Wacana Relaksasi Rumah Ibadah, Kemenag Jangan Jadikan Umat Bahan Percobaan
Selasa, 12 Mei 2020 - 09:53 WIB
JAKARTA - Upaya pemerintah menekan penyebaran COVID-19 atau virus Corona terkesan setengah-setengah setelah Kementerian Agama (Kemenag) mengeluarkan wacana relaksasi rumah ibadah.
Direktur Eksekutif Lingkar Kajian Agama dan Kebudayaan (LKAB) Nusantara, Fadhli Harahab mempertanyakan hal tersebut. Menurutnya, wacana itu seperti coba-coba dan umat dijadikan bahan percobaan. (Baca juga: Menag Akui Rencanakan Relaksasi di Rumah Ibadah )
"Ini seperti program coba-coba dan umat yang dijadikan bahan percobaan," ujar Fadhli kepada SINDOnews, Selasa (12/5/2020)
Dia juga mengatakan wacana ini seperti menantang bahaya karena diketahui wabah COVID-19 sangat mudah menular dan si penantang bisa disebut nekat karena terlalu berani mengambil tindakan tanpa berpikir jernih.
"Ini kan bentuk tindakan nekat, sudah tau bahaya tapi masih nyelonong," ucapnya.
Kemenag yang seharusnya menjadi lokomotif pencegah terjadinya penumpukan massa di rumah ibadah justru ingin menekan konsentrasi massa di lokasi tertentu.
"Ini kan memoderasi umat untuk berbondong-bondong ke masjid, ke lokasi tertentu berkumpul dan beribadah, kalau virusnya menjangkiti masyarakat, apakah masjid mau ditutup lagi?" jelasnya.
Karenanya, Alumni UIN Jakarta ini mengimbau pemerintah harus menahan diri dan terus melakukan langkah-langkah preventif guna mencegah penularan wabah semakin meluas. ( ).
"Tidak perlu tergesa-gesa, inikan kondisinya belum normal, lakukan upaya preventif itu lebih baik," pungkasnya.
Direktur Eksekutif Lingkar Kajian Agama dan Kebudayaan (LKAB) Nusantara, Fadhli Harahab mempertanyakan hal tersebut. Menurutnya, wacana itu seperti coba-coba dan umat dijadikan bahan percobaan. (Baca juga: Menag Akui Rencanakan Relaksasi di Rumah Ibadah )
"Ini seperti program coba-coba dan umat yang dijadikan bahan percobaan," ujar Fadhli kepada SINDOnews, Selasa (12/5/2020)
Dia juga mengatakan wacana ini seperti menantang bahaya karena diketahui wabah COVID-19 sangat mudah menular dan si penantang bisa disebut nekat karena terlalu berani mengambil tindakan tanpa berpikir jernih.
"Ini kan bentuk tindakan nekat, sudah tau bahaya tapi masih nyelonong," ucapnya.
Kemenag yang seharusnya menjadi lokomotif pencegah terjadinya penumpukan massa di rumah ibadah justru ingin menekan konsentrasi massa di lokasi tertentu.
"Ini kan memoderasi umat untuk berbondong-bondong ke masjid, ke lokasi tertentu berkumpul dan beribadah, kalau virusnya menjangkiti masyarakat, apakah masjid mau ditutup lagi?" jelasnya.
Karenanya, Alumni UIN Jakarta ini mengimbau pemerintah harus menahan diri dan terus melakukan langkah-langkah preventif guna mencegah penularan wabah semakin meluas. ( ).
"Tidak perlu tergesa-gesa, inikan kondisinya belum normal, lakukan upaya preventif itu lebih baik," pungkasnya.
(kri)
tulis komentar anda