Rafsanjani dan Gagasan Bersama Menggerakkan Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kongres XX Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PB PMII ) akan digelar pada Maret 2021 mendatang di Balikpapan. Salah satu calon ketua umum yang maju adalah Muhammad Rafsanjani. Bersama Menggerakkan Indonesia menjadi naskah gagasan Muhammad Rafsanjani dalam pencalonannya sebagai Calon Ketua Umum PB PMII.
Sebuah ajakan Rafsan kepada seluruh anak muda dan seluruh kader PMII di Indonesia agar bersama-sama, bertekad, menjadi generasi penggerak Indonesia. Dirinya percaya bahwa ini adalah era kita semua, era di mana kita mampu bersama-sama menggerakkan Indonesia. Adapun naskah Bersama Menggerakkan Indonesia itu dia tulis dengan semangat daya juang kolektif, serta harapan atas kolaborasi dari para anak muda.
Pria kelahiran Garut pada 30 Maret 1992 itu adalah putra dari pasangan Dr KH Cecep Alba, pimpinan pondok pesantren tertua di Limbangan dan Rd Mimin Nurganiah Maulani. Rafsan pergi merantau ke tanah Ciputat pasca menyelesaikan studinya di Pondok Pesantren Pulosari, Limbangan.
Dia melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Tempaan selama di pondok pesantren membuat Rafsan menjadi sosok yang senantiasa membumi lewat kata dan perangainya.
Corak kehidupan agamis yang menjadi lingkungan akrab seorang Rafsanjani tidak membuat dirinya membatasi buku-buku dan bacaan atas luasnya ilmu pengetahuan, membuat Rafsan sangat menghindari pandangan tunggal soal kebenaran.
Bagi Rafsan, tiap-tiap ruang akademik adalah bebas nilai dan setiap manusia berhak mengkonsumsi berbagai jenis bangunan keilmuan. Hal itu yang membuat Rafsan menjadi begitu lahap dalam membaca, mulai dari bacaan politik, filsafat, sejarah, agama sampai bacaan soal psikologi.
Rafsan, intelektual yang menekankan bahwa inklusifitas harus hadir sejak dalam pikiran. Sebagai seorang akademisi sekaligus aktivis, dia konsisten dalam memberikan sumbangsih pemikirannya terhadap Indonesia.
Adapun bentuknya beragam, mulai dari platform diskusi sebagai sarana tukar pikiran, tulisan atas opininya soal berbagai permasalahan sosial, sampai aksi turun ke jalan. Hal ini yang menjadikannya sebagai sosok pemuda luar biasa, sebab produktivitas karyanya menjadi inspirasi bagi tiap-tiap kerabat dan bagi setiap individu yang mengenalnya.
Tidak heran jika Rafsan kerap dipercaya menjadi pimpinan di berbagai organisasi, seperti padepokan diskusi tertua di Ciputat, NGO, organisasi internal universitas, organisasi ekternal kemahasiswaan, sampai organisasi kepemudaan taraf nasional. Limbangan, Garut, yang menjadi tempat berkembang Rafsan sebelum terjun ke dunia metropolitan juga berhasil membentuk pribadinya menjadi sosok yang sesak oleh nilai-nilai kesederhanaan dan keikhlasan.
Tentu cara pandang ini sedikit banyak mempengaruhi dirinya yang selalu melihat segala sesuatu berdasarkan realitas. Seperti dalam beberapa kesempatan, ia selalu mengatakan bahwa sebagai seorang manusia yang merdeka kita harus jujur untuk senantiasa berkata salah pada setiap hal yang tidak benar.
Hal ini juga turut membentuk Rafsan menjadi pribadi yang begitu kritis dalam melihat segala fenomena. Dia lebih dikenal dengan sebutan Ketum Rafsan, karena mantan Ketua PC PMII Ciputat masa khidmah 2015-2016.
Namun, dunia organisatorisnya tidak dituai hanya dari momentum Konferensi PMII Cabang Ciputat tahun 2015 di mana dirinya berhasil terpilih menjadi Ketua PC PMII Ciputat. Latar belakang dunia organisasi Rafsan dimulai saat dirinya diamanahkan menjadi Presidium II Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) tahun khidmah 2012-2014.
