Ketidakpastian Baru dan Gejala-gejala yang Mengiringinya

Rabu, 09 Juni 2021 - 08:04 WIB
Gejala-gejala tersebut dapat diidentifikasi dari berbagai keputusan, pernyataan, atau tanggapan yang dapat kita simak secara terbuka. Terdapat empat gejala yang pada umumnya terjadi. Pertama, bias atau falsifikasi optimisme. Bias atau falsifikasi ini pada umumnya bisa melanda setiap individu/pegawai ataupun secara kolektif pada organisasi, mulai dari yang paling puncak sampai yang paling bawah. Pada umumnya, bias ini ditandai dengan sikap atau langkah yang ambigu dan gamang atas situasi yang berkembang. Para direksi, manager, sampai dengan staf, terjebak pada kondisi bahwa organisasi mereka baik-baik saja.

Kedua, ketidakstabilan informasi. Lihatlah dari yang paling dasar. Kita mengalami dan merasakan sendiri, suatu informasi bisa berubah-ubah dengan cepat. Obat A katanya cocok untuk penyakit ini. Tiba-tiba, setelah jangka waktu tertentu, info itu tidak lagi valid. Cobalah periksa, berapa kali kita mengalami situasi seperti itu, hanya selama masa pandemi ini? Tidak hanya urusan kesehatan, informasi tentang prosedur, cara kerja, sampai dengan cara hidup, terus berubah dan berubah lagi. Itulah tanda-tanda ketidakstabilan informasi.

Ketiga, keletihan komunal (communal fatique). Dalam organisasi, dengan durasi dan magnitudo ketidakpastian yang berada pada titik yang paling ekstrem, elemen dalam komunal/kelompok yaitu masing-masing invididu mengalami kejenuhan yang luar biasa, kebingungan yang akut, dan kekhawatiran yang berlebihan atas ketidakpastian. Kadang-kadang mereka menjumpai, apa yang dikhawatirkan benar-benar terjadi. Kadang-kadang mereka mengalami, kebingungan itu mereka rasakan, bahkan dalam keputusan-keputusan yang tidak penting.

Keempat, jawaban atau keputusan yang salah. Jawaban atau keputusan yang salah hanyalah hilir dari gejala-gejala atau masalah yang terjadi pada lini sebelumnya di tingkat hulu. Kesalahan jawaban dan keputusan salah satunya dipicu oleh ketidakstabilan informasi atau kekeliruan menetapkan asumsi-asumsi yang diperlukan untuk mengeliminir/mengurangi ketidakpastian. Asumsi yang keliru, sudah pasti akan menghasilkan jawaban yang keliru.

Jika tidak hati-hati, siapa saja tidak bisa menghindari empat kemungkinan yang saling terkait tersebut. Oleh karena itu, cara kita melihat persoalan sebagai upaya menghadapi survival yang paling nyata akan sangat menentukan akan berada di mana dan seperti apa ketika sudah memasuki masa normal.
(mhd)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More