Perempuan Benteng Hadapi Krisis Pandemi
Senin, 08 Maret 2021 - 05:29 WIB
Untuk membangkitkan UMKM yang digerakkan oleh perempuan, Mirah berharap ada bimbingan, edukasi, sharing pengalaman soal pengelolaan bisnis yang baik dan buruk sehingga mereka dapat menghindari usaha dari pelaku UMKM, khususnya perempuan, kolaps. Selain itu, setelah dibimbing juga perlu terus dipantau perkembangannya.
Pemberdayaan UMKM, menurut dia, sangat bisa dilakukan oleh perguruan tinggi, atau melalui program CSR perusahaan, atau bahkan kerja sama dengan organisasi luar negeri yang berfokus pada isu women empowerment dan gender equality. ”Jadi tidak melulu harus menunggu pemerintah untuk turun tangan langsung,” katanya.
Adapun program pemerintah untuk pemberdayaan perempuan yang diakui cukup baik adalah Kartu Prakerja. Namun dia mengingatkan bahwa efektivitasnya hanya akan terjadi jika model pelatihan yang diambil dapat langsung diterapkan untuk membantu perempuan survive di tengah pandemi.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Agustina Erni mengatakan, umumnya perempuan mengalami beban ganda sata pandemi. Tidak hanya mengurus keluarga, mengajari anak belajar, tetapi juga ikut membantu mencari nafkah.
Ironisnya, beban juga ditambah lagi dengan kekerasan yang acapkali dialami perempuan dan anak. Hal itu diketahui berdasarkan laporan aduan yang masuk ke kementerian. Menurut Erni, kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan isu yang kompleks dan multisektoral.
“Memang ini kondisi miris yang terjadi. Namun, tidak bisa dilihat kekerasan itu terjadi dari kelompok tertentu seperti berdasarkan strata ekonomi keluarga. Bisa jadi ada yang lapor karena mungkin tahu akses informasi tempat pengaduan, tapi bisa jadi juga ada yang enggak berani,” terang Erni, kemarin.
Menurut dia, ketahanan keluarga tidak dilihat dari aspek perempuan saja. Kaum lelaki juga harus ikut memahami kondisi tersebut lantaran mereka juga kemungkinan memiliki masalah yang dialami karena pandemi. Lantaran itu, pihaknya berupaya mendorong perlunya membangun komunikasi di dalam keluarga.
“Ada namanya teori social ecological framework. Intinya, menyelesaikan masalah perempuan dan anak itu tidak akan selesai jika yang dibantu hanya mereka saja. Begitu perempuan dan anak diberdayakan, jangan lupa keluarganya juga. Ada suami, mertua, orang tua,” terangnya.
Pandemi tidak dimungkiri telah memukul ekonomi secara global, termasuk para pelaku UMKM di kalangan perempuan. Lantaran itu, Kementerian PPPA menggandeng kementerian/lembaga, perusahaan swasta, kedutaan besar, komunitas, lembaga swadaya masyarakat dengan memberikan pelatihan peningkatan kapasitas bagi para perempuan di beberapa daerah, terutama pelaku usaha yang terdampak. Salah satunya yakni pelatihan mengembangkan usaha melalui digital.
Pemberdayaan UMKM, menurut dia, sangat bisa dilakukan oleh perguruan tinggi, atau melalui program CSR perusahaan, atau bahkan kerja sama dengan organisasi luar negeri yang berfokus pada isu women empowerment dan gender equality. ”Jadi tidak melulu harus menunggu pemerintah untuk turun tangan langsung,” katanya.
Adapun program pemerintah untuk pemberdayaan perempuan yang diakui cukup baik adalah Kartu Prakerja. Namun dia mengingatkan bahwa efektivitasnya hanya akan terjadi jika model pelatihan yang diambil dapat langsung diterapkan untuk membantu perempuan survive di tengah pandemi.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Agustina Erni mengatakan, umumnya perempuan mengalami beban ganda sata pandemi. Tidak hanya mengurus keluarga, mengajari anak belajar, tetapi juga ikut membantu mencari nafkah.
Ironisnya, beban juga ditambah lagi dengan kekerasan yang acapkali dialami perempuan dan anak. Hal itu diketahui berdasarkan laporan aduan yang masuk ke kementerian. Menurut Erni, kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan isu yang kompleks dan multisektoral.
“Memang ini kondisi miris yang terjadi. Namun, tidak bisa dilihat kekerasan itu terjadi dari kelompok tertentu seperti berdasarkan strata ekonomi keluarga. Bisa jadi ada yang lapor karena mungkin tahu akses informasi tempat pengaduan, tapi bisa jadi juga ada yang enggak berani,” terang Erni, kemarin.
Menurut dia, ketahanan keluarga tidak dilihat dari aspek perempuan saja. Kaum lelaki juga harus ikut memahami kondisi tersebut lantaran mereka juga kemungkinan memiliki masalah yang dialami karena pandemi. Lantaran itu, pihaknya berupaya mendorong perlunya membangun komunikasi di dalam keluarga.
“Ada namanya teori social ecological framework. Intinya, menyelesaikan masalah perempuan dan anak itu tidak akan selesai jika yang dibantu hanya mereka saja. Begitu perempuan dan anak diberdayakan, jangan lupa keluarganya juga. Ada suami, mertua, orang tua,” terangnya.
Pandemi tidak dimungkiri telah memukul ekonomi secara global, termasuk para pelaku UMKM di kalangan perempuan. Lantaran itu, Kementerian PPPA menggandeng kementerian/lembaga, perusahaan swasta, kedutaan besar, komunitas, lembaga swadaya masyarakat dengan memberikan pelatihan peningkatan kapasitas bagi para perempuan di beberapa daerah, terutama pelaku usaha yang terdampak. Salah satunya yakni pelatihan mengembangkan usaha melalui digital.
Lihat Juga :
tulis komentar anda