Alat Deteksi Covid-19 UGM Tinggal Menunggu Tanggapan Kemenkes
Senin, 14 Desember 2020 - 07:43 WIB
JAKARTA - Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menyelesaikan uji klinis tahap dua atau diagnostik untuk alat tes Covid-19, GeNose. Selanjutnya, tim akan menunggu review dan wawancara dengan tim independen bentukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Salah satu tim peneliti Kuwat Triyana menerangkan uji klinis tahap kedua ini dilakukan di sembilan rumah sakit (RS). beberapa rumah sakit yang menjadi tempat uji klinis adalah Dr Sardjito, Yogyakarta dan Polri, Jakarta. “Semua data rekam medis penggunaan GeNose, sudah kami analisis. Total (sampel) sudah melampaui target. Dari semula 1.460, sekarang sudah di atas 1.500-an,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Minggu (13/12/2020). (Baca juga: Temuan GeNose Terobosan Besar)
Hasil evaluasi itu sudah dikirim ke Kemenkes untuk dievaluasi. Kini, tim menunggu panggilan untuk interview dan menjelaskan kerja alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas ini. Kuwat menjelaskan cara kerja GeNose itu mendeteksi senyawa volatile organic compounds (VOC). Senyawa itu merupakan hasil reaksi metabolik antara virus dengan inangnya, tubuh manusia tepatnya yang ada di saluran nafas. (Baca juga: Akurat Deteksi COVID-19, GeNose Buatan UGM Bakal Diproduksi Akhir Tahun)
Jadi kalau sudah tidak ada virus atau mati, tidak ada senyawa itu di saluran nafas. Seseorang yang akan dites harus diambil hembusan nafasnya. Mula-mula pasien tersebut menghirup udara via hidung sebanyak dua kali dan dilepaskan.
Baru pada hembusan ketiga sampel itu dimasukan ke dalam kantong plastik khusus. “Makanya, dalam SOP kami, orang yang dites harus menggunakan masker standar, medis. Agar ketika menghembuskan nafas tertahan di masker, tidak kemana-mana sehingga mencegah penularan. Kalau sudah penuh dan biasanya sekali hembus sudah penuh, tinggal tekan tombol lock system-nya,” tuturnya.
Pengoperasian GeNose ini dianjurkan di ruang terbuka. Bukan di laboratorium tertutup. Saat petugas mengambil sampel hembusan nafas sebaiknya berjarak 5-10 meter dari alat. “Misalnya, di bandara, itu di depan sebelum orang-orang masuk. Bukan ruang ber-AC,” pungkas Kuwat.
Salah satu tim peneliti Kuwat Triyana menerangkan uji klinis tahap kedua ini dilakukan di sembilan rumah sakit (RS). beberapa rumah sakit yang menjadi tempat uji klinis adalah Dr Sardjito, Yogyakarta dan Polri, Jakarta. “Semua data rekam medis penggunaan GeNose, sudah kami analisis. Total (sampel) sudah melampaui target. Dari semula 1.460, sekarang sudah di atas 1.500-an,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Minggu (13/12/2020). (Baca juga: Temuan GeNose Terobosan Besar)
Hasil evaluasi itu sudah dikirim ke Kemenkes untuk dievaluasi. Kini, tim menunggu panggilan untuk interview dan menjelaskan kerja alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas ini. Kuwat menjelaskan cara kerja GeNose itu mendeteksi senyawa volatile organic compounds (VOC). Senyawa itu merupakan hasil reaksi metabolik antara virus dengan inangnya, tubuh manusia tepatnya yang ada di saluran nafas. (Baca juga: Akurat Deteksi COVID-19, GeNose Buatan UGM Bakal Diproduksi Akhir Tahun)
Jadi kalau sudah tidak ada virus atau mati, tidak ada senyawa itu di saluran nafas. Seseorang yang akan dites harus diambil hembusan nafasnya. Mula-mula pasien tersebut menghirup udara via hidung sebanyak dua kali dan dilepaskan.
Baru pada hembusan ketiga sampel itu dimasukan ke dalam kantong plastik khusus. “Makanya, dalam SOP kami, orang yang dites harus menggunakan masker standar, medis. Agar ketika menghembuskan nafas tertahan di masker, tidak kemana-mana sehingga mencegah penularan. Kalau sudah penuh dan biasanya sekali hembus sudah penuh, tinggal tekan tombol lock system-nya,” tuturnya.
Pengoperasian GeNose ini dianjurkan di ruang terbuka. Bukan di laboratorium tertutup. Saat petugas mengambil sampel hembusan nafas sebaiknya berjarak 5-10 meter dari alat. “Misalnya, di bandara, itu di depan sebelum orang-orang masuk. Bukan ruang ber-AC,” pungkas Kuwat.
(cip)
tulis komentar anda