Bencana Datang Bertubi-Tubi, Pendidikan Pengelolaan Risiko Mendesak
Kamis, 21 Januari 2021 - 14:53 WIB
JAKARTA - Indonesia merupakan negara yang kerap dilanda berbagai bencana alam dari banjir sampai tsunami . Karena itu masyarakatnya perlu diedukasi melalui pendidikan formal agar punya pengetahuan dan kesadaran terhadap mitigasi bencana .
Menurut pakar mitigasi bencana Eko Teguh Paripurno, pendidikan kebencanaan menjadi bagian dari pembangunan yang berkelanjutan. Masyarakat perlu diajarkan pengelolaan risiko bencana secara komprehensif. Dia menyebut setiap upaya pembangunan yang dilakukan selalu memiliki risiko.
(Baca:Walhi: Pernyataan Jokowi Banjir Kalsel Akibat Curah Hujan Tinggi Perlu Diuji)
Contohnya, membangun rumah itu akan mempengaruhi kondisi bangunan terdekat. Bangunan terdekat akan kekurangan sinar matahari. Atau, ketika memasangpendingin udara (AC), tetangga akan terkena uap panasnya. Dosen Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta itu menerangkan pendidikan pengelolaan risiko bencana itu bisa masuk ke mata pelajaran yang ada, seperti matematika, olahraga, dan agama.
Materi kebencanaan juga bisa dibuat dalam mata pelajaran khusus. “Kenapa penting? Prinsip dasarnya sebuah proses pembangunan pasti berisiko sehingga perlu memilih dan memilah dari awal. Kampanye saya, selalu dimulai sejak di perencanaan. Harus ada upaya-upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu malam (20/1/2021).
(Baca:Waspada Cuaca Ekstrem, BNPB Imbau Warga Mitigasi Bencana di Daerah Sendiri)
Eko Teguh memaparkan jika masih ada risiko, langkah selanjutnya adalah mitigasi dan kesiapsiagaan. Dia menjelaskan pendidikan kebencanaan di perguruan tinggi harus dimulai sejak masuk hingga keluar dari kampus. Pada tahap awal, pendidikan kebencanaan dimulai dengan kuliah-kuliah umum dan mata kuliah pengantar.
Pada semester satu itu harus ada mata kuliah kebencanaan. “Pada semester 2, 3, dan 4, materi kebencanaan disisipkan dalam mata kuliah, enggak ada mata kuliah khusus. Berikutnya nyisip ke biologi, lingkungan, dan vulkanologi. Lalu memberikan ruang diskusi mahasiswa di unit-unit kegiatan mahasiswa,”ujar dia.
Menurut pakar mitigasi bencana Eko Teguh Paripurno, pendidikan kebencanaan menjadi bagian dari pembangunan yang berkelanjutan. Masyarakat perlu diajarkan pengelolaan risiko bencana secara komprehensif. Dia menyebut setiap upaya pembangunan yang dilakukan selalu memiliki risiko.
(Baca:Walhi: Pernyataan Jokowi Banjir Kalsel Akibat Curah Hujan Tinggi Perlu Diuji)
Contohnya, membangun rumah itu akan mempengaruhi kondisi bangunan terdekat. Bangunan terdekat akan kekurangan sinar matahari. Atau, ketika memasangpendingin udara (AC), tetangga akan terkena uap panasnya. Dosen Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta itu menerangkan pendidikan pengelolaan risiko bencana itu bisa masuk ke mata pelajaran yang ada, seperti matematika, olahraga, dan agama.
Materi kebencanaan juga bisa dibuat dalam mata pelajaran khusus. “Kenapa penting? Prinsip dasarnya sebuah proses pembangunan pasti berisiko sehingga perlu memilih dan memilah dari awal. Kampanye saya, selalu dimulai sejak di perencanaan. Harus ada upaya-upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu malam (20/1/2021).
(Baca:Waspada Cuaca Ekstrem, BNPB Imbau Warga Mitigasi Bencana di Daerah Sendiri)
Eko Teguh memaparkan jika masih ada risiko, langkah selanjutnya adalah mitigasi dan kesiapsiagaan. Dia menjelaskan pendidikan kebencanaan di perguruan tinggi harus dimulai sejak masuk hingga keluar dari kampus. Pada tahap awal, pendidikan kebencanaan dimulai dengan kuliah-kuliah umum dan mata kuliah pengantar.
Pada semester satu itu harus ada mata kuliah kebencanaan. “Pada semester 2, 3, dan 4, materi kebencanaan disisipkan dalam mata kuliah, enggak ada mata kuliah khusus. Berikutnya nyisip ke biologi, lingkungan, dan vulkanologi. Lalu memberikan ruang diskusi mahasiswa di unit-unit kegiatan mahasiswa,”ujar dia.
(muh)
tulis komentar anda