Degradasi Lingkungan Terus Mengancam
Kamis, 22 April 2021 - 06:09 WIB
Dari pemantauan Walhi, kerusakan lingkungan lebih banyak akibat dari implementasi amdal yang sangat buruk. Selain ini pemerintah daerah juga lemah dalam hal pengawasan. Menurut Khalisa, lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku penebangan liar dan tidak taat terhadap regulasi juga menyokong kerusakan lingkungan.
"Korporasi masih menjadi pelaku utama penyebab menurunnya kualitas lingkungan saat ini. Hal ini menjadi penting karena isu lingkungan masih belum dilihat sebagai isu prioritas," tegasnya.
Khalisa menilai, degradasi lingkungan ini juga dipengaruhi oleh sikap pemerintah daerah yang cenderung lengah terhadap korporasi pelaku pencemar dan pelanggar hukum. Akibatnya di kawasan Indonesia bagian timur atau kawasan hutan Indonesia masih banyak terjadi deforestasi.
Secara nasional, angka deforestasi Indonesia memang diklaim turun oleh pemerintah. Namun jika ditilik lebih dalam, ada sejumlah provinsi yang justru mengalami peningkatan, khususnya Papua dan Papua Barat.
Dalam pemetaan Walhi, ada kemungkinan deforestasi turun karena di provinsi yang sudah tidak kaya hutan tersebut memang sudah tidak ada lagi hutan yang bisa dideforestasi.
“Bisa saja di provinsi lain hutannya berada di kawasan konservasi, sisa hutan berada di kawasan lindung, yang memang secara aturan tidak bisa dikonversi," kata Khalisa.
Dalam catatanya, terdapat sepuluh provinsi kaya hutan di Indonesia, yaitu Papua, Papua Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Aceh, Maluku, dan Maluku Utara. Dari 88 juta hektare hutan di Indonesia, 80% ada di sepuluh provinsi itu.
Papua dan Papua Barat saat ini patut memperoleh perhatian lebih, karena laju deforestasi yang tidak terbendung. Kedua provinsi tersebut kehilangan 663.443 hektare hutan sepanjang 2001 sampai 2019. Rata-rata per tahun angkanya sekitar 34.000 hektare yang musnah, dengan angka tertinggi pada 2015 mencapai 89.000 hektare.
Jika dikelompokan, 29% dari luasan itu hilang pada 2001 sampai 2010, sedangkan 71% sisanya pada 2011 sampai 2019. Di satu sisi Indonesia dinilai berhasil menekan angka deforestasi, dari hampir 1 juta hektare per tahun pada 2012 dan 2016, menjadi 400.000 hektare per tahun pada 2017 sampai 2019.
"Korporasi masih menjadi pelaku utama penyebab menurunnya kualitas lingkungan saat ini. Hal ini menjadi penting karena isu lingkungan masih belum dilihat sebagai isu prioritas," tegasnya.
Khalisa menilai, degradasi lingkungan ini juga dipengaruhi oleh sikap pemerintah daerah yang cenderung lengah terhadap korporasi pelaku pencemar dan pelanggar hukum. Akibatnya di kawasan Indonesia bagian timur atau kawasan hutan Indonesia masih banyak terjadi deforestasi.
Secara nasional, angka deforestasi Indonesia memang diklaim turun oleh pemerintah. Namun jika ditilik lebih dalam, ada sejumlah provinsi yang justru mengalami peningkatan, khususnya Papua dan Papua Barat.
Dalam pemetaan Walhi, ada kemungkinan deforestasi turun karena di provinsi yang sudah tidak kaya hutan tersebut memang sudah tidak ada lagi hutan yang bisa dideforestasi.
“Bisa saja di provinsi lain hutannya berada di kawasan konservasi, sisa hutan berada di kawasan lindung, yang memang secara aturan tidak bisa dikonversi," kata Khalisa.
Dalam catatanya, terdapat sepuluh provinsi kaya hutan di Indonesia, yaitu Papua, Papua Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Aceh, Maluku, dan Maluku Utara. Dari 88 juta hektare hutan di Indonesia, 80% ada di sepuluh provinsi itu.
Papua dan Papua Barat saat ini patut memperoleh perhatian lebih, karena laju deforestasi yang tidak terbendung. Kedua provinsi tersebut kehilangan 663.443 hektare hutan sepanjang 2001 sampai 2019. Rata-rata per tahun angkanya sekitar 34.000 hektare yang musnah, dengan angka tertinggi pada 2015 mencapai 89.000 hektare.
Jika dikelompokan, 29% dari luasan itu hilang pada 2001 sampai 2010, sedangkan 71% sisanya pada 2011 sampai 2019. Di satu sisi Indonesia dinilai berhasil menekan angka deforestasi, dari hampir 1 juta hektare per tahun pada 2012 dan 2016, menjadi 400.000 hektare per tahun pada 2017 sampai 2019.
tulis komentar anda