Dunia organisasi yang dibalut dengan selimut intelektual ini menjadi satu pakem pembentuk pribadi Rafsanjani. Hal ini juga yang membuat Rafsan berinisiasi untuk membuat salah satu platform pers mahasiswa di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bernama Bulletin FISIPNews pada saat dirinya menjadi Ketua Biro pengembangan SDM BEM FISIP UIN Syarif Hidayatullah tahun khidmah 2013-2014.
Seorang mahasiswa jurusan ilmu politik tahun angkatan 2010 itu mengawali karir organisasinya di PMII sebagai Ketua Bidang Kaderisasi PK PMII FISIP Cabang Ciputat dengan membuat terobosan berupa kepala bidang pertama yang berhasil melaksanakan Pelatihan Kader Dasar (PKD) di PK PMII FISIP sekaligus mampu meningkatkan jumlah anggota sebanyak 120 mahasiswa dalam satu kali jenjang masa penerimaan anggota baru.
Karir organisasinya yang semakin meningkat berhasil membawa dirinya menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu PMII Cabang Ciputat pada tahun 2014 dengan raihan 4 kemenangan dari 5 total target pemenangan Dewan Mahasiswa. Atas perjuangan itu, dirinya berhasil diamanahkan menjadi Ketua PC PMII Ciputat pada tahun setelahnya.
Di mana saat menjadi ketua cabang, Rafsan berhasil mengukir sejarah dengan memenangkan PMII dalam kontestasi level universitas—sebuah raihan ciamik di balik gejolak politik kampus yang rasanya mustahil untuk dimenangkan pada saat itu. Perjalanan organisasi seorang Rafsanjani yang konsisten meningkat tentu bukan muncul tanpa sebab.
Tercatat, terdapat berbagai pelatihan yang telah ia ikuti untuk sekadar memenuhi rasa hausnya akan belajar dan mendengar. Mulai dari pelatihan Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa pada tahun 2011; Interfaith Camp Sekolah Tinggi Teologi Jakarta pada tahun 2013; Pelatihan Kader Nasional PB PMII pada tahun 2016; Anti Corruption Youth Camp KPK pada tahun 2016; Taplai Lembaga Ketahanan Nasional RI pada tahun 2018; serta Taplai Belanegara Resimen Induk Kodam Jaya pada tahun 2019.
Melalui berbagai pelatihan ini, Rafsan mengaku tidak pernah sungkan untuk belajar dari siapapun. Sosok Rafsan yang menghamba pada nilai inklusifitas lantas membuat dirinya berhasil mendirikan sebuah NGO bernama Kelas Inklusif.
NGO ini merupakan buah gagasan atas inklusifitas yang dibawa ke ruang publik melalui berbagai dialog dan diskusi hangat terkait berbagai permasalahan sosial: bahwa narasi akademik sejatinya tidak boleh menjadi sekedar obrolan para akademisi menara gading. Lewat Kelas Inklusif, dirinya percaya bahwa tiap-tiap individu masyarakat akan dapat memahami realitas yang sebelumnya terbatas pada arogansi percakapan para intelektual.
Saat ini Rafsan tengah menempuh Studi Pascasarjana Universitas Indonesia Program Studi Politik dan Hubungan Internasional, Kajian Timur Tengah, sekaligus menjabat sebagai Tim Kaderisasi Nasional PB PMII sejak tahun 2017. Menurut dia, anak muda merupakan kunci dari suksesi Indonesia di masa depan.
Namun, begitu banyak permasalahan yang menjangkit anak muda hari ini. Rafsan melihat bahwa terdapat batasan pada tiap gerak yang dilakukan para anak muda hanya karena merasa bukan siapa-siapa. Hal ini lah yang menurut Rafsan menjadi awal dari adanya anggapan mengenai gerak anak muda yang tidak lagi dianggap istimewa; dan persoalan ini harus segera dijawab karena tepat berkaitan dengan arah masa depan Bangsa Indonesia. Baca juga: PMII Pekalongan Salurkan Bantuan Alat Kesehatan dan Sembako untuk 3 Ponpes
Rafsan yang menjatuhkan diri pada isu-isu kepemudaan juga memahami bahwa menjadi muda adalah keunggulan. Rafsan percaya, banyak anak muda yang kelak menjadi penggerak peradaban, pencipta gagasan, dan juga perancang masa depan, hanya jika anak muda mau berhenti berdiam diri. Sebab, perubahan tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri.
