Jalan Trans-Papua, Pembangunan Baru dan Kesejahteraan Maju
Minggu, 14 Februari 2021 - 11:13 WIB
Arja Berlian
Pemerhati Masalah Papua
Ada yang berbeda saat ini di Papua, daerah di penjuru timur Indonesia yang seringkali diberitakan tertinggal, kini banyak mengalami kemajuan berupa banyaknya pembangunan yang salah satunya adalah Pembangunan Jalan Trans-Papua. Kondisi terbaru awal tahun 2021, Sebagian Jalan Trans Papua sudah mulai rampung dan antarwilayah pun sudah terhubung, salah satunya Jayapura-Wamena. Wamena adalah ibu kota Kabupaten Jayawijaya. Kota di Lembah Baliem ini sejak lama jadi pusat aktivitas ekonomi dan pemerintahan di wilayah pegunungan tengah Papua. Letaknya 1.800 meter di atas permukaan laut. Dengan pesawat, Wamena bisa terjangkau dalam 45 menit dari Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura.
Sebelumnya untuk pergi kedua wilayah ini harus menggunakan angkutan udara dengan biaya yang cukup besar, kini dengan adanya Jalan Trans Papua,yang telah menghubungkan dua wilayah itu maka transportasi semakin mudah diakses. Jalan ini membelah perkampungan, hutan belantara termasuk kawasan konservasi. Proyek Jalan Trans Papua membuat wilayah ini akhirnya bisa ditembus dengan jalan darat. Jalan Trans Papua, satu proyek infrastruktur utama Pemerintahan Joko Widodo di Papua dan Papua Barat. Pembangunan jalan ini masuk dalam proyek strategis nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Tujuan dari pembangunan jalan ini selain membuka akses transportasi tentunya akan mempermudah perkembangan ekonomi masing-masing wilayah, masyarakat menjadi lebih maju dan terbuka, namun tentu saja permasalahan lingkungan harus diperhatikan.
Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KPUPR) menyebutkan, panjang Jalan Trans Papua di Papua mencapai 2.902 km. Ini meliputi ruas Jalan Merauke-Tanah Merah-Waropko (543 km), Waropko-Oksibil (136 km), Dekai-Oksibil (225 km), dan Kenyam-Dekai (180 km). Lalu, Wamena-Habema-Kenyam-Mamug (295 km), Jayapura-Elelim-Wamena (585 km), Wamena-Mulia-Ilaga-Enarotali (466 km), Wagete-Timika (196 km), dan Enarotali-Wagete-Nabire (285 km). Hingga kini, tinggal sekitar 200-300 kilometer belum tersambung. Hasil penelitianThe Asia Foundation (TAF) bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan, salah satu kawasan konservasi yang dilalui jalan trans Papua di pegunungan adalah Taman Nasional Lorentz. Taman nasional ini memiliki keragaman hayati sangat tinggi. Bahkan, disebut sebagai kawasan dengan ekosistem terlengkap di Kawasan Asia Pasifik.
Pembangunan Jalan Trans-Papua memang merupakan kebijakan Pemerintah Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat asli Papua, mengejar ketertinggalan dengan membuka akses dari suatu daerah ke daerah lain. Beberapa masyarakat asli Papua yang penasaran juga sudah mulai nekat melalui jalan ini walau belum jadi, seperti adik Yoni dan kawan-kawan yang menmpuh perjalanan Jayapura-Wamena selama 3 hari di tahun 2018 dan menjadi lebih cepat 2 hari di tahun 2019 karena jalan sudah mulai selesai."Karena baru buka dan belum ada kendaraan lewat jadi masih aman dan bagus. Beberapa jembatan belum jadi, hingga kita harus pikul (angkat) motor, lalu jalan lagi," ujar Yoni dan kawan-kawannya yang telah menempuh perjalanan tahun 2018 dan akhir tahun 2019.
Menurutnya, saat ini jembatan-jembatan sudah terbangun. Waktu tempuh ke Wamena jadi dua hari dan sudah bisa dilalui mobil. Sebagian besar mobil mengangkut barang termasuk bahan bangunan seperti semen. Adanya pembangunan Jalan Trans Papua ini juga mendapat apresiasi banyak pihak, salah satunya peneliti Papua, Saudari Stepi Anriani yang menyampaikan bahwa niat pemerintah yang baik perlu didukung oleh masyarakat karena akan membuka konektivitas antar daerah, akan mempermudah akses kepada semua bidang termasuk pendidikan dan kesehatan. Adapun pembangunan Jalan Trans Papua melalui tiga tahap.Pertama, tahap pembangunan atau pembongkaran hutan sampai terbentuk badan jalan.Kedua, peningkatan badan jalan, jalan labil dipadatkan dengan material.Ketiga, peningkatan dengan pengaspalan.
Dalam pengerjaan proyek Jalan Trans Papua, pemerintah kabupaten bertanggung jawab mengurus soal lahan terutama pelepasan lahan yang melewati kebun atau pemukiman warga. Adapun terkait kawasan konservasi sudah ada peraturan Menteri yang mengatur alih fungsi lahan, namun tentu saja perlu kesungguhan agar tidak ada keanekaragaman hayati yang terganggu khususnya di Taman Nasional Lorentz yang masih alami dan kaya tanaman langka. Sehingga masyarakat dan penggiat lingkungan juga swasta perlu bersama-sama mengingatkan pembangunan Jalan Trans Papua agar tidak mengganggu lingkungan, amdal terkendali termasuk penebangan pohon, hal ini agar terjadi keseimbangan antara pembangunan dan ekosistem.
