Joe Biden dan Tatanan Dunia Baru
Rabu, 20 Januari 2021 - 05:30 WIB
Meskipun mungkin tidak mengubah secara total, kepemimpinan Biden diyakini akan mengembalikan tradisi neoliberalisme, sebagaimana janji-janji “restorasi kebijakan liberal AS” yang telah disampaikan Biden selama masa kampanyenya. AS di bawah kepemimpinan Biden-Harris mengusung tagline “America is back” yang menandai semangat kebangkitan kembali Amerika di panggung dunia. Dengan dipilihnya Anthony Blinken sebagai menteri luar negeri, John Kerry sebagai utusan khusus isu perubahan iklim, dan Jake Sullivan sebagai penasihat keamanan nasional, AS akan kembali pada kebijakan “American exceptionalism”, atau bangkitnya naluri dan kepercayaan diri AS sebagai negara unggul, superior, dan mengembalikan AS pada posisi kepemimpinan global (global leadership).
Pengalaman Biden sebagai wakil presiden saat kepemimpinan Presiden Barrack Obama tentu menjadi bekal yang baik untuk melancarkan kebijakan internal maupun politik luar negerinya. Pemerintahan Biden memang bukan “Obama 3.0”, namun kepemimpinan Biden dipercaya akan mengembalikan kepemimpinan AS pada isu-isu global strategis terkait demokrasi, hak asasi manusia (HAM), keadilan, relasi Islam dan Barat, perubahan iklim, hak kaum buruh dan pekerja.
Di ranah pertahanan dan keamanan dunia, AS di bawah Biden juga diyakini akan semakin progresif menyikapi isu proliferasi nuklir dan potensi agresi kekuatan besar seperti gerakan terorisme, kejahatan transnasional, dan ancaman keamanan cyber yang kian menguat. Selain itu, AS di tangan Biden juga dipercaya akan kembali mengonsolidasikan kembali barisan aliansi tradisionalnya melalui upaya normalisasi hubungan bilateral dan juga multilateral, baik terkait dengan isu keamanan tradisional maupun nontradisional seperti penanganan pandemi Covid-19 yang selama ini dianggap kedodoran.
Adapun terkait dengan pilihan pembukaan ruang pasar domestik AS untuk menyudahi perang dagang, sejumlah spekulasi masih bermunculan. Sebab, jika menggunakan kalkulasi ekonomi domestik, strategi perang dagang memang dianggap lebih menguntungkan bagi ekonomi dalam negeri AS. Sementara Biden sendiri juga akan fokus berusaha pada “kelas menengah” yang merupakan mayoritas dari warga AS. Karena itu, perubahan kebijakan terkait strategi pasar AS ini diyakini tidak akan terjadi secara frontal.
Memang, tidak mudah bagi Biden mengembalikan AS pada posisi seperti sediakala, mengingat negara-negara kompetitor juga terus meningkatkan kapasitas ekonomi-politiknya sehingga membuat watak hubungan internasional di Abad 21 ke depan akan lebih bercorak multipolar. Hal yang pasti, masyarakat internasional saat ini sedang dihadapkan pada tantangan pandemi Covid-19, di mana ekonomi dunia sangat tertekan, bahkan banyak negara maju di berbagai kawasan telah dinyatakan mengalami resesi ekonomi pada kuartal II atau III 2020. Ke depan, dinamika ekonomi-politik internasional akan ditentukan oleh seberapa kuat negara-negara besar itu, termasuk AS, mampu menjadi jangkar ekonomi, politik, dan keamanan dunia di tengah ancaman global yang melanda.
Kita semua berharap kepemimpinan Presiden Joe Biden di AS pada 2021-2024 akan mampu menjadi salah satu pendorong yang lebih kuat bagi negara-negara di dunia, terutama Indonesia, untuk keluar dari tantangan ini. Kita juga berharap kepemimpinan Joe Biden akan membawa AS kembali hadir lebih kuat di Asia Timur dan Asia Tenggara, untuk bersama negara besar (great powers) menjaga stabilitas keamanan regional termasuk di wilayah Laut China Selatan.
Kita juga berharap, hubungan bilateral dan kemitraan strategis antara Indonesia dan AS akan semakin baik, kuat, dan saling menguntungkan. Sebagai mitra strategis di kawasan Asia Tenggara, saya berkeyakinan Indonesia siap bersinergi dan berkolaborasi dengan AS untuk mengusung agenda besar menegakkan demokrasi, HAM, keadilan; menguatkan relasi Islam dan Barat; menghadapi perubahan iklim; hingga menjaga stabilitas, keamanan dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik.
