INDONESIA CENTRUM: Ijtihad PMII Hadapi Kemajuan Teknologi
Senin, 15 Februari 2021 - 06:25 WIB
Dari landasan itulah, PMII dapat memanfaatkan teknologi sebagai alat campaign gerakan yang bermanfaat baik bagi organisasi maupun manusia lain, sebagaimana yang dilakukan oleh Sahabat Anjas Pramono, seorang kader PMII yang mendunia dengan aplikasi canggihnya Difodeaf. Kita patut bangga pada sahabat Anjas, di saat kita masih tergagap dengan teknologi, Anjas mampu melompati jurang kegagapan itu dan mengangkat nama baik organisasi. Kreatifitas seperti inilah yang wajib ditumbuh suburkan di PMII.Kesadaran akan pemanfaatan teknologi yang human oriented ini juga merupakan sebuah iktiyar untuk menghindari kemubadziran teknologi yang sudah ada. Dalam skala Rayon misalnya, diskusi-diskusi produktif dapat dimasukkan ke dalam media sosial yang dikemas semenarik mungkin sebagai bagian dari proses pengenalan PMII kepada publik. Apalagi saat ini ada flatform media sosial yang memberikan bayaran bagi para konten kreator, yang dapat dimanfaatkan sebagai ikhtiyar membangun kemandirian ekonomi rayon. Dan pada titik ini, PMII mampu memposisikan dirinya sebagai subjek, bukan objek teknologi
Gerakan-gerakan kecil yang kreatif ini dilakukan dengan melandaskan diri pada sebuah kaidah Al-Muhafazhatu ‘ala qadim ash-shaalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah, menjaga nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik. Artinya, bahwa dalam menghadapi teknologi, PMII tidak meninggalkan tradisi baik yang selama ini telah berjalan (Al-Muhafazhah), dengan tetap melakukan usaha kreatif agar kebaikan yang sudah ada bertambah baik secara quantitas maupun kwalitas (Al-Akhdzu).Kaidah ini menjadi penting, agar PMII tidak tercerabut dari akar tradisi yang sudah diwariskan dari para pendahulu. Karena tradisi merupakan warisaan sangat berharga dari masa lampau yang harus dilestarikan sejauh mungkin, tanpa menghambat tumbuhnya kreativitas individual.Kemajuan teknologi yang berasal dari perkembangan industri, seperti pandangan KH. Ali Yafie’, akan memunculkan kekuatan kapitalisme yang menjadi modal imperialisme untuk melahirkan kolonialisme, penindasan bangsa-bangsa lain, perebutan wilayah, pengrusakan kekayaan alam, dan pemerkosaan hak-hak rakyat. Teknologi harus diarahkan untuk mampu memelihara sumber daya alam, manusia, dan tenaga, jangan sampai malah mengeksploitasi dan merusak sumber yang telah disediakan Allah SWT tersebut.
Harapan kedepan
Formulasi paradigmatik yang telah diurai diatas, merupakan salah satu bekal bagi penulis dalam membuat sebuah konsep bernama Indonesia Centrum. Konsep ini dibuat dengan kesadaran bahwa proses perubahan zaman yang berlangsung begitu cepat, disertai liberalisasi dalam berbagai sektor, baik ekonomi, sosial, politik dan budaya, wajib dijawab oleh PMII. Tujuannya, supaya perubahan yang terjadi pada perkembangan sejarah itu tetap berpusat pada cita-cita luhur bangsa Indonesia.PMII sebagai organisasi kaderisasi, harus mampu melahirkan kader-kader progresif yang siap berjuang demi kemashlahatan rakyat, mengabdikan dirinya untuk senantiasa berjuang di garis kaum mustadh’afin yang tetap memposisikan ASWAJA sebagai kekuatan yang mampu mendorong perubahan kongkret pada kehidupan manusia. Kader PMII harus mampu menjawab persoalan yang menerpa, dan menjaga cita-cita bangsa.Para ulama, telah banyak berperan aktif dalam melahirkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari belenggu panjang kolonialisasi. Sejarah itu menjadi api yang menggelora bagi PMII untuk tetap menjaga komitmen kebangsaan, merawat kebhinekaan, dalam tali persatuan.
Gerakan-gerakan kecil yang kreatif ini dilakukan dengan melandaskan diri pada sebuah kaidah Al-Muhafazhatu ‘ala qadim ash-shaalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah, menjaga nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik. Artinya, bahwa dalam menghadapi teknologi, PMII tidak meninggalkan tradisi baik yang selama ini telah berjalan (Al-Muhafazhah), dengan tetap melakukan usaha kreatif agar kebaikan yang sudah ada bertambah baik secara quantitas maupun kwalitas (Al-Akhdzu).Kaidah ini menjadi penting, agar PMII tidak tercerabut dari akar tradisi yang sudah diwariskan dari para pendahulu. Karena tradisi merupakan warisaan sangat berharga dari masa lampau yang harus dilestarikan sejauh mungkin, tanpa menghambat tumbuhnya kreativitas individual.Kemajuan teknologi yang berasal dari perkembangan industri, seperti pandangan KH. Ali Yafie’, akan memunculkan kekuatan kapitalisme yang menjadi modal imperialisme untuk melahirkan kolonialisme, penindasan bangsa-bangsa lain, perebutan wilayah, pengrusakan kekayaan alam, dan pemerkosaan hak-hak rakyat. Teknologi harus diarahkan untuk mampu memelihara sumber daya alam, manusia, dan tenaga, jangan sampai malah mengeksploitasi dan merusak sumber yang telah disediakan Allah SWT tersebut.
Harapan kedepan
Formulasi paradigmatik yang telah diurai diatas, merupakan salah satu bekal bagi penulis dalam membuat sebuah konsep bernama Indonesia Centrum. Konsep ini dibuat dengan kesadaran bahwa proses perubahan zaman yang berlangsung begitu cepat, disertai liberalisasi dalam berbagai sektor, baik ekonomi, sosial, politik dan budaya, wajib dijawab oleh PMII. Tujuannya, supaya perubahan yang terjadi pada perkembangan sejarah itu tetap berpusat pada cita-cita luhur bangsa Indonesia.PMII sebagai organisasi kaderisasi, harus mampu melahirkan kader-kader progresif yang siap berjuang demi kemashlahatan rakyat, mengabdikan dirinya untuk senantiasa berjuang di garis kaum mustadh’afin yang tetap memposisikan ASWAJA sebagai kekuatan yang mampu mendorong perubahan kongkret pada kehidupan manusia. Kader PMII harus mampu menjawab persoalan yang menerpa, dan menjaga cita-cita bangsa.Para ulama, telah banyak berperan aktif dalam melahirkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari belenggu panjang kolonialisasi. Sejarah itu menjadi api yang menggelora bagi PMII untuk tetap menjaga komitmen kebangsaan, merawat kebhinekaan, dalam tali persatuan.
(war)
tulis komentar anda