Selain APD untuk Tenaga Medis, Pemerintah Terus Racik Obat Alternatif Corona
Jum'at, 17 April 2020 - 15:32 WIB
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjelaskan penggunaan alat pelindung diri (APD) coverall disesuaikan dengan risiko penularan seiring dengan penanganan pandemi Covid-19 atau virus Corona di Indonesia.
APD coverall memiliki spesifikasi menutup dari kepala hingga kaki sehingga penggunaannya sangat penting disesuaikan dengan tingkat risiko penularan. (Baca juga: Kemenkes Ungkap Beda Masker Bedah dan N95)
Hal ini dikatakan Sekretaris Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes drg Arianti Anaya, MKM, Di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Jumat (17/4/2020).
"Jika tenaga kesehatan bekerja di area dengan infeksi yang sangat tinggi maka diharuskan menggunakan coverall yang mampu menahan cairan, darah, droplet, dan aerosol," kata Arianti Anaya.
Material yang biasa digunakan untuk coverall untuk melindungi tenaga kesehatan di risiko sangat tinggi. Material tersebut biasanya dibuat dari nonwoven atau serat sintetis dengan pori-pori yang sangat kecil, yakni 0,2 sampai 0,54 mikron.
"Tentunya, hal ini harus dibuktikan dengan hasil pengujian dari material yang digunakan di laboratorium yang terakreditasi," katanya.
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia terus mencari obat alternatif untuk membantu penyembuhan pasien corona. Meski belum ditemukan obat dan vaksin yang secara spesifik bisa menyembuhkan pasien Covid-19, beberapa obat alternatif direkomendasikan lembaga kesehatan dunia, di antaranya Chloroquine dan Avigan.
Kabar terbaru, Yiling Pharmaceutical dan anak perusahaannya Beijing Yiling Pharmaceutical dari China telah menerima dokumen persetujuan aplikasi suplemen obat mengenai aplikasi untuk indikasi baru kapsul Lianhua Qingwen dan butiran Lianhua Qingwen yang dikeluarkan State Drug Administration.
APD coverall memiliki spesifikasi menutup dari kepala hingga kaki sehingga penggunaannya sangat penting disesuaikan dengan tingkat risiko penularan. (Baca juga: Kemenkes Ungkap Beda Masker Bedah dan N95)
Hal ini dikatakan Sekretaris Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes drg Arianti Anaya, MKM, Di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Jumat (17/4/2020).
"Jika tenaga kesehatan bekerja di area dengan infeksi yang sangat tinggi maka diharuskan menggunakan coverall yang mampu menahan cairan, darah, droplet, dan aerosol," kata Arianti Anaya.
Material yang biasa digunakan untuk coverall untuk melindungi tenaga kesehatan di risiko sangat tinggi. Material tersebut biasanya dibuat dari nonwoven atau serat sintetis dengan pori-pori yang sangat kecil, yakni 0,2 sampai 0,54 mikron.
"Tentunya, hal ini harus dibuktikan dengan hasil pengujian dari material yang digunakan di laboratorium yang terakreditasi," katanya.
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia terus mencari obat alternatif untuk membantu penyembuhan pasien corona. Meski belum ditemukan obat dan vaksin yang secara spesifik bisa menyembuhkan pasien Covid-19, beberapa obat alternatif direkomendasikan lembaga kesehatan dunia, di antaranya Chloroquine dan Avigan.
Kabar terbaru, Yiling Pharmaceutical dan anak perusahaannya Beijing Yiling Pharmaceutical dari China telah menerima dokumen persetujuan aplikasi suplemen obat mengenai aplikasi untuk indikasi baru kapsul Lianhua Qingwen dan butiran Lianhua Qingwen yang dikeluarkan State Drug Administration.
tulis komentar anda