Mengawali 2021 ini, masyarakat internasional memiliki harapan besar terhadap perubahan tatanan dunia baru yang jauh lebih baik. Selamat kepada Joe Biden dan Kamala Harris. Rakyat Amerika dan warga dunia menanti pembuktian dan kerja nyata.
Pengalaman Biden sebagai wakil presiden saat kepemimpinan Presiden Barrack Obama tentu menjadi bekal yang baik untuk melancarkan kebijakan internal maupun politik luar negerinya. Pemerintahan Biden memang bukan “Obama 3.0”, namun kepemimpinan Biden dipercaya akan mengembalikan kepemimpinan AS pada isu-isu global strategis terkait demokrasi, hak asasi manusia (HAM), keadilan, relasi Islam dan Barat, perubahan iklim, hak kaum buruh dan pekerja.
Di ranah pertahanan dan keamanan dunia, AS di bawah Biden juga diyakini akan semakin progresif menyikapi isu proliferasi nuklir dan potensi agresi kekuatan besar seperti gerakan terorisme, kejahatan transnasional, dan ancaman keamanan cyber yang kian menguat. Selain itu, AS di tangan Biden juga dipercaya akan kembali mengonsolidasikan kembali barisan aliansi tradisionalnya melalui upaya normalisasi hubungan bilateral dan juga multilateral, baik terkait dengan isu keamanan tradisional maupun nontradisional seperti penanganan pandemi Covid-19 yang selama ini dianggap kedodoran.
Adapun terkait dengan pilihan pembukaan ruang pasar domestik AS untuk menyudahi perang dagang, sejumlah spekulasi masih bermunculan. Sebab, jika menggunakan kalkulasi ekonomi domestik, strategi perang dagang memang dianggap lebih menguntungkan bagi ekonomi dalam negeri AS. Sementara Biden sendiri juga akan fokus berusaha pada “kelas menengah” yang merupakan mayoritas dari warga AS. Karena itu, perubahan kebijakan terkait strategi pasar AS ini diyakini tidak akan terjadi secara frontal.
Memang, tidak mudah bagi Biden mengembalikan AS pada posisi seperti sediakala, mengingat negara-negara kompetitor juga terus meningkatkan kapasitas ekonomi-politiknya sehingga membuat watak hubungan internasional di Abad 21 ke depan akan lebih bercorak multipolar. Hal yang pasti, masyarakat internasional saat ini sedang dihadapkan pada tantangan pandemi Covid-19, di mana ekonomi dunia sangat tertekan, bahkan banyak negara maju di berbagai kawasan telah dinyatakan mengalami resesi ekonomi pada kuartal II atau III 2020. Ke depan, dinamika ekonomi-politik internasional akan ditentukan oleh seberapa kuat negara-negara besar itu, termasuk AS, mampu menjadi jangkar ekonomi, politik, dan keamanan dunia di tengah ancaman global yang melanda.
Kita semua berharap kepemimpinan Presiden Joe Biden di AS pada 2021-2024 akan mampu menjadi salah satu pendorong yang lebih kuat bagi negara-negara di dunia, terutama Indonesia, untuk keluar dari tantangan ini. Kita juga berharap kepemimpinan Joe Biden akan membawa AS kembali hadir lebih kuat di Asia Timur dan Asia Tenggara, untuk bersama negara besar (great powers) menjaga stabilitas keamanan regional termasuk di wilayah Laut China Selatan.
Kita juga berharap, hubungan bilateral dan kemitraan strategis antara Indonesia dan AS akan semakin baik, kuat, dan saling menguntungkan. Sebagai mitra strategis di kawasan Asia Tenggara, saya berkeyakinan Indonesia siap bersinergi dan berkolaborasi dengan AS untuk mengusung agenda besar menegakkan demokrasi, HAM, keadilan; menguatkan relasi Islam dan Barat; menghadapi perubahan iklim; hingga menjaga stabilitas, keamanan dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik.
Mengawali 2021 ini, masyarakat internasional memiliki harapan besar terhadap perubahan tatanan dunia baru yang jauh lebih baik. Selamat kepada Joe Biden dan Kamala Harris. Rakyat Amerika dan warga dunia menanti pembuktian dan kerja nyata.
(bmm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda