Angka Nakes Meninggal Akibat COVID-19 di Indonesia Tertinggi Kelima di Dunia
Kamis, 25 Februari 2021 - 15:34 WIB
JAKARTA - Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Doni Monardo menyebut bahwa angka tenaga kesehatan ( nakes) di Indonesia yang gugur akibat virus corona tertinggi kelima di dunia.
"Indonesia menjadi salah satu negara dengan peringkat gugur atau korbannya dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang terbesar di dunia atau tertinggi nomor urut ke-5 secara presentasi," kata Doni pada sambutan Launching Buku: Pedoman Standar Perlindungan Dokter di Era Covid-19 Edisi ke-2, secara virtual, Kamis (25/2/2021).
Dokter termasuk nakes lainnya adalah kelompok rentan atau mereka yang berpotensi menjadi terpapar Covid. Mereka tercatat sudah ratusan orang yang gugur, masing-masing dokter, perawat, bidan, petugas laboratorium dan semuanya.
Baca juga: Insan Pers, Sasaran Vaksinasi Covid-19 Berikutnya
Doni pun mengapresiasi setinggi-tingginya peluncuran buku standar perlindungan dokter di era Covid-19. "Kami dari Satgas memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tim yang telah menyusun buku tentang standar perlindungan dokter di era Covid-19 yang sudah merupakan jilid kedua," kata Doni.
"Oleh karenanya peluncuran buku ini, menurut saya, sangat strategis untuk bisa memberikan perlindungan yang lebih baik lagi kepada para dokter," kata Doni.
Ia mengatakan, seharusnya ujung tombak dalam penanganan COVID-19 bukan dokter sendiri, tapi juga masyarakat. "Saya sering mengatakan, seharusnya kita janganlah membuat suatu pesan bahwa dokter adalah ujung tombak. Menurut saya ini benar, tetapi alangkah baiknya ujung tombaknya itu kita serahkan ke masyarakat. Walaupun dokter sendiri betul sebagai ujung tombak dalam penanganan COVID ini," katanya.
Baca juga: PB IDI Mencatat Sebanyak 139 Dokter Meninggal Akibat COVID-19
Namun, tegas Doni, para dokter harus menjadi benteng terakhir dalam penanganan COVID-19. "Tetapi yang harus kita lakukan bersama adalah dokter harus menjadi benteng terakhir bangsa kita," katanya.
Apalagi, kata Doni, dokter di Indonesia hanya sekitar 200.000 orang untuk melayani 270 juta warga Indonesia. "Karena kalau kita hanya mengandalkan dokter, catatan kami di Satgas secara nasional Indonesia hanya memiliki 200.000 orang dokter untuk melayani 270 juta warga negara kita," katanya.
"Kalau kita, sekali lagi belum optimal dalam upaya pencegahan dan juga melibatkan para dokter dalam kampanye protokol 3M, mungkin kasus di Tanah Air kita akan semakin tinggi. Tapi alhamdulillah, dokter telah menjadi bagian yang sangat penting dalam upaya bangsa kita menghadapi COVID ini," kata Doni.
Ia mengatakan bahwa 300 lebih dokter telah gugur akibat COVID-19 dan mereka berjuang untuk misi kemanusiaan. "300 lebih dokter yang telah gugur, yang telah wafat sebagai bagian dari mereka yang berjuang untuk misi kemanusiaan. Sehingga sekali lagi menjadi kewajiban kita untuk mencari cara yang terbaik bagaimana kita semua mampu mengurangi risiko, sehingga dokter tidak menjadi terpapar dan terinfeksi," katanya.
Lihat Juga: Riwayat Karier Militer dan Penghargaan Doni Monardo, Eks Danjen Kopassus yang Tutup Usia
"Indonesia menjadi salah satu negara dengan peringkat gugur atau korbannya dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang terbesar di dunia atau tertinggi nomor urut ke-5 secara presentasi," kata Doni pada sambutan Launching Buku: Pedoman Standar Perlindungan Dokter di Era Covid-19 Edisi ke-2, secara virtual, Kamis (25/2/2021).
Dokter termasuk nakes lainnya adalah kelompok rentan atau mereka yang berpotensi menjadi terpapar Covid. Mereka tercatat sudah ratusan orang yang gugur, masing-masing dokter, perawat, bidan, petugas laboratorium dan semuanya.
Baca juga: Insan Pers, Sasaran Vaksinasi Covid-19 Berikutnya
Doni pun mengapresiasi setinggi-tingginya peluncuran buku standar perlindungan dokter di era Covid-19. "Kami dari Satgas memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tim yang telah menyusun buku tentang standar perlindungan dokter di era Covid-19 yang sudah merupakan jilid kedua," kata Doni.
"Oleh karenanya peluncuran buku ini, menurut saya, sangat strategis untuk bisa memberikan perlindungan yang lebih baik lagi kepada para dokter," kata Doni.
Ia mengatakan, seharusnya ujung tombak dalam penanganan COVID-19 bukan dokter sendiri, tapi juga masyarakat. "Saya sering mengatakan, seharusnya kita janganlah membuat suatu pesan bahwa dokter adalah ujung tombak. Menurut saya ini benar, tetapi alangkah baiknya ujung tombaknya itu kita serahkan ke masyarakat. Walaupun dokter sendiri betul sebagai ujung tombak dalam penanganan COVID ini," katanya.
Baca juga: PB IDI Mencatat Sebanyak 139 Dokter Meninggal Akibat COVID-19
Namun, tegas Doni, para dokter harus menjadi benteng terakhir dalam penanganan COVID-19. "Tetapi yang harus kita lakukan bersama adalah dokter harus menjadi benteng terakhir bangsa kita," katanya.
Apalagi, kata Doni, dokter di Indonesia hanya sekitar 200.000 orang untuk melayani 270 juta warga Indonesia. "Karena kalau kita hanya mengandalkan dokter, catatan kami di Satgas secara nasional Indonesia hanya memiliki 200.000 orang dokter untuk melayani 270 juta warga negara kita," katanya.
"Kalau kita, sekali lagi belum optimal dalam upaya pencegahan dan juga melibatkan para dokter dalam kampanye protokol 3M, mungkin kasus di Tanah Air kita akan semakin tinggi. Tapi alhamdulillah, dokter telah menjadi bagian yang sangat penting dalam upaya bangsa kita menghadapi COVID ini," kata Doni.
Ia mengatakan bahwa 300 lebih dokter telah gugur akibat COVID-19 dan mereka berjuang untuk misi kemanusiaan. "300 lebih dokter yang telah gugur, yang telah wafat sebagai bagian dari mereka yang berjuang untuk misi kemanusiaan. Sehingga sekali lagi menjadi kewajiban kita untuk mencari cara yang terbaik bagaimana kita semua mampu mengurangi risiko, sehingga dokter tidak menjadi terpapar dan terinfeksi," katanya.
Lihat Juga: Riwayat Karier Militer dan Penghargaan Doni Monardo, Eks Danjen Kopassus yang Tutup Usia
(abd)
tulis komentar anda