Sebuah ajakan Rafsan kepada seluruh anak muda dan seluruh kader PMII di Indonesia agar bersama-sama, bertekad, menjadi generasi penggerak Indonesia. Dirinya percaya bahwa ini adalah era kita semua, era di mana kita mampu bersama-sama menggerakkan Indonesia. Adapun naskah Bersama Menggerakkan Indonesia itu dia tulis dengan semangat daya juang kolektif, serta harapan atas kolaborasi dari para anak muda.
Pria kelahiran Garut pada 30 Maret 1992 itu adalah putra dari pasangan Dr KH Cecep Alba, pimpinan pondok pesantren tertua di Limbangan dan Rd Mimin Nurganiah Maulani. Rafsan pergi merantau ke tanah Ciputat pasca menyelesaikan studinya di Pondok Pesantren Pulosari, Limbangan.
Dia melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Tempaan selama di pondok pesantren membuat Rafsan menjadi sosok yang senantiasa membumi lewat kata dan perangainya.
Corak kehidupan agamis yang menjadi lingkungan akrab seorang Rafsanjani tidak membuat dirinya membatasi buku-buku dan bacaan atas luasnya ilmu pengetahuan, membuat Rafsan sangat menghindari pandangan tunggal soal kebenaran.
Bagi Rafsan, tiap-tiap ruang akademik adalah bebas nilai dan setiap manusia berhak mengkonsumsi berbagai jenis bangunan keilmuan. Hal itu yang membuat Rafsan menjadi begitu lahap dalam membaca, mulai dari bacaan politik, filsafat, sejarah, agama sampai bacaan soal psikologi.
Rafsan, intelektual yang menekankan bahwa inklusifitas harus hadir sejak dalam pikiran. Sebagai seorang akademisi sekaligus aktivis, dia konsisten dalam memberikan sumbangsih pemikirannya terhadap Indonesia.
Adapun bentuknya beragam, mulai dari platform diskusi sebagai sarana tukar pikiran, tulisan atas opininya soal berbagai permasalahan sosial, sampai aksi turun ke jalan. Hal ini yang menjadikannya sebagai sosok pemuda luar biasa, sebab produktivitas karyanya menjadi inspirasi bagi tiap-tiap kerabat dan bagi setiap individu yang mengenalnya.
Tidak heran jika Rafsan kerap dipercaya menjadi pimpinan di berbagai organisasi, seperti padepokan diskusi tertua di Ciputat, NGO, organisasi internal universitas, organisasi ekternal kemahasiswaan, sampai organisasi kepemudaan taraf nasional. Limbangan, Garut, yang menjadi tempat berkembang Rafsan sebelum terjun ke dunia metropolitan juga berhasil membentuk pribadinya menjadi sosok yang sesak oleh nilai-nilai kesederhanaan dan keikhlasan.
Tentu cara pandang ini sedikit banyak mempengaruhi dirinya yang selalu melihat segala sesuatu berdasarkan realitas. Seperti dalam beberapa kesempatan, ia selalu mengatakan bahwa sebagai seorang manusia yang merdeka kita harus jujur untuk senantiasa berkata salah pada setiap hal yang tidak benar.
Hal ini juga turut membentuk Rafsan menjadi pribadi yang begitu kritis dalam melihat segala fenomena. Dia lebih dikenal dengan sebutan Ketum Rafsan, karena mantan Ketua PC PMII Ciputat masa khidmah 2015-2016.
Namun, dunia organisatorisnya tidak dituai hanya dari momentum Konferensi PMII Cabang Ciputat tahun 2015 di mana dirinya berhasil terpilih menjadi Ketua PC PMII Ciputat. Latar belakang dunia organisasi Rafsan dimulai saat dirinya diamanahkan menjadi Presidium II Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) tahun khidmah 2012-2014.
Dunia organisasi yang dibalut dengan selimut intelektual ini menjadi satu pakem pembentuk pribadi Rafsanjani. Hal ini juga yang membuat Rafsan berinisiasi untuk membuat salah satu platform pers mahasiswa di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bernama Bulletin FISIPNews pada saat dirinya menjadi Ketua Biro pengembangan SDM BEM FISIP UIN Syarif Hidayatullah tahun khidmah 2013-2014.
