Rafsanjani dan Gagasan Bersama Menggerakkan Indonesia
Kamis, 11 Februari 2021 - 18:00 WIB
Tentu cara pandang ini sedikit banyak mempengaruhi dirinya yang selalu melihat segala sesuatu berdasarkan realitas. Seperti dalam beberapa kesempatan, ia selalu mengatakan bahwa sebagai seorang manusia yang merdeka kita harus jujur untuk senantiasa berkata salah pada setiap hal yang tidak benar.
Hal ini juga turut membentuk Rafsan menjadi pribadi yang begitu kritis dalam melihat segala fenomena. Dia lebih dikenal dengan sebutan Ketum Rafsan, karena mantan Ketua PC PMII Ciputat masa khidmah 2015-2016.
Namun, dunia organisatorisnya tidak dituai hanya dari momentum Konferensi PMII Cabang Ciputat tahun 2015 di mana dirinya berhasil terpilih menjadi Ketua PC PMII Ciputat. Latar belakang dunia organisasi Rafsan dimulai saat dirinya diamanahkan menjadi Presidium II Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) tahun khidmah 2012-2014.
Dunia organisasi yang dibalut dengan selimut intelektual ini menjadi satu pakem pembentuk pribadi Rafsanjani. Hal ini juga yang membuat Rafsan berinisiasi untuk membuat salah satu platform pers mahasiswa di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bernama Bulletin FISIPNews pada saat dirinya menjadi Ketua Biro pengembangan SDM BEM FISIP UIN Syarif Hidayatullah tahun khidmah 2013-2014.
Seorang mahasiswa jurusan ilmu politik tahun angkatan 2010 itu mengawali karir organisasinya di PMII sebagai Ketua Bidang Kaderisasi PK PMII FISIP Cabang Ciputat dengan membuat terobosan berupa kepala bidang pertama yang berhasil melaksanakan Pelatihan Kader Dasar (PKD) di PK PMII FISIP sekaligus mampu meningkatkan jumlah anggota sebanyak 120 mahasiswa dalam satu kali jenjang masa penerimaan anggota baru.
Karir organisasinya yang semakin meningkat berhasil membawa dirinya menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu PMII Cabang Ciputat pada tahun 2014 dengan raihan 4 kemenangan dari 5 total target pemenangan Dewan Mahasiswa. Atas perjuangan itu, dirinya berhasil diamanahkan menjadi Ketua PC PMII Ciputat pada tahun setelahnya.
Di mana saat menjadi ketua cabang, Rafsan berhasil mengukir sejarah dengan memenangkan PMII dalam kontestasi level universitas—sebuah raihan ciamik di balik gejolak politik kampus yang rasanya mustahil untuk dimenangkan pada saat itu. Perjalanan organisasi seorang Rafsanjani yang konsisten meningkat tentu bukan muncul tanpa sebab.
Tercatat, terdapat berbagai pelatihan yang telah ia ikuti untuk sekadar memenuhi rasa hausnya akan belajar dan mendengar. Mulai dari pelatihan Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa pada tahun 2011; Interfaith Camp Sekolah Tinggi Teologi Jakarta pada tahun 2013; Pelatihan Kader Nasional PB PMII pada tahun 2016; Anti Corruption Youth Camp KPK pada tahun 2016; Taplai Lembaga Ketahanan Nasional RI pada tahun 2018; serta Taplai Belanegara Resimen Induk Kodam Jaya pada tahun 2019.
Melalui berbagai pelatihan ini, Rafsan mengaku tidak pernah sungkan untuk belajar dari siapapun. Sosok Rafsan yang menghamba pada nilai inklusifitas lantas membuat dirinya berhasil mendirikan sebuah NGO bernama Kelas Inklusif.
NGO ini merupakan buah gagasan atas inklusifitas yang dibawa ke ruang publik melalui berbagai dialog dan diskusi hangat terkait berbagai permasalahan sosial: bahwa narasi akademik sejatinya tidak boleh menjadi sekedar obrolan para akademisi menara gading. Lewat Kelas Inklusif, dirinya percaya bahwa tiap-tiap individu masyarakat akan dapat memahami realitas yang sebelumnya terbatas pada arogansi percakapan para intelektual.
Hal ini juga turut membentuk Rafsan menjadi pribadi yang begitu kritis dalam melihat segala fenomena. Dia lebih dikenal dengan sebutan Ketum Rafsan, karena mantan Ketua PC PMII Ciputat masa khidmah 2015-2016.
Namun, dunia organisatorisnya tidak dituai hanya dari momentum Konferensi PMII Cabang Ciputat tahun 2015 di mana dirinya berhasil terpilih menjadi Ketua PC PMII Ciputat. Latar belakang dunia organisasi Rafsan dimulai saat dirinya diamanahkan menjadi Presidium II Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) tahun khidmah 2012-2014.
Dunia organisasi yang dibalut dengan selimut intelektual ini menjadi satu pakem pembentuk pribadi Rafsanjani. Hal ini juga yang membuat Rafsan berinisiasi untuk membuat salah satu platform pers mahasiswa di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bernama Bulletin FISIPNews pada saat dirinya menjadi Ketua Biro pengembangan SDM BEM FISIP UIN Syarif Hidayatullah tahun khidmah 2013-2014.
Seorang mahasiswa jurusan ilmu politik tahun angkatan 2010 itu mengawali karir organisasinya di PMII sebagai Ketua Bidang Kaderisasi PK PMII FISIP Cabang Ciputat dengan membuat terobosan berupa kepala bidang pertama yang berhasil melaksanakan Pelatihan Kader Dasar (PKD) di PK PMII FISIP sekaligus mampu meningkatkan jumlah anggota sebanyak 120 mahasiswa dalam satu kali jenjang masa penerimaan anggota baru.
Karir organisasinya yang semakin meningkat berhasil membawa dirinya menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu PMII Cabang Ciputat pada tahun 2014 dengan raihan 4 kemenangan dari 5 total target pemenangan Dewan Mahasiswa. Atas perjuangan itu, dirinya berhasil diamanahkan menjadi Ketua PC PMII Ciputat pada tahun setelahnya.
Di mana saat menjadi ketua cabang, Rafsan berhasil mengukir sejarah dengan memenangkan PMII dalam kontestasi level universitas—sebuah raihan ciamik di balik gejolak politik kampus yang rasanya mustahil untuk dimenangkan pada saat itu. Perjalanan organisasi seorang Rafsanjani yang konsisten meningkat tentu bukan muncul tanpa sebab.
Tercatat, terdapat berbagai pelatihan yang telah ia ikuti untuk sekadar memenuhi rasa hausnya akan belajar dan mendengar. Mulai dari pelatihan Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa pada tahun 2011; Interfaith Camp Sekolah Tinggi Teologi Jakarta pada tahun 2013; Pelatihan Kader Nasional PB PMII pada tahun 2016; Anti Corruption Youth Camp KPK pada tahun 2016; Taplai Lembaga Ketahanan Nasional RI pada tahun 2018; serta Taplai Belanegara Resimen Induk Kodam Jaya pada tahun 2019.
Melalui berbagai pelatihan ini, Rafsan mengaku tidak pernah sungkan untuk belajar dari siapapun. Sosok Rafsan yang menghamba pada nilai inklusifitas lantas membuat dirinya berhasil mendirikan sebuah NGO bernama Kelas Inklusif.
NGO ini merupakan buah gagasan atas inklusifitas yang dibawa ke ruang publik melalui berbagai dialog dan diskusi hangat terkait berbagai permasalahan sosial: bahwa narasi akademik sejatinya tidak boleh menjadi sekedar obrolan para akademisi menara gading. Lewat Kelas Inklusif, dirinya percaya bahwa tiap-tiap individu masyarakat akan dapat memahami realitas yang sebelumnya terbatas pada arogansi percakapan para intelektual.
Lihat Juga :
tulis komentar anda