Politisasi Agama Berbahaya Jika untuk Provokasi
Kamis, 19 November 2020 - 23:06 WIB
"Liberal ini melahirkan radikalisme. Yang kita hadapi ini buah dari proses liberalisasi. Jadi, jangan sampai kita menepi menjadi radikalisme. Bagaimana memasyarakatkan moderasi Islam agar orang tidak menepi ke kanan dan ke kiri," ujar Cholil pada kesempatan sama.
Direktur Moya Institute, Hery Sucipto menuturkan keragaman di Indonesia merupakan anugerah yang harus dijaga bersama-sama. Tidak boleh ada yang mengambil hak kebenaran dalam beragama.
Menurutnya, negara harus hadir dan tegas melindungi segenap warganya termasuk menindak tegas kelompok yang memanfaatkan agama untuk kepentingan provokasi. "Negara tidak boleh kalah," imbuhnya. (Baca juga: DPR Ingatkan Agar Ulama Sampaikan Ceramah yang Menyejukkan)
Lebih lanjut dia mengatakan, munculnya konservatisme dan militansi juga akibat adanya pembiaran terhadap kelompok intoleran yang dibungkus dakwah provokatif. "Dakwah itu harus santun, tidak boleh mencaci dan melukai pihak lain," kata Hery.
Hery juga menyinggung kerumunan massa yang dibungkus kegiatan keagamaan beberapa hari lalu. Dia menilai aparat negara harus bertindak tegas karena itu berbahaya bagi penanganan COVID-19.
Direktur Moya Institute, Hery Sucipto menuturkan keragaman di Indonesia merupakan anugerah yang harus dijaga bersama-sama. Tidak boleh ada yang mengambil hak kebenaran dalam beragama.
Menurutnya, negara harus hadir dan tegas melindungi segenap warganya termasuk menindak tegas kelompok yang memanfaatkan agama untuk kepentingan provokasi. "Negara tidak boleh kalah," imbuhnya. (Baca juga: DPR Ingatkan Agar Ulama Sampaikan Ceramah yang Menyejukkan)
Lebih lanjut dia mengatakan, munculnya konservatisme dan militansi juga akibat adanya pembiaran terhadap kelompok intoleran yang dibungkus dakwah provokatif. "Dakwah itu harus santun, tidak boleh mencaci dan melukai pihak lain," kata Hery.
Hery juga menyinggung kerumunan massa yang dibungkus kegiatan keagamaan beberapa hari lalu. Dia menilai aparat negara harus bertindak tegas karena itu berbahaya bagi penanganan COVID-19.
(kri)
tulis komentar anda