Seorang mahasiswa jurusan ilmu politik tahun angkatan 2010 itu mengawali karir organisasinya di PMII sebagai Ketua Bidang Kaderisasi PK PMII FISIP Cabang Ciputat dengan membuat terobosan berupa kepala bidang pertama yang berhasil melaksanakan Pelatihan Kader Dasar (PKD) di PK PMII FISIP sekaligus mampu meningkatkan jumlah anggota sebanyak 120 mahasiswa dalam satu kali jenjang masa penerimaan anggota baru.
Karir organisasinya yang semakin meningkat berhasil membawa dirinya menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu PMII Cabang Ciputat pada tahun 2014 dengan raihan 4 kemenangan dari 5 total target pemenangan Dewan Mahasiswa. Atas perjuangan itu, dirinya berhasil diamanahkan menjadi Ketua PC PMII Ciputat pada tahun setelahnya.
Di mana saat menjadi ketua cabang, Rafsan berhasil mengukir sejarah dengan memenangkan PMII dalam kontestasi level universitas—sebuah raihan ciamik di balik gejolak politik kampus yang rasanya mustahil untuk dimenangkan pada saat itu. Perjalanan organisasi seorang Rafsanjani yang konsisten meningkat tentu bukan muncul tanpa sebab.
Tercatat, terdapat berbagai pelatihan yang telah ia ikuti untuk sekadar memenuhi rasa hausnya akan belajar dan mendengar. Mulai dari pelatihan Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa pada tahun 2011; Interfaith Camp Sekolah Tinggi Teologi Jakarta pada tahun 2013; Pelatihan Kader Nasional PB PMII pada tahun 2016; Anti Corruption Youth Camp KPK pada tahun 2016; Taplai Lembaga Ketahanan Nasional RI pada tahun 2018; serta Taplai Belanegara Resimen Induk Kodam Jaya pada tahun 2019.
Melalui berbagai pelatihan ini, Rafsan mengaku tidak pernah sungkan untuk belajar dari siapapun. Sosok Rafsan yang menghamba pada nilai inklusifitas lantas membuat dirinya berhasil mendirikan sebuah NGO bernama Kelas Inklusif.
NGO ini merupakan buah gagasan atas inklusifitas yang dibawa ke ruang publik melalui berbagai dialog dan diskusi hangat terkait berbagai permasalahan sosial: bahwa narasi akademik sejatinya tidak boleh menjadi sekedar obrolan para akademisi menara gading. Lewat Kelas Inklusif, dirinya percaya bahwa tiap-tiap individu masyarakat akan dapat memahami realitas yang sebelumnya terbatas pada arogansi percakapan para intelektual.
Saat ini Rafsan tengah menempuh Studi Pascasarjana Universitas Indonesia Program Studi Politik dan Hubungan Internasional, Kajian Timur Tengah, sekaligus menjabat sebagai Tim Kaderisasi Nasional PB PMII sejak tahun 2017. Menurut dia, anak muda merupakan kunci dari suksesi Indonesia di masa depan.
Namun, begitu banyak permasalahan yang menjangkit anak muda hari ini. Rafsan melihat bahwa terdapat batasan pada tiap gerak yang dilakukan para anak muda hanya karena merasa bukan siapa-siapa. Hal ini lah yang menurut Rafsan menjadi awal dari adanya anggapan mengenai gerak anak muda yang tidak lagi dianggap istimewa; dan persoalan ini harus segera dijawab karena tepat berkaitan dengan arah masa depan Bangsa Indonesia. Baca juga: PMII Pekalongan Salurkan Bantuan Alat Kesehatan dan Sembako untuk 3 Ponpes
Rafsan yang menjatuhkan diri pada isu-isu kepemudaan juga memahami bahwa menjadi muda adalah keunggulan. Rafsan percaya, banyak anak muda yang kelak menjadi penggerak peradaban, pencipta gagasan, dan juga perancang masa depan, hanya jika anak muda mau berhenti berdiam diri. Sebab, perubahan tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri.
(kri)