Tantangan Pertumbuhan Industri Fintech 2021
Selasa, 12 Januari 2021 - 06:00 WIB
Kedua, manajemen big data akan sangat menentukan keberhasilan Fintech pada 2021. Institusi finansial diprediksi akan terus menciptakan inovasi layanan digital dengan mengumpulkan semakin banyak data profil dan perilaku konsumen. Mengelola dan menganalisis data-data tersebut dan menerjemahkannya menjadi strategi bisnis dan perluasan layanan akan menjadi tujuan utama pada 2021. Cloud, machine learning, dan artificial intelligence akan semakin memainkan peranannya, terutama dalam membangun sistem credit scoring berbasis data real time. Industri Fintech dapat berkolaborasi dengan pengembang IT dalam melakukan ekstraksi data sehingga bisa dibaca dengan cepat dan akurat atau membangun sendiri software dan algoritma data finansial yang sesuai dengan kebutuhan bisnis.
Ketiga, 2021 akan menjadi awal bagi pengembangan layanan Fintech yang terintegrasi. Selama ini, layanan finansial hanya fokus pada penjualan produk dan komunikasi dengan konsumen secara konvensional. Evolusi layanan finansial akan terjadi lebih masif pada 2021, di mana produk finansial yang akan menjadi pemenang adalah produk yang mampu mengintegrasikan kehidupan sehari-hari masyarakat melalui layanan digital serta teknologi. Masyarakat ingin meminjam uang dengan mudah, berbelanja secara online, membaca tren pasar, serta melakukan pencatatan keuangan pada saat bersamaan dengan menggunakan hanya satu aplikasi. Pada 2021 akan lebih banyak pelaku usaha Fintech yang fokus pada konektivitas antarlayanan serta membangun sistem teknologi verifikasi yang lebih andal.
Keempat, aspek inklusi finansial akan terus menjadi fokus utama pemerintah serta pelaku usaha Fintech. Data Survei Nasional Keuangan Inklusi (2018) menunjukkan masih banyak masyarakat yang belum terhubung dengan industri perbankan. Data Financial Inclusion Insight (FII) dan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) menyebutkan jumlah kepemilikan akun per tahun di Indonesia mengalami kenaikan, namun masih belum setinggi negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Fintech peer to peer lending dapat berkontribusi dalam memastikan pendanaan untuk UMKM yang tertinggal dalam hal permodalan serta melakukan pendampingan untuk mendorong inklusi keuangan dan inklusi digital. Peer to peer lending Amartha misalnya, sudah menyalurkan lebih dari 2,9 triliun, memberikan pendampingan kepada 550.000 pelaku usaha mikro di mana 100% adalah perempuan. Langkah ini harus terus diupayakan oleh pelaku usaha Fintech lainnya serta didukung oleh regulasi yang mumpuni.
Pada 2020, penyaluran kartu prakerja serta berbagai bantuan sosial lewat instrumen Fintech turut berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional. Namun demikian, pemerintah masih punya banyak pekerjaan rumah untuk memperbaiki skema penyaluran, kualitas data hingga meningkatkan cakupan program ke daerah-daerah terpencil yang selama ini belum terjangkau oleh instrumen Fintech. Resesi ekonomi diprediksi akan terus berlanjut pada 2021 dan pelaku usaha Fintech termasuk juga regulator harus mampu membangun ekosistem Fintech yang kolaboratif dan memastikan bahwa masyarakat menengah ke bawah tidak luput dari subsidi finansial.
Bagaimanapun, 2020 telah direspons oleh dunia usaha dengan berbagai inovasi dan strategi adaptasi. Memasuki 2021, inovasi dan strategi adaptasi tersebut akan semakin menentukan di tengah dinamika permintaan konsumen yang terus berubah dari waktu ke waktu. Tidak ada analisis yang memprediksi kerusakan total sektor finansial akibat Covid-19, tetapi terdapat analisis yang optimistis tentang bagaimana Fintech dapat berperan dalam percepatan pemulihan ekonomi. Fintech selalu menjadi penghubung antara masa lalu dan masa depan. Fintech berpotensi menawarkan solusi dan adaptasi baru 2021 serta memungkinkan ekosistem keuangan dapat berkembang dan bertahan melewati pandemi.
Ketiga, 2021 akan menjadi awal bagi pengembangan layanan Fintech yang terintegrasi. Selama ini, layanan finansial hanya fokus pada penjualan produk dan komunikasi dengan konsumen secara konvensional. Evolusi layanan finansial akan terjadi lebih masif pada 2021, di mana produk finansial yang akan menjadi pemenang adalah produk yang mampu mengintegrasikan kehidupan sehari-hari masyarakat melalui layanan digital serta teknologi. Masyarakat ingin meminjam uang dengan mudah, berbelanja secara online, membaca tren pasar, serta melakukan pencatatan keuangan pada saat bersamaan dengan menggunakan hanya satu aplikasi. Pada 2021 akan lebih banyak pelaku usaha Fintech yang fokus pada konektivitas antarlayanan serta membangun sistem teknologi verifikasi yang lebih andal.
Keempat, aspek inklusi finansial akan terus menjadi fokus utama pemerintah serta pelaku usaha Fintech. Data Survei Nasional Keuangan Inklusi (2018) menunjukkan masih banyak masyarakat yang belum terhubung dengan industri perbankan. Data Financial Inclusion Insight (FII) dan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) menyebutkan jumlah kepemilikan akun per tahun di Indonesia mengalami kenaikan, namun masih belum setinggi negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Fintech peer to peer lending dapat berkontribusi dalam memastikan pendanaan untuk UMKM yang tertinggal dalam hal permodalan serta melakukan pendampingan untuk mendorong inklusi keuangan dan inklusi digital. Peer to peer lending Amartha misalnya, sudah menyalurkan lebih dari 2,9 triliun, memberikan pendampingan kepada 550.000 pelaku usaha mikro di mana 100% adalah perempuan. Langkah ini harus terus diupayakan oleh pelaku usaha Fintech lainnya serta didukung oleh regulasi yang mumpuni.
Pada 2020, penyaluran kartu prakerja serta berbagai bantuan sosial lewat instrumen Fintech turut berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional. Namun demikian, pemerintah masih punya banyak pekerjaan rumah untuk memperbaiki skema penyaluran, kualitas data hingga meningkatkan cakupan program ke daerah-daerah terpencil yang selama ini belum terjangkau oleh instrumen Fintech. Resesi ekonomi diprediksi akan terus berlanjut pada 2021 dan pelaku usaha Fintech termasuk juga regulator harus mampu membangun ekosistem Fintech yang kolaboratif dan memastikan bahwa masyarakat menengah ke bawah tidak luput dari subsidi finansial.
Bagaimanapun, 2020 telah direspons oleh dunia usaha dengan berbagai inovasi dan strategi adaptasi. Memasuki 2021, inovasi dan strategi adaptasi tersebut akan semakin menentukan di tengah dinamika permintaan konsumen yang terus berubah dari waktu ke waktu. Tidak ada analisis yang memprediksi kerusakan total sektor finansial akibat Covid-19, tetapi terdapat analisis yang optimistis tentang bagaimana Fintech dapat berperan dalam percepatan pemulihan ekonomi. Fintech selalu menjadi penghubung antara masa lalu dan masa depan. Fintech berpotensi menawarkan solusi dan adaptasi baru 2021 serta memungkinkan ekosistem keuangan dapat berkembang dan bertahan melewati pandemi.
(bmm)
tulis komentar anda