Urgensi Pendidikan Perubahan Iklim
Selasa, 20 April 2021 - 05:10 WIB
Inilah dilema antara perkembangan peradaban yang mewujud pada capaian Revolusi Industri dan perlunya disiplin diri dalam mengkhidmat alam dan lingkungan. Pasalnya, beragam situasi kerusakan lingkungan dan perubahan iklim terkait erat dengan gaya hidup manusia (Putri Setiani, 2020). Gaya hidup dan kebiasaan diri berkorelasi erat dengan proses pembiasaan dan budaya disiplin diri. Dalam kaitan ini, pendidikan berada di garis terdepan dalam kemungkinan ikut mewarnai dan mengisi gaya dan pola hidup generasi mendatang dalam berinteraksi dengan alam dan lingkungan. Pendidikan harus mampu menjadi corong utama nilai dan kebajikan untuk merespons perubahan iklim yang makin nyata dengan segala dampaknya.
Menjadikan pendidikan sebagai pilar utama proses penyadaran perubahan iklim berikut menjaga lingkungan merupakan kesempatan penting sekaligus tantangan yang tidak mudah. Pada level upaya penyampaian dan internalisasi nilai-nilai kebajikan dan praktik baik, lembaga pendidikan adalah tempat yang paling tepat. Bayangkan jika kesadaran perubahan iklim ini mampu menyentuh dan menghasilkan kerangka berpikir dan praktik baik pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Mari berharap agar lembaga pendidikan agama dan keagamaan menyeru dan mempraktikkan ihwal baik untuk menekan perubahan iklim sebagaimana disuarakan para ahli dan pemikir terkait.
Di antara masalah yang membayangi, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 tidak memuat strategi nasional perubahan iklim yang menyentuh langsung pada lembaga pendidikan. Sebagai pedoman dan arah pembangunan dalam kurun tertentu, beleid ini jelas kurang mendukung dengan pentingnya lembaga pendidikan sebagai tempat persemaian kesadaran akan perubahan iklim.
Dalam kaitan praktik baik membangun kesadaran perubahan iklim dan menjaga lingkungan, pada beberapa negara, siswa sekolah telah diminta untuk memetakan jejak digital proses karbon yang dilakukannya. Langkah dokumentasi jejak karbon tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kearifan dalam gaya hidup. Di Tanah Air langkah untuk membuat kurikulum pendidikan tentang perubahan iklim yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebudayaan perlu segera diwujudkan.
Pendekatan dari ranah pendidikan diharapkan mampu membangun kearifan yang mampu menyentuh setiap aspek gaya hidup generasi mendatang dalam berkesadaran tentang perubahan iklim beserta semua dampaknya. Dengan kesadaran tersebut, nanti cara hidup masyarakat sendiri yang akan merespons semua fenomena perubahan iklim yang terjadi. Dengan kata lain, pendidikan mampu menjadi pilar kesadaran generasi mendatang untuk tumbuh dan berkembang dari kearifan lokalitas sendiri dalam konteks perubahan iklim.
Kita tidak akan mampu membendung datangnya gempa bumi, gunung meletus, dan hantaman siklon yang merusak misalnya. Meski demikian, kita tetap berkesempatan untuk membangun kearifan dan langkah antisipatif. Kita sangat mungkin dapat merancang dan menyusun rangkaian pilihan lingkungan, insentif, dan metode komunikasi yang memungkinkan semua pihak untuk mengatasi tantangan dan risiko ketika menghadapi dampak perubahan iklim di masa depan.
Menjadikan pendidikan sebagai pilar utama proses penyadaran perubahan iklim berikut menjaga lingkungan merupakan kesempatan penting sekaligus tantangan yang tidak mudah. Pada level upaya penyampaian dan internalisasi nilai-nilai kebajikan dan praktik baik, lembaga pendidikan adalah tempat yang paling tepat. Bayangkan jika kesadaran perubahan iklim ini mampu menyentuh dan menghasilkan kerangka berpikir dan praktik baik pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Mari berharap agar lembaga pendidikan agama dan keagamaan menyeru dan mempraktikkan ihwal baik untuk menekan perubahan iklim sebagaimana disuarakan para ahli dan pemikir terkait.
Di antara masalah yang membayangi, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 tidak memuat strategi nasional perubahan iklim yang menyentuh langsung pada lembaga pendidikan. Sebagai pedoman dan arah pembangunan dalam kurun tertentu, beleid ini jelas kurang mendukung dengan pentingnya lembaga pendidikan sebagai tempat persemaian kesadaran akan perubahan iklim.
Dalam kaitan praktik baik membangun kesadaran perubahan iklim dan menjaga lingkungan, pada beberapa negara, siswa sekolah telah diminta untuk memetakan jejak digital proses karbon yang dilakukannya. Langkah dokumentasi jejak karbon tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kearifan dalam gaya hidup. Di Tanah Air langkah untuk membuat kurikulum pendidikan tentang perubahan iklim yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebudayaan perlu segera diwujudkan.
Pendekatan dari ranah pendidikan diharapkan mampu membangun kearifan yang mampu menyentuh setiap aspek gaya hidup generasi mendatang dalam berkesadaran tentang perubahan iklim beserta semua dampaknya. Dengan kesadaran tersebut, nanti cara hidup masyarakat sendiri yang akan merespons semua fenomena perubahan iklim yang terjadi. Dengan kata lain, pendidikan mampu menjadi pilar kesadaran generasi mendatang untuk tumbuh dan berkembang dari kearifan lokalitas sendiri dalam konteks perubahan iklim.
Kita tidak akan mampu membendung datangnya gempa bumi, gunung meletus, dan hantaman siklon yang merusak misalnya. Meski demikian, kita tetap berkesempatan untuk membangun kearifan dan langkah antisipatif. Kita sangat mungkin dapat merancang dan menyusun rangkaian pilihan lingkungan, insentif, dan metode komunikasi yang memungkinkan semua pihak untuk mengatasi tantangan dan risiko ketika menghadapi dampak perubahan iklim di masa depan.
(bmm)
tulis komentar anda