Mutasi B117 Meningkatkan Risiko Kematian? Begini Penjelasan LBM Eijkman
Jum'at, 12 Maret 2021 - 16:38 WIB
JAKARTA - Mutasi virus COVID-19 dari Inggris B117 disebut-sebut meningkatan risiko kematian pasien. Lalu, bagaimana penjelasan Lembaga Biologi Molekuler ( LBM) Eijkman ?
Kepala LBM Eijkman, Amin Soebandrio mengatakan memang ada yang melaporkan bahwa varian B117 ini memperberat kasus atau meningkatkan kematian.
“Di beberapa center memang pernah ada pengamatan dan dilaporkan juga bahwa virus varian B117 dikaitkan dengan bertambah beratnya kasus atau meningkatkan kematian,” ujarnya dalam dialog Pemantauan Genomik Varian Baru SARS-Cov2 di Indonesia secara virtual, Jumat (12/3/2021).
Namun, Amin pun menjelaskan bahwa penelitian yang menegaskan bahwa B117 meningkatkan risiko kematian belum bisa digunakan kesimpulannya. “Tetapi itu dibantu juga oleh kelompok peneliti lain karena jumlahnya masih sedikit. Jadi belum bisa disimpulkan apakah ada keterkaitan dengan berat ringannya ya. Jadi belum belum dikaitkan,” tegasnya.
Apalagi, kata Amin, bahwa secara saintifik juga penelitian yang mengatakan jika B117 meningkatkan risiko kematian belum kuat. “Apalagi dikaitkan dengan meningkatnya kematiannya juga belum secara saintifik didukung secara kuat,” ucapnya.
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa dari sekian banyak mutasi B117 ini hanya 4% yang menyebabkan virus itu lebih berbahaya. “Dari sekian banyak mutasi sebetulnya hanya 4% yang menyebabkan virus itu menjadi lebih berbahaya. Artinya menyebabkan perubahan yang signifikan,” jelas dia.
“Sebagian besar mutasi yang dialami oleh virus itu akan menyebabkan bahkan kematian si virus itu sendiri atau tambah lemah atau tidak terjadi apa-apa ya. Jadi yang yang menyebabkan peningkatan kesehatan dan sebagainya itu hanya 4% dari mutasi-mutasi,” sambung Amin.
Meskipun demikian, bahwa kecepatan menginfeksi mutasi B117 ini lebih tinggi hingga lebih dari 70%. “Virus B117 ini mengalami beberapa mutasi. Sehingga dia memiliki salah satu karakteristik yang signifikan adalah bisa menginfeksi sel manusia dengan kecepatan yang lebih tinggi 40 sampai 70%,” uangkapnya.
Sehingga, kata Amin, dikhawatirkan akan menginfeksi lebih cepat dibandingkan dnegan sebelum adanya mutasi COVID-19. “Tapi juga karena dia bisa mennginfeksi lebih cepat dikawatirkan dia menular lebih cepat atau bisa mengeluarkan ke lebih banyak orang.”
“Berarti yang kita akan meningkatkan angka reproduksi yang kita kenal sebagai reprodution number yang biasanya mungkin sekitar 2 atau 3 ya, sampai 4, kita harapan agar reproduksi itu akan dibawa 1 tidak ada penularan. Tapi kalau kalau virusnya menjadi lebih cepat menular mungkin bisa menjadi lebih dari 3, itu yang kita khawatirkan,” imbuh Amin.
Kepala LBM Eijkman, Amin Soebandrio mengatakan memang ada yang melaporkan bahwa varian B117 ini memperberat kasus atau meningkatkan kematian.
“Di beberapa center memang pernah ada pengamatan dan dilaporkan juga bahwa virus varian B117 dikaitkan dengan bertambah beratnya kasus atau meningkatkan kematian,” ujarnya dalam dialog Pemantauan Genomik Varian Baru SARS-Cov2 di Indonesia secara virtual, Jumat (12/3/2021).
Namun, Amin pun menjelaskan bahwa penelitian yang menegaskan bahwa B117 meningkatkan risiko kematian belum bisa digunakan kesimpulannya. “Tetapi itu dibantu juga oleh kelompok peneliti lain karena jumlahnya masih sedikit. Jadi belum bisa disimpulkan apakah ada keterkaitan dengan berat ringannya ya. Jadi belum belum dikaitkan,” tegasnya.
Apalagi, kata Amin, bahwa secara saintifik juga penelitian yang mengatakan jika B117 meningkatkan risiko kematian belum kuat. “Apalagi dikaitkan dengan meningkatnya kematiannya juga belum secara saintifik didukung secara kuat,” ucapnya.
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa dari sekian banyak mutasi B117 ini hanya 4% yang menyebabkan virus itu lebih berbahaya. “Dari sekian banyak mutasi sebetulnya hanya 4% yang menyebabkan virus itu menjadi lebih berbahaya. Artinya menyebabkan perubahan yang signifikan,” jelas dia.
“Sebagian besar mutasi yang dialami oleh virus itu akan menyebabkan bahkan kematian si virus itu sendiri atau tambah lemah atau tidak terjadi apa-apa ya. Jadi yang yang menyebabkan peningkatan kesehatan dan sebagainya itu hanya 4% dari mutasi-mutasi,” sambung Amin.
Meskipun demikian, bahwa kecepatan menginfeksi mutasi B117 ini lebih tinggi hingga lebih dari 70%. “Virus B117 ini mengalami beberapa mutasi. Sehingga dia memiliki salah satu karakteristik yang signifikan adalah bisa menginfeksi sel manusia dengan kecepatan yang lebih tinggi 40 sampai 70%,” uangkapnya.
Sehingga, kata Amin, dikhawatirkan akan menginfeksi lebih cepat dibandingkan dnegan sebelum adanya mutasi COVID-19. “Tapi juga karena dia bisa mennginfeksi lebih cepat dikawatirkan dia menular lebih cepat atau bisa mengeluarkan ke lebih banyak orang.”
“Berarti yang kita akan meningkatkan angka reproduksi yang kita kenal sebagai reprodution number yang biasanya mungkin sekitar 2 atau 3 ya, sampai 4, kita harapan agar reproduksi itu akan dibawa 1 tidak ada penularan. Tapi kalau kalau virusnya menjadi lebih cepat menular mungkin bisa menjadi lebih dari 3, itu yang kita khawatirkan,” imbuh Amin.
(kri)
tulis komentar anda