1 Tahun Covid-19: Benarkah Pandemi Segera Berakhir?
Rabu, 03 Maret 2021 - 06:05 WIB
Upaya yang dilakukan di Indonesia selama ini masih terkesan tambal sulam. Belum maksimal diarahkan untuk memperkuat sistem yang ada. Kekuatan layanan primer, seperti puskesmas, juga belum dioptimalkan. Dengan memperkuat layanan primer, mengefektifkan fungsi rujukan terintegrasi, dan meningkatkan kualitas layanan rumah sakit, maka jumlah kematian seharusnya bisa ditekan.
Kasus dengan gejala berat tidak boleh terlambat dideteksi, dirujuk, dan dirawat. Jumlah kematian yang tinggi adalah alarm untuk kesiapan dan kualitas fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan skema rujukan. Mengacu pada publikasi Lancet 2018, Thailand dan Vietnam memiliki kualitas layanan di atas Indonesia, meskipun dengan infrastruktur yang relatif lebih sederhana. Selama ini kita memiliki sistem akreditasi rumah sakit di bawah Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dalam upaya memperbaiki dan menilai kualitas layanan. Namun, cara pandang dalam melihat kualitas masih menjadi pekerjaan rumah yang mesti diperbaiki, manakala pembenahan hanya dilakukan menjelang akreditasi lalu ditinggalkan sesaat setelah proses selesai.
Penutup
Upaya pemerintah terkait vaksinasi mesti dibarengi dengan penataan di berbagai titik. Usaha membentuk kekebalan imunitas masih panjang. Keterbatasan dosis vaksin yang tersedia, banyaknya penduduk yang akan divaksin (minimal 170 juta) guna memenuhi herd immunity, tantangan geografi dan distribusi pada masa pandemi, membuat target vaksinasi mustahil dicapai hingga akhir 2022.
Sebaiknya kita tidak terlena dengan tren global atau penurunan kasus di beberapa tempat. Setiap negara pasti terus berusaha menata strategi terbaiknya. Setahun pandemi adalah perjalanan yang melelahkan. Cukuplah penderitaan, jumlah kematian, beban tenaga kesehatan, dan impitan ekonomi menghantam. Kebiasaan mencari hasil instan dan jalan pintas saatnya ditinggalkan. Waktunya menata pertahanan terhadap ancaman penyakit menular, bila pandemi berkepanjangan atau jika muncul wabah yang lebih mengerikan pada masa mendatang. Kalau perubahan tak kunjung dilakukan, maka kita tak ubahnya hidup di tengah kemalangan dan hanya berharap datangnya keajaiban.
Kasus dengan gejala berat tidak boleh terlambat dideteksi, dirujuk, dan dirawat. Jumlah kematian yang tinggi adalah alarm untuk kesiapan dan kualitas fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan skema rujukan. Mengacu pada publikasi Lancet 2018, Thailand dan Vietnam memiliki kualitas layanan di atas Indonesia, meskipun dengan infrastruktur yang relatif lebih sederhana. Selama ini kita memiliki sistem akreditasi rumah sakit di bawah Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dalam upaya memperbaiki dan menilai kualitas layanan. Namun, cara pandang dalam melihat kualitas masih menjadi pekerjaan rumah yang mesti diperbaiki, manakala pembenahan hanya dilakukan menjelang akreditasi lalu ditinggalkan sesaat setelah proses selesai.
Penutup
Upaya pemerintah terkait vaksinasi mesti dibarengi dengan penataan di berbagai titik. Usaha membentuk kekebalan imunitas masih panjang. Keterbatasan dosis vaksin yang tersedia, banyaknya penduduk yang akan divaksin (minimal 170 juta) guna memenuhi herd immunity, tantangan geografi dan distribusi pada masa pandemi, membuat target vaksinasi mustahil dicapai hingga akhir 2022.
Sebaiknya kita tidak terlena dengan tren global atau penurunan kasus di beberapa tempat. Setiap negara pasti terus berusaha menata strategi terbaiknya. Setahun pandemi adalah perjalanan yang melelahkan. Cukuplah penderitaan, jumlah kematian, beban tenaga kesehatan, dan impitan ekonomi menghantam. Kebiasaan mencari hasil instan dan jalan pintas saatnya ditinggalkan. Waktunya menata pertahanan terhadap ancaman penyakit menular, bila pandemi berkepanjangan atau jika muncul wabah yang lebih mengerikan pada masa mendatang. Kalau perubahan tak kunjung dilakukan, maka kita tak ubahnya hidup di tengah kemalangan dan hanya berharap datangnya keajaiban.
(bmm)
tulis komentar anda