Masyarakat harus Terlibat secara Nyata dalam Pemberdayaan
Rabu, 20 Mei 2020 - 11:54 WIB
Happy lantas berbagi cerita pengalaman di lapangan. Menurutnya, efektivitas komunikasi seringkali ditentukan oleh beberapa faktor pendukung, diantaranya memahami situasi dan kondisi lawan bicara (komunikan), memiliki bahan yang dapat dibicarakan bersama. Misalnya terkait informasi daerah tersebut yang bersifat unik dan menarik.
Dia mencontohkan saat ke Cirebon, ketika dia berkunjung ke salah satu juru kunci keraton untuk mendapatkan cerita sejarah daerah. "Dari situ dirinya mendapatkan banyak informasi yang dapat digunakan sebagai pelantara ke beberapa tokoh lain di daerah tersebut," katanya.
Happy menegaskan komunikasi sosial berlangsung efektif ketika terdapat apresiasi yang proporsional terhadap masyarakat, bagaimana masyarakat benar-benar dihargai keberadaannya. "Bukan selalu dianggap sebagai kelompok yang butuh pencerahan dan bantuan orang luar daerah mereka," tegasnya.
Sementara itu, Bayu Swastika berpendapat banyak bias modern yang terjebak dalam kegagahan teoritis namun gagap dengan fakta lapangan. “Banyak lembaga struktural tetapi tidak berjalan. Sebaliknya hanya posyandu yang menjadi lembaga fungsional di masyarakat,” katanya.
Bayu menekankan pentingnya membaur ke masyarakat agar dapat melakukan analisis sosial yang tidak berjarak. "Antara dua orang atau kelompok yang saling memiliki keterkaitan," katanya.
Narasumber lain, Safrida menekankan pentingnya transparansi dalam pembuatan monitoring dan evaluasi (monev). "Tanpa itu, proses monev hanya akan berlangsung sebagai formalitas semata," tegasnya.
Sebagai pamungkas, Safrida memberikan 3 prinsip monev. Pertama, mendukung tata kelola yang baik, yang meliputi transparansi, akuntabilitas dan partisipasi.
Kedua, dilaksanakan dengan etis dan penuh integritas. "Hal ini mencakup beberapa hal, diantaranya kerahasiaan, objektif dan melibatkan pihak-puhak terkait," ujarnya.
Dan ketiga, dilaksanakan secara efektif. "Artinya terencana, terkelola, dan sistematis," tukasnya.
Dia mencontohkan saat ke Cirebon, ketika dia berkunjung ke salah satu juru kunci keraton untuk mendapatkan cerita sejarah daerah. "Dari situ dirinya mendapatkan banyak informasi yang dapat digunakan sebagai pelantara ke beberapa tokoh lain di daerah tersebut," katanya.
Happy menegaskan komunikasi sosial berlangsung efektif ketika terdapat apresiasi yang proporsional terhadap masyarakat, bagaimana masyarakat benar-benar dihargai keberadaannya. "Bukan selalu dianggap sebagai kelompok yang butuh pencerahan dan bantuan orang luar daerah mereka," tegasnya.
Sementara itu, Bayu Swastika berpendapat banyak bias modern yang terjebak dalam kegagahan teoritis namun gagap dengan fakta lapangan. “Banyak lembaga struktural tetapi tidak berjalan. Sebaliknya hanya posyandu yang menjadi lembaga fungsional di masyarakat,” katanya.
Bayu menekankan pentingnya membaur ke masyarakat agar dapat melakukan analisis sosial yang tidak berjarak. "Antara dua orang atau kelompok yang saling memiliki keterkaitan," katanya.
Narasumber lain, Safrida menekankan pentingnya transparansi dalam pembuatan monitoring dan evaluasi (monev). "Tanpa itu, proses monev hanya akan berlangsung sebagai formalitas semata," tegasnya.
Sebagai pamungkas, Safrida memberikan 3 prinsip monev. Pertama, mendukung tata kelola yang baik, yang meliputi transparansi, akuntabilitas dan partisipasi.
Kedua, dilaksanakan dengan etis dan penuh integritas. "Hal ini mencakup beberapa hal, diantaranya kerahasiaan, objektif dan melibatkan pihak-puhak terkait," ujarnya.
Dan ketiga, dilaksanakan secara efektif. "Artinya terencana, terkelola, dan sistematis," tukasnya.
(poe)
tulis komentar anda