ini 10 kali lebih banyak daripada kondisi di fase awal pandemi. Selain rumah sakit, Kementerian Kesehatan telah menambah lebih dari 8500 tenaga kesehatan untuk memperkuat pelayan Kesehatan saat ini.
"Pasukan tambahan ini terdiri dari dokter umum, spesialis, perawat dan staf pendukung lainnya. Itulah sebagian dari statistik, serta angka-angka yang bisa berubah dalam semalam," kata Reisa.
Namun, perlu diingat bahwa pandemi tidak hanya mempengaruhi mereka yang tertular. Mereka yang berdiam diri di rumah, rajin memakai masker dan cuci tangan pakai sabun sesuai anjuran juga tetap terdampak.
Kesulitan ekonomi melanda keluarga Indonesia, ditambah dengan tantangan psikologis baru membantu anak-anak belajar online sambil bekerja secara daring. Tentunya, dengan segala keterbatasan akses ke sekolah, serta perubahan pola perilaku hidup, termasuk berubahnya pola asupan gizi.
Anak-anak dan populasi rentan lainnya, lanjut Reisa, juga dihadapkan dengan risiko kesehatan lainnya di luar Covid-19. Sebelum pandemi, banyak rumah tangga Indonesia mampu membeli cukup protein dan nutrisi penting lainnya untuk anak-anak mereka.
Tak sedikit orang tua yang menjadi sumber nafkah utama keluarga. Namun, saat para orang tua harus tinggal di rumah sementara atau gajinya dipotong karena kehadiran di tempat kerja lebih sedikit, menu harian yang tersedia setiap waktu di masa lalu, tampaknya menjadi kemewahan pada saat ini.
Terlebih, puskesmas yang kini harus menyesuaikan jam operasional dan beban pekerjaannya, membuat cakupan program imunisasi dasar rutin dengan tambahan asupan gizi untuk bayi baru lahir dan balita melorot drastis. Kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan di kemudian hari.
Rumah sakit pun banyak dihindari karena orang tua takut mendekati fasilitas tempat penderita Covid-19 dirawat. Banyak anak Indonesia yang tingkat kesehatannya saat ini tidak terpantau dengan baik.
Bahkan, laporan terbaru menunjukkan bahwa penanganan pandemi menambah sekitar 40 persen beban kerja dan jam operasional puskesmas di seluruh Indonesia. Setelah pemerintah mengamati arus mudik dan arus balik, rumah sakit kembali diminta untuk meningkatkan kapasitas mereka dengan menambah jumlah bangsal isolasi dan tempat tidur di ruang gawat darurat mereka.
Sejak Januari 2021, pemerintah memiliki hampir 1.000 rumah sakit rujukan, angka ini 10 kali lebih banyak daripada kondisi di fase awal pandemi. Selain rumah sakit, Kementerian Kesehatan telah menambah lebih dari 8500 tenaga kesehatan untuk memperkuat pelayan Kesehatan saat ini.
"Pasukan tambahan ini terdiri dari dokter umum, spesialis, perawat dan staf pendukung lainnya. Itulah sebagian dari statistik, serta angka-angka yang bisa berubah dalam semalam," kata Reisa.
Namun, perlu diingat bahwa pandemi tidak hanya mempengaruhi mereka yang tertular. Mereka yang berdiam diri di rumah, rajin memakai masker dan cuci tangan pakai sabun sesuai anjuran juga tetap terdampak.
Kesulitan ekonomi melanda keluarga Indonesia, ditambah dengan tantangan psikologis baru membantu anak-anak belajar online sambil bekerja secara daring. Tentunya, dengan segala keterbatasan akses ke sekolah, serta perubahan pola perilaku hidup, termasuk berubahnya pola asupan gizi.
Anak-anak dan populasi rentan lainnya, lanjut Reisa, juga dihadapkan dengan risiko kesehatan lainnya di luar Covid-19. Sebelum pandemi, banyak rumah tangga Indonesia mampu membeli cukup protein dan nutrisi penting lainnya untuk anak-anak mereka.
Tak sedikit orang tua yang menjadi sumber nafkah utama keluarga. Namun, saat para orang tua harus tinggal di rumah sementara atau gajinya dipotong karena kehadiran di tempat kerja lebih sedikit, menu harian yang tersedia setiap waktu di masa lalu, tampaknya menjadi kemewahan pada saat ini.
Terlebih, puskesmas yang kini harus menyesuaikan jam operasional dan beban pekerjaannya, membuat cakupan program imunisasi dasar rutin dengan tambahan asupan gizi untuk bayi baru lahir dan balita melorot drastis. Kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan di kemudian hari.
Rumah sakit pun banyak dihindari karena orang tua takut mendekati fasilitas tempat penderita Covid-19 dirawat. Banyak anak Indonesia yang tingkat kesehatannya saat ini tidak terpantau dengan baik.
tulis komentar anda