Stok Vaksin Maret-April Hanya 20 Juta, Menkes Mohon Maaf Laju Vaksinasi Lambat
Senin, 05 April 2021 - 16:32 WIB
JAKARTA - Menteri Kesehatan ( Menkes ) Budi Gunadi Sadikin mengatakan dampak adanya embargo di beberapa negara membuat pasokan vaksin COVID-19 di Indonesia berkurang. Dia mengatakan bahwa untuk Maret hingga April jumlah vaksin yang dimiliki Indonesia hanya sebanyak 20 juta dosis.
"Jumlah vaksin yang tadinya tersedia untuk bulan Maret dan April masing-masing 15 juta dosis, atau totalnya 2 bulan adalah 30 juta dosis. Kita hanya bisa dapat 20 juta dosis, atau dua pertiganya," katanya dalam konferensi persnya di Kantor Presiden, Senin (5/4/2021).
Dia mengatakan bahwa pemerintah akan mengatur kembali pelaksanaan vaksinasi. Budi menyebut bahwa kenaikan jumlah vaksinasi tidak akan secepat sebelumnya.
Baca juga: Pemerintah Pastikan Suntik Vaksin COVID-19 selama Ramadhan Tak Batalkan Puasa
"Sehingga akibatnya laju vaksinasinya mohon maaf seluruh teman-teman media bisa sampaikan ke masyarakat, agak kita atur kembali. Sehingga kenaikannya tidak secepat sebelumnya, karena memang vaksinnya yang berkurang supply-nya," ungkapnya.
Budi menyebutkan bahwa penyebab adanya kebijakan embargo vaksin adalah karena adanya lonjakan ketiga kasus COVID-19. Mulai dari negara-negara Eropa, India, Filipina, Papua Nugini, Brazil.
"Sehingga akibatnya negara-negara yang memproduksi vaksin di lokasi-lokasi tersebut yang terjadi lonjakan ketiga atau third wave mengarahkan agar vaksinnya tidak boleh keluar. Hanya boleh dipakai di negara masing-masing. Sehingga akibatnya mempengaruhi ratusan negara di dunia termasuk di Indonesia," tuturnya.
Baca juga: Embargo di India Berdampak pada Pengiriman Vaksin Corona ke Indonesia
Dia mengatakan pemerintah saat ini tengah melakukan negosiasi dengan produsen-produsen dan negara-negara produsen vaksin.
"Mudah-mudahan di bulan Mei bisa kembali normal. Sehingga kita bisa melakukan vaksinasi dengan rate seperti sebelumnya yang terus meningkat," katanya.
"Jumlah vaksin yang tadinya tersedia untuk bulan Maret dan April masing-masing 15 juta dosis, atau totalnya 2 bulan adalah 30 juta dosis. Kita hanya bisa dapat 20 juta dosis, atau dua pertiganya," katanya dalam konferensi persnya di Kantor Presiden, Senin (5/4/2021).
Dia mengatakan bahwa pemerintah akan mengatur kembali pelaksanaan vaksinasi. Budi menyebut bahwa kenaikan jumlah vaksinasi tidak akan secepat sebelumnya.
Baca juga: Pemerintah Pastikan Suntik Vaksin COVID-19 selama Ramadhan Tak Batalkan Puasa
"Sehingga akibatnya laju vaksinasinya mohon maaf seluruh teman-teman media bisa sampaikan ke masyarakat, agak kita atur kembali. Sehingga kenaikannya tidak secepat sebelumnya, karena memang vaksinnya yang berkurang supply-nya," ungkapnya.
Budi menyebutkan bahwa penyebab adanya kebijakan embargo vaksin adalah karena adanya lonjakan ketiga kasus COVID-19. Mulai dari negara-negara Eropa, India, Filipina, Papua Nugini, Brazil.
"Sehingga akibatnya negara-negara yang memproduksi vaksin di lokasi-lokasi tersebut yang terjadi lonjakan ketiga atau third wave mengarahkan agar vaksinnya tidak boleh keluar. Hanya boleh dipakai di negara masing-masing. Sehingga akibatnya mempengaruhi ratusan negara di dunia termasuk di Indonesia," tuturnya.
Baca juga: Embargo di India Berdampak pada Pengiriman Vaksin Corona ke Indonesia
Dia mengatakan pemerintah saat ini tengah melakukan negosiasi dengan produsen-produsen dan negara-negara produsen vaksin.
"Mudah-mudahan di bulan Mei bisa kembali normal. Sehingga kita bisa melakukan vaksinasi dengan rate seperti sebelumnya yang terus meningkat," katanya.
(abd)
tulis komentar anda