Ketidakpastian Baru dan Gejala-gejala yang Mengiringinya
Rabu, 09 Juni 2021 - 08:04 WIB
Muhamad Ali
Pemerhati Human Capital
MENGIKUTI perkembangan kasus penularan COVID-19 yang setiap hari bisa kita dapatkan dari berbagai media, rasanya kita sedang memasuki ketidakpastian baru. Angka penduduk yang terpapar terus meningkat dibandingkan dengan periode sebelum festive season dan liburan Idulfitri. Padahal, sejak jauh-jauh hari larangan dan imbauan untuk tidak mudik dan berkumpul juga sudah disampaikan Pemerintah dan otoritas pelaksana penanganan COVID-19.
Kabupaten Kudus dan wilayah Madura menjadi hotspot baru dalam penyebaran virus, dan mulai ada tanda-tanda menyusul beberapa wilayah lain yang juga menunjukkan kenaikan yang signifikan. Sebuah laporan yang dikutip oleh Reuters menggambarkan bahwa angka-angka yang dilaporkan atau yang tercatat lalu beredar di ruang publik lebih rendah dibandingkan kasus faktual yang terjadi.
Saya khawatir bahwa New Normal yang telah kita jalani dan terapkan sepanjang masa pandemi ini, akan membawa situasi yang, katakanlah kita sebut New Uncertainty. Ketidakpastian baru.
Apa risiko dan konsekuensi dari ketidakpastian seperti ini terhadap organisasi –birokrasi maupun korporasi-- pada kondisi di mana pandemi sudah melewati batas-batas psikologis yang pernah kita prediksi maupun bayangkan?
Ketidakpastian (uncertainty) dalam organisasi secara umum dapat diukur dari dua aspek, yaitu magnitude (besaran, tingkat, skala) dan duration (waktu: hari, pekan, bulan, tahun). Pandemi telah melampaui semua kriteria ketidakpastian yang diukur pada kondisi normal. Dari sisi besaran atau skala, kondisi ini sudah terjadi secara global dan nyaris tidak ada satupun entitas yang tidak terdampak. Dari sisi durasi, tidak ada ketidakpastian yang tidak berakhir. Namun pandemi telah memaksa akal pikiran kita untuk memprediksi, kapan semuanya akan berakhir.
Sektor-sektor industri tertentu, sebagian entitasnya sudah menyerah. Industri penerbangan misalnya, nyaris menimbulkan dampak yang beruntun dan meluas dan cepat. Industri pariwisata dan hospitalities demikian juga.
Gejala-gejala tumbangnya entitas organisasi bisnis/korporasi, biasanya diawali dengan ketidakmampuan manajemen puncak dan menengah membaca dan bereaksi atas keterpukulan proses bisnis yang mereka alami dan bagaimana menyelamatkannya di tengah waktu yang terus berjalan. Harus diingat, durasi menjadi salah satu kunci yang harus segera dimitigasi dalam kerangka atau satuan waktu yang lebih detail (jam, hari, pekan, bulan).
Pemerhati Human Capital
MENGIKUTI perkembangan kasus penularan COVID-19 yang setiap hari bisa kita dapatkan dari berbagai media, rasanya kita sedang memasuki ketidakpastian baru. Angka penduduk yang terpapar terus meningkat dibandingkan dengan periode sebelum festive season dan liburan Idulfitri. Padahal, sejak jauh-jauh hari larangan dan imbauan untuk tidak mudik dan berkumpul juga sudah disampaikan Pemerintah dan otoritas pelaksana penanganan COVID-19.
Kabupaten Kudus dan wilayah Madura menjadi hotspot baru dalam penyebaran virus, dan mulai ada tanda-tanda menyusul beberapa wilayah lain yang juga menunjukkan kenaikan yang signifikan. Sebuah laporan yang dikutip oleh Reuters menggambarkan bahwa angka-angka yang dilaporkan atau yang tercatat lalu beredar di ruang publik lebih rendah dibandingkan kasus faktual yang terjadi.
Saya khawatir bahwa New Normal yang telah kita jalani dan terapkan sepanjang masa pandemi ini, akan membawa situasi yang, katakanlah kita sebut New Uncertainty. Ketidakpastian baru.
Apa risiko dan konsekuensi dari ketidakpastian seperti ini terhadap organisasi –birokrasi maupun korporasi-- pada kondisi di mana pandemi sudah melewati batas-batas psikologis yang pernah kita prediksi maupun bayangkan?
Ketidakpastian (uncertainty) dalam organisasi secara umum dapat diukur dari dua aspek, yaitu magnitude (besaran, tingkat, skala) dan duration (waktu: hari, pekan, bulan, tahun). Pandemi telah melampaui semua kriteria ketidakpastian yang diukur pada kondisi normal. Dari sisi besaran atau skala, kondisi ini sudah terjadi secara global dan nyaris tidak ada satupun entitas yang tidak terdampak. Dari sisi durasi, tidak ada ketidakpastian yang tidak berakhir. Namun pandemi telah memaksa akal pikiran kita untuk memprediksi, kapan semuanya akan berakhir.
Sektor-sektor industri tertentu, sebagian entitasnya sudah menyerah. Industri penerbangan misalnya, nyaris menimbulkan dampak yang beruntun dan meluas dan cepat. Industri pariwisata dan hospitalities demikian juga.
Gejala-gejala tumbangnya entitas organisasi bisnis/korporasi, biasanya diawali dengan ketidakmampuan manajemen puncak dan menengah membaca dan bereaksi atas keterpukulan proses bisnis yang mereka alami dan bagaimana menyelamatkannya di tengah waktu yang terus berjalan. Harus diingat, durasi menjadi salah satu kunci yang harus segera dimitigasi dalam kerangka atau satuan waktu yang lebih detail (jam, hari, pekan, bulan).
tulis komentar anda