Pemerhati Masalah Papua
Ada yang berbeda saat ini di Papua, daerah di penjuru timur Indonesia yang seringkali diberitakan tertinggal, kini banyak mengalami kemajuan berupa banyaknya pembangunan yang salah satunya adalah Pembangunan Jalan Trans-Papua. Kondisi terbaru awal tahun 2021, Sebagian Jalan Trans Papua sudah mulai rampung dan antarwilayah pun sudah terhubung, salah satunya Jayapura-Wamena. Wamena adalah ibu kota Kabupaten Jayawijaya. Kota di Lembah Baliem ini sejak lama jadi pusat aktivitas ekonomi dan pemerintahan di wilayah pegunungan tengah Papua. Letaknya 1.800 meter di atas permukaan laut. Dengan pesawat, Wamena bisa terjangkau dalam 45 menit dari Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura.
Sebelumnya untuk pergi kedua wilayah ini harus menggunakan angkutan udara dengan biaya yang cukup besar, kini dengan adanya Jalan Trans Papua,yang telah menghubungkan dua wilayah itu maka transportasi semakin mudah diakses. Jalan ini membelah perkampungan, hutan belantara termasuk kawasan konservasi. Proyek Jalan Trans Papua membuat wilayah ini akhirnya bisa ditembus dengan jalan darat. Jalan Trans Papua, satu proyek infrastruktur utama Pemerintahan Joko Widodo di Papua dan Papua Barat. Pembangunan jalan ini masuk dalam proyek strategis nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Tujuan dari pembangunan jalan ini selain membuka akses transportasi tentunya akan mempermudah perkembangan ekonomi masing-masing wilayah, masyarakat menjadi lebih maju dan terbuka, namun tentu saja permasalahan lingkungan harus diperhatikan.
Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KPUPR) menyebutkan, panjang Jalan Trans Papua di Papua mencapai 2.902 km. Ini meliputi ruas Jalan Merauke-Tanah Merah-Waropko (543 km), Waropko-Oksibil (136 km), Dekai-Oksibil (225 km), dan Kenyam-Dekai (180 km). Lalu, Wamena-Habema-Kenyam-Mamug (295 km), Jayapura-Elelim-Wamena (585 km), Wamena-Mulia-Ilaga-Enarotali (466 km), Wagete-Timika (196 km), dan Enarotali-Wagete-Nabire (285 km). Hingga kini, tinggal sekitar 200-300 kilometer belum tersambung. Hasil penelitianThe Asia Foundation (TAF) bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan, salah satu kawasan konservasi yang dilalui jalan trans Papua di pegunungan adalah Taman Nasional Lorentz. Taman nasional ini memiliki keragaman hayati sangat tinggi. Bahkan, disebut sebagai kawasan dengan ekosistem terlengkap di Kawasan Asia Pasifik.
Pembangunan Jalan Trans-Papua memang merupakan kebijakan Pemerintah Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat asli Papua, mengejar ketertinggalan dengan membuka akses dari suatu daerah ke daerah lain. Beberapa masyarakat asli Papua yang penasaran juga sudah mulai nekat melalui jalan ini walau belum jadi, seperti adik Yoni dan kawan-kawan yang menmpuh perjalanan Jayapura-Wamena selama 3 hari di tahun 2018 dan menjadi lebih cepat 2 hari di tahun 2019 karena jalan sudah mulai selesai."Karena baru buka dan belum ada kendaraan lewat jadi masih aman dan bagus. Beberapa jembatan belum jadi, hingga kita harus pikul (angkat) motor, lalu jalan lagi," ujar Yoni dan kawan-kawannya yang telah menempuh perjalanan tahun 2018 dan akhir tahun 2019.
Menurutnya, saat ini jembatan-jembatan sudah terbangun. Waktu tempuh ke Wamena jadi dua hari dan sudah bisa dilalui mobil. Sebagian besar mobil mengangkut barang termasuk bahan bangunan seperti semen. Adanya pembangunan Jalan Trans Papua ini juga mendapat apresiasi banyak pihak, salah satunya peneliti Papua, Saudari Stepi Anriani yang menyampaikan bahwa niat pemerintah yang baik perlu didukung oleh masyarakat karena akan membuka konektivitas antar daerah, akan mempermudah akses kepada semua bidang termasuk pendidikan dan kesehatan. Adapun pembangunan Jalan Trans Papua melalui tiga tahap.Pertama, tahap pembangunan atau pembongkaran hutan sampai terbentuk badan jalan.Kedua, peningkatan badan jalan, jalan labil dipadatkan dengan material.Ketiga, peningkatan dengan pengaspalan.
Dalam pengerjaan proyek Jalan Trans Papua, pemerintah kabupaten bertanggung jawab mengurus soal lahan terutama pelepasan lahan yang melewati kebun atau pemukiman warga. Adapun terkait kawasan konservasi sudah ada peraturan Menteri yang mengatur alih fungsi lahan, namun tentu saja perlu kesungguhan agar tidak ada keanekaragaman hayati yang terganggu khususnya di Taman Nasional Lorentz yang masih alami dan kaya tanaman langka. Sehingga masyarakat dan penggiat lingkungan juga swasta perlu bersama-sama mengingatkan pembangunan Jalan Trans Papua agar tidak mengganggu lingkungan, amdal terkendali termasuk penebangan pohon, hal ini agar terjadi keseimbangan antara pembangunan dan ekosistem.
(zik)
tulis komentar anda